Sukses

Putusan Pengadilan Saudi Ihwal Pembunuhan Jamal Khashoggi Dipuji AS, Tapi...

Pengadilan Saudi membebaskan lingkaran terdekat Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) dari dakwaan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Jakarta - Belum lama ini Pengadilan Saudi membebaskan lingkaran terdekat Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) dari dakwaan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Putusan itu dikecam sebagai "penghinaan" atas asas keadilan.

Kendati demikian, keputusan tersebut justru menuai pujian dari Amerika Serikat. Pemerintahan Donald Trump malah memuji proses hukum di Riyadh.

Seperti dikutip dari DW Indonesia, Kamis (26/12/2019), putusan pengadilan Arab Saudi yang membebaskan Pangeran Mohammed bin Salman dari tuduhan pembunuhan berencana terhadap wartawan Jamal Khashoggi dikecam sebagai sebuah penghinaan atas asas keadilan. Meski banjir kritik, butir putusan yang selaras dengan sikap pemerintah Riyadh itu mendapat dukungan dari Amerika Serikat.

Sebelumnya lima terdakwa divonis mati pada Senin 23 Desember, sementara tiga orang lain dijebloskan ke penjara usai diputus bersalah melakukan pembunuhan terhadap Khashoggi di gedung konsuler Arab Saudi di Istanbul, Turki. Selama ini pemerintah Arab Saudi bersikeras dalang pembunuhan adalah oknum agen dinas rahasia yang bertindak di luar wewenang.

Namun ketika Kementerian Luar Negeri AS menyebut putusan itu sebagai "langkah penting" untuk menyeret pelaku ke pengadilan, Turki mengecamnya sebagai sebuah "skandal" yang menjamin "impunitas" bagi otak di balik pembunuhan, yakni Pangeran Mohammed bin Salman, yang sering disebut dengan inisialnya MBS.

Perlu diketahui, Turki merupakan bagian dari blok Qatar dan Iran yang bermusuhan dengan Arab Saudi.

Jamal Khashoggi adalah wartawan Saudi yang acap mengritik pemerintah di Riyadh. Usai dibunuh, tubuhnya dicincang oleh skuad Saudi beranggotakan 15 orang. Hingga kini tidak jelas di mana jasad Khashoggi dikuburkan atau disimpan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Klaim AS

Jaksa sebelumnya menunjuk Wakil Kepala Dinas Rahasia Ahmed al-Assiri sebagai pihak yang mengawasi pembunuhan Khashoggi. Adapun AS mengklaim bekas konsultan kerajaan, Saud al-Qahtani merupakan "bagian dari perencanaan dan eksekusi."

Qahtani sempat diperiksa oleh kepolisian Arab Saudi namun dibebaskan menyusul "tidak cukupnya bukti-bukti." Nasib serupa menghampiri Assiri yang meski sempat didakwa, namun kemudian dibebaskan dengan alasan yang sama.

Seorang sumber di pemerintahan mengaku sebagian terdakwa berusaha membela diri di pengadilan dengan dalih hanya menjalankan perintah Assiri yang diklaim sebagai "pemimpin" operasi maut tersebut. Kedua pria itu termasuk ke dalam lingkaran terdekat MbS. Keduanya dipecat usai skandal Khashoggi menjadi buah bibir dunia internasional. 

"Sebuah pengadilan rahasia di dalam monarki absolut tanpa akses keadilan tidak fair atau transparan," komentar Tamara Cofman Wittes, peneliti di Brookings Institution, ihwal proses hukum terkait dalang pembunuhan Khashoggi. "Kerajaan harus mengambil alih tanggungjawab atas tindakannya sendiri."

3 dari 3 halaman

AS Melunak, Tapi Kritik Terus Jalan

Meski sikap lunak Washington, kritik terhadap Arab Saudi datang dari anggota legislatif Amerika Serikat. "Perbaikan hubungan bilateral antara kedua negara membutuhkan prinsip keadilan dan pertanggungjawaban," kata Senator Angus King dalam surat keterangan persnya.

"Antara kerahasiaan yang meliputi proses hukum dan sikap pengadilan yang tidak ikut mempertimbangkan peran pembantu utama pangeran, Saud al-Qahtani, dalam pembunuhan tersebut....pengumuman putusan tidak memenuhi kriteria di atas."

Qahtani yang sebelumnya menggagas kampanye media sosial untuk meredam kritik terhadap keluarga kerajaan, tidak pernah lagi muncul ke publik sejak pembunuhan Khashoggi. Keberadaannya hingga kini memicu beragam spekulasi.

Termasuk ke-11 terdakwa yang diseret ke pengadilan adalah Maher Mutreb, perwira Dinas Rahasia yang sering mengawal MbS dalam perjalanan dinas ke luar negeri, Salah al-Tubaigy ahli forensik dan Fahad al-Balawi, anggota Pasukan Pengamanan Kerajaan. Tidak jelas apakah ketiga orang terdekat MBS itu mendapat vonis mati atau penjara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.