Sukses

Kabar Flu Babi Menyeruak di Tengah Virus Corona, Taiwan Sebut Virus H1N1

Pemerintah Taiwan dengan cepat menyampaikan klarifikasi ke pihak media terkait flu babi yang menyeruak di tengah wabah Virus Corona.

Liputan6.com, Taipei - Belum lama ini ada beberapa media memuat atau menyiarkan berita tentang Flu Babi di Taiwan. Isu itu menyeruak di tengah wabah Virus Corona baru terkini.

Terkait hal tersebut, pemerintah Taiwan dengan cepat menyampaikan klarifikasi ke pihak media.

"Saat ini influenza yang terjadi di Taiwan terutama disebabkan oleh 'Virus Influenza A (H1N1)', yang sama sekali berbeda dari 'demam babi klasik' atau 'demam babi Afrika'. Saat ini, infeksi pada manusia 'Virus Influenza A (H1N1)' terutama merupakan penyebaran antar-manusia, dan tidak terkait sama sekali dengan babi," jelas pihak TETO (Taipei Economic & Trade Office) dalam keterangan tertulisnya, yang dimuat Kamis (6/2/2020).

"Oleh karena 'Virus Influenza A (H1N1)' ini pernah ditularkan oleh babi pada tahun 2009, maka umumnya dikenal sebagai Flu babi (Swine Flu) pada tahun 2009. Akan tetapi! Karena tidak setiap infeksi terkait dengan babi, virus ini kemudian dijuluki “Virus Influenza A (H1N1)” oleh Amerika Serikat dan negara lain," sambung pernyataan tersebut.

Sebelumnya, media South China Morning Post, melaporkan bahwa sebanyak 56 orang meninggal dunia di Taiwan akibat Virus H1N1 alam tiga bulan terakhir. Media lokal melaporkan ada 13 orang meninggal akibat flu babi dalam seminggu terakhir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belum Ada Korban Tewas Akibat Virus Corona

Sedangkan sejauh ini belum ada laporan kematian akibat Virus Corona di Taiwan dalam sepekan terakhir, walaupun saat ini di Taiwan sudah ada 11 pasien positif terinfeksi.

Menurut laporan Central News Agency, Virus H1N1 dominan di Taiwan dalam 3 bulan terakhir. 13 orang yang tewas akibat flu babi berusia antara 47 dan 97 tahun.

Korban diidentifikasi sebagai wanita berusia 80 tahun. Ia menderita demam pada Desember 2019 lalu, dan akhirnya meninggal karena pneumonia dan kegagalan pernapasan di rumah sakit.

Menurut salah satu dokter CDC (Center of Disease Control and Prevention), Lin Yung-Ching mengatakan bahwa wanita itu telah menerima vaksin flu sebelum tertular. Ia juga mengatakan bahwa sisa pasien yang meninggal karena komplikasi pneumonia dan masalah pernapasan yang terkena flu, belum menerima vaksin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini