Sukses

Kawah Tertua Bekas Hantaman Asteroid 2,2 Miliar Tahun Lalu Ditemukan di Australia

Sekitar 2,2 miliar tahun yang lalu, sebuah asteroid menghantam Bumi dan meninggalkan kawah besar selebar 43 mil di Australia Barat.

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan menemukan kawah tertua di Bumi yang merupakan bekas hantaman asteroid sekitar 2,2 miliar tahun lalu. Dampak dari hantaman asteroid itu meninggalkan kawah besar selebar 43 mil di tempat yang sekarang disebut Australia Barat.

Hal itu merupakan situs tertua yang diketahui di dunia, yang mungkin juga telah mengubah iklim Bumi.

Kejadian itu terjadi pada waktu yang bertepatan dengan pemulihan Bumi dari zaman es yang dikenal sebagai 'Bola Salju', di mana sebagian besar permukaan bumi tertutup dengan lapisan es setebal 3 mil, menurut pernyataan dari Imperial College di London.

Dilansir USA Today, Rabu (22/1/2020), dampak kejadian tersebut meninggalkan bekas di tanah yang dikenal sebagai kawah Yarrabubba.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kawah Tertua

"Usia yang kita miliki untuk struktur dampak Yarrabubba menjadikannya struktur dampak tertua di planet ini," kata Chris Kirkland, ahli geologi di Curtin University Australia, kepada Australian Broadcasting Corp.

Kawah itu memiliki usia sekitar setengah usia Bumi dan 200 juta tahun lebih tua dari pemegang rekor sebelumnya yakni Vredefort Dome seluas 190 mil di Afrika Selatan.

Bumi memiliki permukaan yang terus berubah karena tektonik dan erosi, yang berarti bahwa kawah yang sangat tua sulit untuk diidentifikasi, demikian menurut sebuah studi.

Para ilmuwan menganalisis air yang ada di dalam kawah yang mampu mengungkapkan usia yang tepat untuk peristiwa tersebut.

3 dari 3 halaman

11 Ribu Triliun Pon Uap Air

Setelah meluncur ke lapisan es benua, dampaknya bisa melepaskan hingga 11.000 triliun pon uap air ke atmosfer, gas rumah kaca yang kuat yang mungkin juga memainkan peran dalam memodifikasi iklim Bumi.

Dalam sebuah pernyataan, Aaron Cavosie dari Curtin University mengatakan, studi ini mungkin memiliki implikasi yang signifikan bagi penemuan dampak kawah di masa depan.

"Temuan kami menyoroti bahwa memperoleh usia tepat dari kawah yang diketahui adalah hal penting."

"Yarrabubba memiliki usia sekitar setengah dari umur Bumi dan itu menimbulkan pertanyaan apakah semua kawah yang lebih tua telah terkikis atau apakah mereka masih di luar sana menunggu untuk ditemukan," kata Cavosie.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Inggris Nature Communications.

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.