Sukses

Tegang dengan AS, Kim Jong-un Siapkan Langkah Ofensif untuk Lindungi Korut

Presiden Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan sedang menyiapkan langkah ofensif untuk melindungi negaranya. Hal ini ia lakukan di tengah perselisihannya dengan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menyerukan "langkah-langkah positif dan ofensif" untuk memastikan kedaulatan dan keamanan negara itu.

Dikutip dari BBC, Senin (30/12/2019), ia menyampaikan hal tersebut pada pertemuan para pemimpin partai di Pyongyang, kata media pemerintah.

Komentarnya datang di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS tentang pengujian rudal dan kebijakan nuklir negaranya.

Pada Minggu 29 Desember 2019, AS memperingatkan bahwa mereka akan "menunjukkan kekecewaannya" jika Korea Utara melakukan uji coba rudal jarak jauh atau nuklir baru.

Menurut media pemerintah Korea Utara KCNA, Kim membuka pertemuan partai pada hari Sabtu dan memimpin sesi pada hari Minggu.

Pemimpin Korea Utara tersebut menekankan "kebutuhan untuk mengambil langkah-langkah positif dan ofensif" untuk "sepenuhnya menjamin kedaulatan dan keamanan negara, seperti yang disyaratkan oleh situasi saat ini".

Kim tidak menjelaskan sepenuhnya apa arti "tindakan ofensif".

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aksi AS untuk Korea

Pada hari Minggu - sebelum pernyataan Kim dipublikasikan - penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan AS memiliki "banyak alat dalam perangkat alatnya" untuk menanggapi setiap tes yang dilakukan oleh Korea Utara.

"Kami akan memberikan penilaian tetapi Amerika Serikat akan mengambil tindakan seperti yang kami lakukan dalam situasi ini," katanya kepada ABC.

"Jika Kim Jong-un mengambil pendekatan itu, kita akan sangat kecewa dan kita akan menunjukkan kekecewaan itu."

Hubungan antara AS dan Korea Utara diketahui telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Kim dan Donald Trump mengadakan pembicaraan tatap muka di Singapura pada Juni 2018, dan di Vietnam pada Februari tahun ini, yang ditujukan untuk denuklirisasi.

Kedua pemimpin juga mengadakan pertemuan "dadakan" di zona demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan pada Juni lalu. 

Namun Korea Utara terus menguji coba rudal jarak pendek dan tanda-tanda permusuhan juga terus berlanjut. 

Pyongyang menetapkan Washington hingga batas waktu akhir tahun untuk menawarkan bantuan sanksi, dan juga menyatakan bahwa Trump sebagai"orang bodoh".

Hal itu terjadi setelah Trump menyebut Kim sebagai "rocket man".

Dua minggu lalu, perwakilan khusus AS untuk Korea Utara mendesak Kim untuk memulai kembali perundingan.

"Kami di sini, mari kita selesaikan ini," kata Stephen Biegun, perwakilan AS untuk Korea Utara. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.