Sukses

Vladimir Putin Kunjungi Suriah di Tengah Konflik AS-Iran

Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk bertemu dengan Presiden Bashar Assad, kunci dari sekutu Iran.

Liputan6.com, Damaskus, Suriah - Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Damaskus pada Selasa 7 Januari 2020 untuk pertemuan dengan Presiden Bashar Assad.

Hal itu merupakan sebuah kunjungan langka di tengah melambungnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat, setelah serangan drone AS yang menewaskan seorang jenderal tertinggi Iran.

Pernyataan resmi yang dibuat selama kunjungan, yang belum diumumkan sebelumnya, tidak menyebutkan tentang pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani minggu lalu, demikian dilansir ABC News, Rabu (8/1/2020).

Serangan AS yang menewaskan Soleimani beberapa menit setelah ia mendarat di Irak, telah menarik janji pembalasan dari Tehran dan milisinya di Baghdad dan Beirut. Hal ini juga menyebabkan Amerika Serikat harus mengembalikan posisi pasukannya di Irak serta mengikuti seruan dari Parlemen Irak dan perdana menteri, bahwa pasukan AS harus meninggalkan negara itu.

Soleimani memimpin pasukan yang didukung Iran, yang mendukung Assad, dalam perang saudara Suriah dan memainkan kunci dalam menopang pasukannya. Dengan beberapa 600 pasukan Amerika yang dikerahkan di Suriah, negara ini merupakan situs potensi konflik dengan Iran.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kunjungan ke-2 Putin

Ini adalah kunjungan Vladimir Putinyang  kedua ke Suriah selama perang, di mana pasukannya telah berjuang bersama pasukan pemerintah setempat sejak 2015. Lawatan itu terjadi di tengah serangan yang didukung Rusia oleh pasukan Suriah di provinsi barat laut Idlib, yakni kubu pemberontak terakhir di Suriah.

Putin dan Assad bertemu di sebuah pos komando Rusia di Damaskus. Mereka diberitahu laporan militer pada situasi di daerah yang berbeda di Suriah, kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Dalam percakapannya dengan Assad, Putin mengatakan bahwa banyak yang telah dilakukan untuk memulihkan status negara dan integritas wilayah Suriah.

"Situasinya tidak hanya berubah - pada kenyataannya, kami menyaksikan pemulihan kenegaraan Suriah, Suriah sebagai negara, dan integritas teritorial negara itu," kata Putin dalam video pertemuan yang dirilis oleh kantor berita negara Suriah, SANA.

Pada saat yang sama, Putin mencatat bahwa situasi di Timur Tengah “sayangnya meningkat.”

Rusia bergabung dengan perang pada 2015, ketika militer Suriah tampak hampir runtuh. Sejak itu, sebagian besar karena dukungan lapisan udara Rusia, pemerintah Suriah sebagian besar telah memenangkan perang saudara militer selama hampir 9 tahun, dan telah merebut kembali sebagian besar negara dari pejuang pemberontak.

3 dari 3 halaman

Mengunjungi Tempat Sakral di Suriah

Selama berada di Damaskus, Putin mengunjungi Masjid Umayyad yang menjadi landmark ibu kota Suriah yang berdinding Kota Tua, di mana ia melihat makam Yohanes Pembaptis yang disakralkan baik bagi umat Kristen maupun Muslim.

Kunjungan Putin bertepatan dengan Natal Ortodoks Rusia, dan Putin memberi selamat kepada pasukannya pada hari libur, berdasarkan sebuah pernyataan dari kantor Assad. Foto yang dirilis oleh SANA menunjukkan kedua pemimpin itu mengunjungi katedral ortodoks di Damaskus.

Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Suriah yang didukung oleh pesawat tempur Rusia, telah terdorong masuk ke kubu pemberontak terakhir negara itu, yang terletak di provinsi Idlib barat laut.

Terakhir kali Putin datang ke Suriah pada 2017, ketika ia mengumumkan skala kehadiran militer Rusia di sana. Pada saat itu, pemberontak masih mendekam di pinggiran Damaskus, dan ia hanya mengunjungi pangkalan udara Hemeimeem Rusia di provinsi pesisir Latakia, Suriah.

Assad sebelumnya mengunjungi Rusia dan bertemu dengan Putin pada Mei 2018, November 2017 dan Oktober 2015.

Hampir setengah juta orang telah tewas dalam perang saudara Suriah dan 11 juta orang terlantar dari rumah mereka, termasuk 5 juta yang merupakan pengungsi di luar negara itu.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.