Sukses

Indonesia Menyerukan Deeskalasi Konflik Suriah di DK PBB

Dalam Pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai Timur Tengah di New York, AS, Pemerintah Indonesia kembali menggaungkan isu Suriah.

Liputan6.com, New York - Isu Suriah kembali digaungkan Pemerintah Indonesia, kali ini di dalam Pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai Timur Tengah di New York, AS, Kamis 19 Desember 2019 waktu setempat. Pada kesempatan tersebut, RI menyerukan deeskalasi konflik untuk segera dilaksanakan di sejumlah wilayah di Suriah, selain itu juga mendesak semua pihak terkait untuk melakukan kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional.

Saat menyampaikan pernyataan dalam pertemuan tersebut, Wakil Tetap RI untuk PBB di New York Duta Besar Dian Triansyah Djani menyebut tentang semakin buruknya situasi kemanusiaan di wilayah barat laut, timur laut, dan barat daya Suriah yang telah mengakibatkan kematian warga sipil, kerusakan infrastruktur publik, dan perpindahan manusia.

“Kami mendesak semua pihak untuk menghentikan semua serangan terhadap warga sipil dan fasilitas sipil, termasuk penggunaan senjata, bom barel, dan serangan udara tanpa pandang bulu,” kata Dubes Triansyah dalam keterangan tertulis PTRI New York yang diterima di Jakarta, dikutip dari Antara News (21/12/2019).

Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil dari serangan dan dampak permusuhan, serta untuk memungkinkan mereka berpindah secara sukarela ke tempat-tempat yang aman.

Selain itu, Indonesia menegaskan pentingnya semua pihak untuk memungkinkan akses tanpa hambatan, aman, tepat waktu, dan berkelanjutan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan, agar PBB dan mitranya dapat menjangkau semua orang yang membutuhkan bantuan di Suriah.

“Kami memuji kerja tak kenal lelah PBB untuk terus memberikan bantuan yang menyelamatkan jiwa bagi jutaan orang yang membutuhkan, di tengah berbagai tantangan,” kata Dubes Triansyah.

Kemudian, delegasi Indonesia pun menyerukan pembaruan mekanisme lintas batas yang sangat diperlukan bagi empat juta orang di Suriah.

"Delegasi saya sangat percaya bahwa kita tidak dapat membahayakan operasi lintas batas yang sedang berlangsung yang menyediakan bantuan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan kemanusiaan mendesak lainnya," ujar dia.

Dengan tujuan utama menghentikan penderitaan rakyat Suriah, Indonesia pun meminta semua anggota DK PBB mengesampingkan berbagai perbedaan yang ada dan berfokus pada rancangan resolusi mengenai bantuan kemanusiaan lintas batas guna menyelamatkan empat juta orang yang membutuhkan operasi bantuan itu.

“Kehidupan warga sipil dipertaruhkan dan orang-orang ini telah menderita terlalu lama. Ini bukan tentang kita. Ini semua tentang menyelamatkan orang-orang Suriah. Saya memohon, sekali lagi kepada semua anggota Dewan untuk melakukan hal yang benar,” kata Dubes Triansyah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berseberangan dengan China dan Rusia

Rusia dan China berseberangan dengan negara-negara anggota DK PBB lainnya, mengenai pengiriman bantuan kemanusiaan yang melintasi perbatasan dan garis konflik ke lebih dari satu juta warga Suriah, di wilayah-wilayah yang sebagian besar dikuasai pemberontak.

Sejak 2014, DK PBB telah mengirim bantuan melalui empat perbatasan yaitu Bab al-Salam dan Bab al-Hawa di Turki, al-Yarubiyah di Irak, serta al-Ramtha di Yordania.

Sponsor resolusi bantuan tahun ini yakni Jerman, Belgia, dan Kuwait, mengedarkan konsep yang telah dibahas selama beberapa pekan yang akan menambah titik penyeberangan baru di Turki dan memperluas operasi lintas batas selama satu tahun.

Rusia dan China, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, justru mengedarkan resolusi saingan untuk menutup titik perbatasan di Irak dan Yordania, sehingga menyisakan dua titik di Turki. Resolusi yang ditawarkan kedua negara tersebut akan memperbarui operasi lintas batas hanya selama enam bulan.

Utusan dari 10 anggota DK terpilih, yang bertugas selama dua tahun, berdiri di luar majelis pada Selasa untuk menyatakan dukungan untuk memperbarui mekanisme lintas-batas. Mereka memperingatkan "konsekuensi dari tidak diperpanjangnya mekanisme akan menjadi bencana".

Dewan beranggotakan 15 orang membahas resolusi saingan tersebut di balik pintu tertutup pada Rabu.

Duta Besar Rusia untuk PBB Nebenzia Vassily Alekseevich mengatakan resolusi sponsor "tidak ada hubungannya dengan situasi nyata di lapangan" dan "tidak dapat diterima dan tidak dapat diselamatkan". Hal itu menunjukkan bahwa Moskow akan memveto jika dilakukan pemungutan suara terhadap resolusi tersebut.

Sementara Duta Besar Inggris untuk PBB Karen Pierce menyebut bahwa "dalam beberapa tahun terakhir situasinya tidak berubah secara material untuk meniadakan perlunya bantuan lintas batas".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.