Sukses

Kepala Negara Arab Saudi dan Indonesia Tak Hadir di KTT Malaysia, Ada Apa?

KTT Diaspora Islam telah dimulai di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, negara Islam berpengaruh tidak hadir. Apa alasannya?

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Arab Saudi menjadi satu dari sedikit negara Islam yang tidak menghadiri konferensi empat hari di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertemuan yang bertujuan untuk mengatasi sebagian isu paling sulit di dunia Islam.

Konferensi itu diselenggarakan oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.

Dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (20/12/2019), konferensi ini diperkirakan akan membahas isu-isu seperti penderitaan Muslim Uighur di Xinjiang, provinsi terpencil di China, di mana jutaan orang ditahan di tempat yang oleh para pengecam disebut sebagai kamp interniran.

Kerajaan Saudi menyatakan memboikot KTT tersebut karena acara itu tidak diselenggarakan di bawah panji Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berbasis di Jeddah dan beranggotakan 57 negara. OKI mengeluarkan pernyataan hari Rabu yang menyebutkan pertemuan semacam itu bukan hanya akan melemahkan blok tersebut, tetapi juga melemahkan Islam.

PM Pakistan Imran Khan dijadwalkan menghadiri forum itu, tetapi dikabarkan mundur karena tekanan dari Riyadh.

Sementara Iran, Turki dan Qatar - semuanya saingan Arab Saudi - menghadiri acara ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indonesia Hanya Diwakili Menlu

Menurut pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan datang hanya untuk menghadiri acara pembukaannya saja. Menurutnya, KTT sedianya memang dihadiri oleh kepala negara atau kepala pemerintahan, sehingga Retno hanya datang di acara pembukaan saja.

Meski Joko Widodo atau Ma'ruf Amin tidak datang, lanjutnya, Indonesia sudah menghadiri pertemuan-pertemuan persiapan tingkat menteri luar negeri dan pejabat tinggi sebelumnya, sehingga masukan-masukan dan pandangan dari Indonesia sudah disampaikan untuk KTT Islam tersebut.

Dalam sejumlah pertemuan persiapan untuk KTT Islam tersebut, menurut Faizasyah, Indonesia menyampaikan pandangan atas berbagai tantangan dihadapi berbagai masyarakat muslim seluruh dunia dan menekankan pentingnya perdamaian serta kesejahteraan bagi umat Islam.

"Beliau (Menteri Luar Negeri Retno Marsudi) menggarisbawahi arti pentingnya persatuan di antara umat muslim itu sendiri dan ibu menteri luar negeri juga menggarisbawahi tetap arti penting dan sentral dari OKI sebagai organisasi kerjasama Islam untuk juga menjadi tumpuan dalam kerjasama di antara negara-negara Islam," kata Faizasyah.

3 dari 4 halaman

Kemlu Enggan Komentari Ketidakhadiran Arab Saudi

Faizasyah menolak mengomentari sikap Arab Saudi yang menolak pelaksanaan KTT Islam karena dilaksanakan di luar wadah OKI. Dia menekankan sekali lagi Indonesia menilai OKI memiliki arti penting dan sentral bagi kerjasama negara-negara muslim dalam menghadapi persoalan umat islam di berbagai belahan dunia.

Ditambahkannya, pemerintah menolak mengomentari polemik tentang KTT Islam di Kuala Lumpur tersebut karena sejak awal Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk hadir tapi karena kelelahan, batal datang.

KTT Islam di Kuala Lumpur itu dipersiapkan oleh yayasan bernama Perdana Leadership Foundation bentukan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, bukan oleh pemerintah Malaysia, sehingga ada perbedaan pendekatan dan substansi pembahasan isu.

4 dari 4 halaman

Arab Saudi Tidak Datang, Apa Pengaruhnya?

Menurut Direktur Indonesia Center for Middle East Studies di Universitas Padjajaran, Dina Y. Sulaeman, ia menggarisbawahi bahwa pengaruh ketidakhadiran Saudi bergantung pada isu yang akan dibahas. Untuk isu Perang Yaman misalnya, maka peserta yang hadir dipastikan akan mencapai kata sepakat sebab negara yang berkepentingan, yakni Arab Saudi, tidak datang.

Dina melihat sulitnya menyelesaikan persoalan di berbagai negara Muslim ini lebih dikarenakan tidak adanya kesepakatan soal bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Juga adanya aktor berpengaruh yang bisa menentukan bagaimana konflik itu harus diselesaikan. Namun ia tidak merinci aktor yang dimaksudnya.

Menurut Dina, Arab Saudi sebagai penguasa dua tanah suci mestinya bisa berperan sangat penting dalam penyelesaian beragam persoalan di negara-negara Muslim karena menjadi patron dan patokan negara Muslim lainnya. Namun dia menyayangkan sejumlah kebijakan Arab Saudi yang kontraproduktif terhadap persatuan Islam, misalnya gerakan yang menyebarluaskan ideologi Wahabi yang memecah belah umat.

Dari salinan daftar peserta dan agenda acara diperoleh VOA, hanya empat kepala negara yang datang, yakni Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad, Presiden Iran Hasan Rouhani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.