Sukses

5 Fakta Tsar Bomba: Bom Atom Paling Mematikan Buatan Uni Soviet

Bom atom buatan Uni Soviet tercatat paling besar dalam sejarah.

Liputan6.com, Moskow - Pada era Perang Dingin, Uni Soviet tidak mau kalah oleh Amerika Serikat (AS) dalam berbagai hal. Lomba pun mereka lakukan mulai dari perang ideologi, balapan ke luar angkasa, hingga adu canggih bom atom. 

Sejarah mencatat Uni Soviet dibuat keok oleh aliansi AS dalam bidang ekonomi dan ideologi, namun mereka sempat membuat bom atom yang lebih kuat dari AS. Bom atom itu bernama Tsar Bomba (Tu-95) yang tercatat paling dahsyat dalam sejarah. 

Tsar Bomba berarti bom Tsar. Penamaan Tsar bagi senjata terdahsyat Soviet pun cukup unik, pasalnya justru Uni Soviet terbentuk setelah Partai Bolshevik berhasil melengserkan tsar terakhir mereka: Nikolai II. 

Pada akhirnya bom atom itu tidak digunakan karena terlalu besar. Namun, menarik untuk mengetahui kisah seputar Tsar Bomba. Seberapa dahsyat bomnya? Bagaimana respons AS? Dan mengapa Uni Soviet malah membenci ilmuwan perancang bom ini?

Berikut 5 fakta menarik seputar Tsar Bomba:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Lebih Mematikan dari Bom Atom Hiroshima

Kekuatan ledak Tsar Bomba tercatat sebesar 50 Mt alias 50 juta ton TNT. Bom ini diledakan Rusia pada 30 Oktober 1961 di atas Pulau Novaya Zemlya, bagian utara Soviet.

Kekuatan ledakannya setara 3.800 bom Hiroshima yang menghilangkan ratusan ribu nyawa ketika dijatuhkan pada 1945.

Menurut Army-Technology.com, kekuatan Tsar Bomba dua kali lebih besar dari bom nuklir B41 buatan Amerika Serikat (AS) yang punya kekuatan 25Mt.

3 dari 6 halaman

2. Parasut 1 Ton

Tsar Bomba memiliki panjang 2,6 meter dan berat lebih dari 27 ton. Bom itu sekitar lima kali lebih berat dari bom atom yang jatuh di Hiroshima-Nagasaki yaitu Fat Man (4,6 ton) atau Little Man (4,4 ton).

Menurut BBC, Tsar Bomba dibawah oleh pesawat Tupolev ke lokasi pengujian dan dijatuhkan dengan parasut raksasa seberat 1 ton, kemudian meledak pada ketinggian 3,9 km.

Pesawat Tupolev yang diterbangkan oleh Andrei Durnovtsev juga hampir celaka akibat ledakan yang terjadi, padahal jaraknya 50 km dari TKP. Pesawat pun sempat menukik hingga 1 km sebelum pilot berhasil mengambil kendali pesawat.

4 dari 6 halaman

3. Bisa Dilihat dari Jarak 1.000 Km

Tsar Bomba meledak sekitar pukul 11.32. Cahaya ledakannya terlihat dari 1.000 km jauhnya. Jamur asap yang terbentuk dari bom ini terhampar dengan luas hampir 100 km dan tinggi 64 km.

Jika dibayangkan, pemandangan ledakan mungkin terlihat indah, tetapi rumah-rumah berjarah 55 km dari lokasi tersebut malah luluh lantak.

BBC mencatat distrik-distrik Soviet yang berjarak ratusan km dari lokasi ledakan juga harus menanggung kerusakan rumah mereka, mulai dari rumah roboh, atap rumah jatuh, pintu dan jendela rusak. Komunikasi radio juga terganggu selama satu jam.

5 dari 6 halaman

4. Ketahuan AS

Amerika Serikat ternyata memantau peledakan Tsar Bomba. Malah, mereka pesawat mata-mata mereka hanya beberapa puluh km dari tempat kejadian.

Melihat ledakan tersebut, AS dan Inggris pun langsung mengecam Uni Soviet. Negara Skandinavia seperti Swedia juga ikut mengecem Soviet karena negaranya tak jauh dari lokasi.

Beruntung, bola api tidak menyentuh daratan sehingga radiasi yang menyebar sangat rendah, demikian laporan BBC.

6 dari 6 halaman

5. Dari Bom Monster Menuju Nobel Perdamaian

Salah satu otak yang merancang Tsar Bomba adalah fisikawan bernama Andrei Sakharov. Lulusan Universitas Negeri Moskow ini adalah tokoh penting dari pengembangan nuklir Soviet.

Apa yang terjadi setelah ia menyaksikan ledakan Tsar Bomba? Ia justru menjadi penentang senjata nuklir di dunia internasional karena khawatir atas dampak senjata itu.

Pada 1975, ia mendapat hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangannya melawan penyalahgunaan kekuasaan. Pemerintah Soviet pun malah murka.

Situs Nobel mengingat para pemimpin di Uni Soviet bereaksi dengan amarah, dan menolak mengizinkan Sakharov untuk pergi ke Oslo, Norwegia, untuk menerima penghargaan. Istrinya, Jelena Bonner, menerima penghargaan itu atas nama suaminya.

Sakharov juga dicopot dari segala gelar kehormatan Soviet dan diasingkan di kota Gorkij. Ia baru boleh kembali ke Moskow pada 1985 berkat keputusan Mikhail Gorbachev.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.