Sukses

Burung Bertanduk Beku Berusia 46.000 Tahun Ditemukan di Siberia

Peneliti temukan spesies burung bertanduk di Siberia yang usianya 46.000 tahun.

Liputan6.com, Siberia - Para ilmuwan sedang mempelajari temuan bagian tubuh horned lark atau burung lark bertanduk dari zaman es. Karena beku dan tak banyak membusuk, mengidentifikasi spesimen itu lebih mudah dan diketahui sebagai burung bertanduk.

Burung itu ditemukan di timur laut Siberia, sebuah tempat yang juga berisi spesimen beku lainnya.

Dikubur dan dibekukan dalam lapisan es dekat desa Belaya Gora di Siberia timur laut, burung itu ditemukan oleh para pemburu fosil gading lokal yang meneruskannya ke tim ahli.

Dikutip dari CNN, Sabtu (22/2/2020), tim ahli untuk pengujian itu di antaranya termasuk Nicolas Dussex dan Love Dalén dari Museum Sejarah Alam Swedia.

Menurut sebuah makalah yang diterbitkan Jumat (21/2) di jurnal Communications Biology, penanggalan radiokarbon mengungkapkan bahwa burung itu hidup sekitar 46.000 tahun yang lalu, dan analisis genetik mengidentifikasinya sebagai burung bertanduk (Eremophila alpestris).

Dalén mengatakan kepada CNN bahwa penelitian menunjukkan burung itu mungkin merupakan nenek moyang dari dua subspesies burung yang hidup saat ini, satu di Rusia utara dan yang lainnya di stepa Mongolia.

"Temuan ini menyiratkan bahwa perubahan iklim yang terjadi pada akhir Zaman Es terakhir menyebabkan pembentukan subspesies baru," katanya.

Dussex menjelaskan bahwa pelestarian burung ini diketahui sebagian besar oleh dinginnya lapisan es, namun spesimen ini dalam kondisi sangat baik.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Temuan yang Tak Ternilai

Dussex mengatakan bahwa faktanya spesimen kecil dan rapuh itu masih terlihat dalam kondisi hampir utuh. Ia juga menunjukkan bahwa kotoran atau lumpur harus diendapkan secara bertahap atau setidaknya tanah itu relatif stabil sehingga bangkai burung tak membusuk.

Tahap penelitian selanjutnya melibatkan pengurutan seluruh genom burung. Melalui itu, akan mengungkapkan lebih banyak tentang hubungannya dengan subspesies masa kini dan memperkirakan tingkat perubahan evolusi pada burung.

Dussex menggambarkan temuan tersebut sebagai "tak ternilai", karena mereka memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan kembali DNA dan terkadang RNA, sebuah asam nukleat yang ada di semua sel hidup.

"Pada gilirannya, akan membuka peluang baru untuk mempelajari evolusi fauna zaman es dan memahami respons mereka terhadap perubahan iklim selama 50.000  hingga 10.000 tahun yang lalu," kata Dussex.

Para ilmuwan yang bekerja di daerah itu juga menemukan bangkai dan bagian tubuh dari hewan lain seperti serigala, mammoth, dan badak berbulu. Burung bertanduk itu ditemukan di tempat yang sama dengan anak anjing yang berumur 18.000 tahun, yang saat ini juga dipelajari Dalén dan Dussex.

Menggunakan penanggalan karbon pada tulang rusuk makhluk itu, para ahli dapat mengkonfirmasi bahwa spesimen itu telah dibekukan selama sekitar 18.000 tahun, tetapi tes DNA yang luas sejauh ini tidak dapat menunjukkan apakah hewan itu anjing atau serigala.

 

Reporter: Jihan Fairuzzia 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.