Sukses

Ratusan Pekerja Amazon Menentang Aturan Perusahaan Memprotes Krisis Iklim

Ratusan karyawan Amazon menentang kebijakan perusahaan yang melarang karyawannya untuk secara terbuka mengkritik perusahaan karena gagal memenuhi “tanggung jawab moral” dalam krisis iklim.

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan karyawan Amazon menentang kebijakan perusahaan yang melarang karyawannya untuk secara terbuka mengkritik perusahaan karena gagal memenuhi “tanggung jawab moral” dalam krisis iklim.

Dilansir dari The Guardian, Selasa (28/1/2020), lebih dari 340 pekerja teknologi di Amazon menggunakan tagar #AMZNSpeakOut dalam pernyataannya mengecam perusahaan karena tidak mengambil tindakan yang cukup terhadap krisis iklim.

Tindakan ini bertentangan langsung dengan kebijakan Amazon, yang melarang karyawannya berbicara tentang bisnis perusahaan tanpa persetujuan sebelumnya dari manajemen.

Kebijakan itu diperkenalkan setelah karyawan bersumpah untuk berpartisipasi dalam serangan iklim global pada September 2019.

Victoria Liang, seorang insinyur pengembangan perangkat lunak di Amazon yang bergabung dalam aksi publik ini, mengatakan “Krisis iklim sangat mendesak. Kami tidak bisa dibungkam oleh kebijakan ini tentang masalah-masalah berat moral seperti itu.”

Karyawan di Amazon semakin mengkritik perusahaan dalam beberapa tahun terakhir untuk kontraknya dengan perusahaan minyak dan gas besar.

Pada musim semi 2019, lebih dari 8.700 karyawan Amazon menandatangani surat terbuka kepada CEO, Jeff Bezos, dan mendesaknya untuk mengambil tindakan lebih berani terhadap perubahan iklim.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Protes Karyawan di Perusahaan Lain

Pekerja di perusahaan Google juga pernah melakukan protes internal atas kebijakan pelecehan seksual pada 2018 yang berlanjut hingga 2019.

Pada Juni 2019, pekerja di perusahaan pengecer barang perabotan online Wayfair juga keluar dari pekerjaannya untuk menentang kontrak perusahaan dengan pusat penahanan untuk imigran.

Seorang juru bicara Amazon mengatakan perusahaan mengetahui tindakan karyawan tersebut. Dia menambahkan bahwa kebijakan komunikasi eksternal telah diperbarui pada musim semi 2019, tetapi tidak diarahkan pada satu kelompok karyawan.

Amazon telah berjanji untuk mencapai netralitas karbon pada 2040 dan 100% energi terbarukan pada 2030.

“Sementara semua karyawan dipersilakan untuk terlibat secara konstruktif dengan salah satu dari banyak tim di Amazon yang bekerja dalam hal ini, (namun) kami benar-benar menegakkan kebijakan komunikasi eksternal kami dan tidak akan mengizinkan karyawan untuk secara terbuka meremehkan atau salah menggambarkan perusahaan dan kerja keras mereka (yakni) rekan-rekan yang sedang mengembangkan solusi untuk masalah-masalah sulit ini,” katanya.

3 dari 3 halaman

Diancam Diberhentikan

Pada bulan Januari, setidaknya tiga karyawan mengatakan mereka diancam akan diberhentikan karena berbicara secara terbuka tentang masalah lingkungan, dan memicu protes lebih lanjut terhadap kebijakan baru tersebut.

“Saya bangga bekerja di Amazon, tetapi kebijakan yang membungkam karyawan yang menentang kami untuk melakukan hal yang lebih baik, bertentangan dengan prinsip-prinsip kepemimpinan kami sendiri,” kata Nolan Woodle, manajer kontrak asosiasi di Amazon.

“Ketika ada masalah yang sangat penting, kita harus bisa membicarakannya. Membungkam karyawan bukanlah pendekatan yang tepat.” tambahnya.

Sementara itu, perusahaan lain tampaknya merespons keresahan karyawan. Pada Januari 2020, Microsoft mengumumkan akan menjadi “karbon negatif” pada akhir dekade setelah sejumlah tindakan global yang dirancang oleh karyawan.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.