Sukses

Pendukung RUU Perlindungan LGBT Menang Pemungutan Suara di Swiss

Para pemilih di Swiss telah mendukung rencana undang-undang yang membuat adanya anti-diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dan identitas seksual ilegal.

Liputan6.com, Bern - Para pemilih di Swiss telah mendukung rencana undang-undang yang membuat adanya anti-diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dan identitas seksual ilegal.

Hasilnya, 63,1% mendukung dan 36,9% yang menentang. Ini menjadi dorongan besar bagi komunitas LGBT Swiss. Demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (10/2/2020). 

Mereka berpendapat bahwa hukum Swiss tentang masalah ini jauh tertinggal dari negara-negara lain di Eropa. Penentang undang-undang baru berpendapat hal tersebut bisa membatasi kebebasan berbicara.

Di Swiss, diskriminasi atas ras atau agama sudah menjadi ilegal.

Menjelang pemungutan suara, para pegiat mengatakan mereka pikir hasilnya akan ketat, dan bahwa suaranya lebih dari 60% adalah tidak mungkin.

Hasil hari Minggu menunjukkan opini publik jauh lebih reseptif untuk memperkuat undang-undang anti-diskriminasi daripada yang diperkirakan analis.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jadi Momentum Bagi LGBT

Pink Cross Switzerland, sebuah organisasi pendukung LGBT mengatakan, "Hasilnya membuktikan tanda kuat penerimaan untuk lesbian, gay dan biseksual. Setelah jelas ya, komunitas LGBT akan menggunakan momentum ini untuk mencapai implementasi yang konsisten dari KUHP dan untuk menegakkan kesetaraan pernikahan."

RUU untuk melegalkan pernikahan sesama jenis saat ini sedang dalam proses melalui parlemen.

"Banyak orang Swiss cenderung melebih-lebihkan seberapa modern negara kita," jelas Anna Rosenwasser dari Organisasi Lesbian Swiss.

Dia menunjukkan bahwa pada Rainbow Map di 49 negara yang menghormati hak-hak LGBT, Swiss berada di peringkat ke-23. "(Negara) ini mungkin kaya, tapi ini belum modern. Kami tidak memiliki undang-undang tentang diskriminasi publik berdasarkan orientasi seksual."

Untuk mendukung argumennya bahwa kurangnya perlindungan hukum menyebabkan kerusakan pada komunitas gay, Rosenwasser mengutip angka bunuh diri: "Di antara orang-orang LGBT di Swiss, angka tersebut lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang heteroseksual. Itu cukup sesuatu, itu menunjukkan bagaimana kita belum merasa aman. "

3 dari 3 halaman

Diskriminasi Terhadap LGBT di Swiss

 

Pendukung hukum berpendapat bahwa tidak ada yang akan dituntut karena komentar pribadi, atau untuk kepercayaan agama. Tapi, kata mereka, hukum harus melindungi komunitas LGBT dari diskriminasi publik dan agresi.

Anggota komunitas gay yang diwawancarai oleh 20 Minuten paper Swiss mengatakan mereka sering diserang secara fisik, beberapa bahkan harus dirawat di rumah sakit. Kelompok-kelompok pemuda lainnya mengatakan pada koran yang sama mereka merasa tidak apa-apa untuk memukul pasangan gay secara terbuka, bahkan menyarankan mereka bisa "disembuhkan dengan beberapa pukulan".

Inilah intinya, kata juru kampanye Jessica Zuber, di mana argumen tentang kebebasan berekspresi terlalu jauh."Kebebasan berekspresi dalam demokrasi liberal hanya berlaku sejauh hak individu atas martabat manusia dilindungi," katanya.

Mengesahkan undang-undang akan "mengirim tanda kuat ke arah penerimaan martabat manusia semua orang, apa pun orientasi seksual mereka".

Itu akan menjadi pertanda penting bagi Anna Rosenwasser, yang tahu bagaimana rasanya merasa tidak nyaman dalam mengekspresikan identitasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.