Sukses

Dubes Finlandia: Jangan Terjebak Stereotip Gender Saat Pilih Karier

Dubes Finlandia untuk Indonesia ingin hapus stereotipe gender saat pilih kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Finlandia berusaha memberantas stereotip kerja yang timbul akibat gender. Pemikiran bahwa pekerjaan tertentu hanya bisa dilakukan oleh laki-laki sementara pekerjaan lain hanya bisa dilaksanakan perempuan justru bisa menghalangi optimasliasi ekonomi negara.

Di Finlandia, satu per tiga wirausahawan adalah kaum hawa, tetapi kebanyakan berada di sektor-sektor khas perempuan. Duta Besar Republik Finlandia untuk Republik Indonesia Jari Sinkari berkata negaranya berusaha menghapus sekat-sekat itu.

"Tenaga kerja kita masih terpisah antara laki-laki dan perempuan yang tampaknya memiliki jalur karier berbeda," ujar Sinkari pada Diplomatic Forum ke-34 di Jakarta, Selasa (17/12/2019).

"Kebanyakan perusahaan atau firma (milik perempuan) berkaitan dengan penataan rambut, industri kecantikan, layanan kebersihan, layanan rumah tangga. Jadi kamu melihat separasi gender juga berlaku pada struktur perusahaan," lanjutnya.

Dalam segi pemerintahan, Finlandia melawan sterotip gender dengan membuktikan perempuan bisa menjabat posisi penting yang tak hanya urusan perempuan atau kesehatan.

Di antara perempuan yang menjabat posisi penting di Finlandia ada ada Menteri Pendidikan Li Andersson, Menteri Sains dan Budaya Hanna Kosonen, Menteri Ketenagakerjaan Tuula Haatinen, Menteri Dalam Negeri Maria Ohisalo, hingga Perdana Menteri Sanna Marin.

Finlandia merupakan negara yang pendidikannya disegani di dunia berkat kualitas gurunya yang bagus. Masalah stereotip dalam kerja pun diselesaikan lewat jalur pendidikan.

Dubes Sinkari berkata salah satu solusi Finlandia untuk menghilangkan stereotipe sejak dini  adalah menggenjot pendidikan matematika dan programming ke anak-anak perempuan. Finlandia pun dianggap sudah memimpin dalam ranah ini.

Menurut Code School Finland, belajar coding sudah wajib bagi murid-murid Finlandia sejak masuk sekolah. Ini bukan berarti ada kelas khusus coding, tetapi coding dimasukan sebagai elemen wajib di berbagai aktivitas.

Pelajaran coding pun dimulai bertahap. Pada kelas 1 - 2 peserta didik diajarkan lewat permainan, belajar dasar robotik di kelas 3 - 6 hingga akhirnya menerapkan programming dalam mendesain dan memanufaktur produk bagi murid kelas 7 - 9.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendidikan yang Memenuhi Potensi

Dubes Jari Sinkari juga menyebut fungsi pendidikan di Finlandia adalah untuk memenuhi potensi peserta didik. Kemampuan invidual dikembangkan agar bisa bekerja di ranah yang mereka minati, bukan bekerja berdasarkan stereotipe gender.

"Dalam pendidikan, apa yang kita berusaha lakukan adalah tidak membuat asumsi stereotipikal bahwa profesi tertentu hanya dikerjakan salah satu gender," ucapnya.

Pendidikan Finlandia pun berusaha agar murid bisa sebebas-bebasnya mengambil keputusan untuk masa depan mereka.

"Pendidikan melayani kebutuhan individual dan individual seharusnya bisa sebebas mungkin untuk mengambil keputusan demi masa depan mereka dan sebagai diri mereka sendiri," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.