Sukses

Eks Komandan Militer Dipilih Jadi Menlu Baru Korea Utara

Para analis mengatakan penunjukan Ri Son-gwon menunjukkan sikap yang lebih keras dalam pembicaraan nuklir dengan AS.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara telah menunjuk seorang mantan perwira militer sebagai menteri luar negerinya. Hal ini dianggap menjadi sebuah tanda, yang mungkin akan mengadopsi sikap lebih keras dalam negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat.

Setelah berhari-hari berspekulasi, kantor berita negara KCNA mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa Ri Son-gwon - yang memiliki sedikit pengalaman diplomatik - telah menggantikan Ri Yong-ho, seorang diplomat karier berbahasa Inggris yang mengambil bagian dalam pembicaraan nuklir dengan Washington. Demikian seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (24/1/2020).

Para analis mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah penunjukan Ri Son-gwon, yang juga seorang pejabat senior dalam Partai Buruh yang berkuasa, akan menunjukkan pendekatan baru dalam pembicaraan nuklir.

"Memiliki mantan perwira militer sebagai diplomat topnya melambangkan sikap Korea Utara yang tak kenal kompromi terhadap Washington," Ahn Chan-il, seorang pembelot dan peneliti Korea Utara di Seoul, mengatakan kepada Agence France-Presse.

"Sangat jarang seseorang dengan latar belakang militer ditunjik sebagai menteri luar negeri Pyongyang."

Mantan komandan militer dengan pengalaman diplomatik terbatas, yang tidak memiliki pengalaman berurusan dengan masalah nuklir atau pejabat AS, diangkat ke panel urusan luar negeri parlemen Korea Utara April lalu dan terlihat pada pertemuan komite sentral pembuat kebijakan partai pada bulan Desember.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Negosiator Tangguh

Selama 15 tahun keterlibatannya dalam pembicaraan antar-Korea, Ri mendapatkan reputasi sebagai negosiator yang tangguh. Dia dilaporkan keluar dari ruangan selama pembicaraan militer dengan Korea Selatan pada 2014 setelah Seoul menuntut permintaan maaf atas provokasi militer Korut.

Seorang pejabat senior departemen luar negeri mengatakan Washington mengetahui penunjukan Ri dan berharap Korea Utara akan melanjutkan pembicaraan denuklirisasi.

"Tidak ada yang bisa diperoleh dengan tidak berbicara," kata pejabat itu dengan syarat anonimitas. “Ini hanya untuk keuntungan mereka, jadi kami mendorong mereka untuk berbicara.

“Diplomasi itu lambat, sabar, mantap. Kami akan tetap dengan rencana itu. "

Ri Yong-ho tampaknya telah dipinggirkan setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan presiden AS, Donald Trump, gagal untuk menyetujui bantuan sanksi dan apa yang Pyongyang akan rela berikan sebagai imbalan selama pertemuan puncak kedua mereka di Hanoi Februari lalu.

Ketidakhadiran Ri dari foto grup eksekutif partai puncak pada pertemuan Desember memicu spekulasi tentang masa depannya.

"Ri Yong-ho adalah pejabat yang secara efektif disingkirkan setelah pertemuan di Hanoi dan dikeluarkan dari jabatannya karena lawan bicara yang dipilih oleh kementerian luar negeri tampaknya tidak mencapai apa-apa," Michael Madden, seorang pakar kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center, mengatakan kepada Reuters.

Penunjukan Ri Son-gwon dikabarkan terjadi setelah Pyongyang menyatakan tidak lagi terikat oleh moratorium yang diberlakukan olehnya sendiri atas rudal balistik jarak jauh dan uji coba nuklir. Selain itu, Washington juga telah melewatkan tenggat akhir tahun Korut untuk terobosan dalam pembicaraan nuklir.

Pyongyang menuntut pelonggaran sanksi internasional, sementara Washington bersikeras akan mengambil langkah yang lebih nyata untuk menyerahkan senjata nuklirnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.