Sukses

Temuan Peneliti China: Sumber Alami Virus Corona Baru Adalah Kelelawar

Virus Corona jenis baru telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia di China.

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona jenis baru telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia di Tiongkok. Para peneliti China telah mengidentifikasi protein utama yang krusial bagi Virus Corona dalam menjangkiti manusia.

Dalam penelitian terbaru, mereka menemukan reservoir atau sumber alami Virus Corona tersebut kemungkinan adalah kelelawar, seperti dilansir Xinhua, Kamis (23/1/2020).

Sejauh ini, enam rangkaian lengkap dari genom virus bernama 2019-nCoV telah dirilis. Meski begitu, asal mula dan mekanisme penularan 2019-nCoV ini masih belum jelas, sebagaimana diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan Science China, para peneliti dari Institut Pasteur Shanghai di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China dan sejumlah institut penelitian lainnya membandingkan urutan genom 2019-nCoV dengan Virus Corona lainnya yang diketahui dapat menjangkiti manusia, yaitu SARS-CoV dan Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).

Mereka menemukan bahwa 2019-nCoV memiliki kemiripan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV masing-masing sekitar 70 persen dan 40 persen.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perbedaan Genetik

Analisis menunjukkan bahwa 2019-nCoV termasuk dalam kelompok Beta Virus Corona yang berisi virus-virus RNA dengan untai tunggal dan selubung yang menjangkiti hewan liar, ternak, dan manusia, menghasilkan wabah dan infeksi tak berkala tanpa gejala yang jelas.

Dalam pohon evolusioner, 2019-nCoV cukup dekat dengan kelompok yang dihuni Virus Corona mirip SARS. Dan SARS sendiri, dengan Virus Corona kelelawar HKU9-1 sebagai outgroup langsung.

Virus-virus ini kemungkinan memiliki sumber umum yang menyerupai Virus Corona kelelawar HKU9-1.

Gagasan bahwa kelelawar merupakan sumber 2019-nCoV, "Menjadi penjelasan yang logis dan sesuai, meskipun tetap ada kemungkinan bahwa satu atau lebih perantara terlibat dalam proses penularan dari kelelawar ke manusia," papar para peneliti.

Mereka menyebutkan, ada perbedaan genetik yang cukup besar antara 2019-nCoV dan SARS-CoV yang menjangkiti manusia, dan perbedaan yang bahkan lebih besar dengan MERS-CoV.

Analisis genetik yang dilakukan memunculkan pertanyaan lain, yakni apakah 2019-nCoV mengadopsi mekanisme yang sama dengan yang digunakan SARS-CoV atau MERS-CoV dalam penularan lintas spesies dan manusia. Atau apakah virus itu memiliki mekanisme yang berbeda?

3 dari 3 halaman

571 Kasus Pneumonia Akibat Virus Corona

Pada kasus SARS-CoV, protein tonjolan (spike protein) atau protein S sangat penting bagi virus itu ketika menempel pada reseptor sel inang.

Para peneliti mengevaluasi kemampuan protein S dari 2019-nCoV untuk berinteraksi dengan reseptor sel manusia. Mereka menemukan, meskipun ikatan antara 2019-nCoV dan reseptor sel manusia lebih lemah dibandingkan SARS-CoV, ikatan tersebut masih dianggap kuat.

Para peneliti menyebutkan, protein S 2019-nCoV mendukung interaksi yang kuat dengan reseptor sel manusia, memicu risiko kesehatan publik yang signifikan berupa penularan manusia.

Otoritas kesehatan China mengumumkan, 571 kasus pneumonia akibat 2019-nCoV yang terkonfirmasi telah dilaporkan di 25 wilayah setingkat provinsi di negara tersebut per Rabu 22Januari tengah malam waktu setempat. Kasus-kasus tersebut telah mengakibatkan 17 kematian, seluruhnya di Provinsi Hubei, China tengah.

Di luar China Daratan, satu kasus telah dikonfirmasi di wilayah Hong Kong, Makau, Taiwan, serta Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, sementara tiga kasus di Thailand.

Total 5.897 orang yang melakukan kontak jarak dekat telah dilacak, kata Komisi Kesehatan Nasional China (National Health Commission/NHC). Komisi menambahkan, 4.928 orang di antaranya sedang dalam observasi medis, sementara 969 orang lainnya telah dipulangkan.

Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki saat ini, periode inkubasi virus tersebut dapat berlangsung hingga sekitar 14 hari, menurut skema pencegahan dan pengendalian yang dirilis pada Rabu oleh NHC. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.