Sukses

Perang Antarsuku di Darfur Sudan, 48 Orang Tewas

Selain menewaskan 48 orang, konflik antarsuku di Sudan mengakibatkan lebih dari 200 orang luka-luka.

Liputan6.com, Darfur - Perang antarsuku pecah di kawasan Darfur, Sudan. Bulan Sabit Merah melaporkan pada Kamis 2 Januari 2020, sedikitnya 48 orang tewas dan lebih dari 200 orang luka-luka akibat peristiwa tersebut. 

Mengutip VOA Indonesia, Jumat (3/1/2020), angka itu termasuk 19 orang dalam keadaan kritis dan diterbangkan ke Khartoum untuk mendapat penanganan medis.

Konflik bersenjata di Sudan itu mulai terjadi Minggu 29 Desember 2019 malam di El Geneina, ibu kota Darfur Barat, dan berlanjut hingga Senin 30  antara suku Arab dan Afrika, membuat sejumlah rumah hangus terbakar.

Pemerintah Khartoum mulai memberlakukan jam malam di seluruh Darfur Barat pada hari Senin dan melakukan investigasi terhadap konflik berdarah itu. Sejumlah pejabat senior pun telah mengunjungi kawasan tersebut.

Pemerintah juga menempatkan tentara di El Geneina untuk mengamankan situasi.

Penduduk El Geneina yang berbicara kepada AFP melalui telepon mengatakan, pasukan keamanan berpatroli di jalan-jalan utama, dan mengatakan pertempuran di kota itu telah mereda.

Menurut media Sudan, konflik itu dimulai setelah perselisihan antara 2 orang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pelengseran Presiden

Sebelumnya, Sudan jadi sorotan karena sang pemimpin.

Militer Sudan menggulingkan presiden negara ini, Omar al-Bashir, pada Kamis, 11 April 2019, di tengah protes berdarah yang semakin meningkat selama 30 tahun pemerintahannya.

Dijatuhkannya al-Bashir dari kekuasaan terjadi setelah lebih dari seminggu protes di Aljazair pecah. Para pengunjuk rasa kala itu, yang diperkirakan berjumlah puluhan ribu, memaksa pengunduran diri al-Bashir yang didukung oleh militer Sudan sekaligus presiden Aljazair, Abdelaziz Bouteflika.

Mereka berkumpul di sebuah tempat di luar markas militer di pusat Khartoum, ibu kota, selama hampir satu minggu.

Namun para demonstran pro-demokrasi kian tersulut emosi dan kecewa besar ketika menteri pertahanan mengumumkan bahwa angkatan bersenjata akan memerintah Sudan untuk dua tahun ke depan.

Pengkoordinator demo di Sudan dengan cepat mengecam tentara dan bersumpah untuk melanjutkan aksi turun ke jalan sampai pemerintah transisi sipil terbentuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.