Sukses

Polisi Hong Kong Temukan 4.000 Molotov di Kampus yang Diduduki Demonstran

Polisi Hong Kong menemukan hampir 4.000 bom molotov dalam kampus lokal yang sempat dijadikan 'markas' demonstran anarkis dalam kerusuhan dua pekan lalu.

Liputan6.com, Hong Kong - Polisi Hong Kong mengatakan telah menemukan hampir 4.000 bom molotov dalam dua hari saat membersihkan kampus Universitas Politeknik (PolyU) yang sempat dijadikan 'markas' demonstran anarkis pada kerusuhan dua pekan lalu.

Kampus itu menjadi tempat perselisihan yang berapi-api antara aktivis dan polisi, dan pada Kamis pekan kemarin, ketika para pengunjuk rasa telah pergi, para petugas masuk untuk melakukan sterilisasi.

Usai menyisir lokasi selama dua hari sejak Kamis kemarin, aparat menemukan 3.989 bom bensin; 1.339 bahan peledak; 601 botol cairan korosif; dan 573 senjata, demikian seperti dikutip dari BBC, Jumat (29/11/2019).

Kampus sekarang telah diserahkan kembali oleh polisi Hong Kong ke manajemen kampus.

Para pengunjuk rasa sempat memblokade diri mereka di dalam kampus pada dua pekan lalu.

Pihak berwenang merespons dengan menyegel lapangan universitas, menjebak lebih dari 1.000 pengunjuk rasa di dalam pada satu titik.

Aktivis --dipersenjatai dengan batu bata, bom bensin, dan bahkan busur dan anak panah-- menyerang barikade polisi selama pengepungan.

Selama seminggu terakhir, sebagian besar pemrotes menyerah atau melarikan diri. Pada Jumat pekan lalu, atau sehari usai kampus disterilisasi, polisi mengatakan: telah menangkap 1.377 orang terkait protes, 810 orang yang ditangkap saat mencoba melarikan diri dari kampus dan 567 lain yang berada di sekitarnya.

Di antara mereka, 318 orang berstatus sebagai anak-anak atau di bawah 18 tahun menurut hukum lokal Hong Kong.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Demonstran Bermukim di Kampus PolyU

Elvis, seorang siswa berusia 19 tahun, menghabiskan lima hari di dalam PolyU selama pengepungan.

"Kursi dan meja semua diambil untuk membuat barikade sehingga semua orang tidur di tanah tetapi itu nyaman karena kami sangat lelah," katanya kepada BBC.

"Banyak orang yang tertangkap. Kami mencoba melarikan diri tiga kali tetapi terus gagal karena polisi terus menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah kami. Aku tidak berpikir mereka ingin kami pergi. Itu adalah mimpi buruk. Ada darah di mana-mana."

Para pengunjuk rasa memasak sendiri dengan persediaan yang disediakan oleh anggota pers atau tim medis.

"Sebagian besar air terasa seperti gas air mata. Itulah sebabnya kami harus minum air botolan. Pada hari keempat, tidak ada botol air tawar yang tersisa, jadi kami minum air dari botol yang tertinggal."

Beberapa pengunjuk rasa berhasil melarikan diri dengan menuruni tali dari jembatan jalan, tetapi Elvis mengatakan itu terlalu berbahaya dan dia tidak ingin meninggalkan yang lain di belakang. Dia melukai kakinya dalam satu upaya.

Beberapa temannya melarikan diri melalui terowongan bawah tanah tetapi dia berkata "baunya sangat buruk."

Dia akhirnya dibawa keluar dari universitas di tempat tidur tandu pada hari kelima, dengan informasi pribadinya ditandai dan fotonya diambil, sebelum dipindahkan ke rumah sakit.

3 dari 3 halaman

Sekilas Demo Hong Kong

Protes Hong Kong dimulai pada Juni 2019 terhadap undang-undang lokal yang diusulkan untuk memungkinkan ekstradisi ke daratan China. Tetapi demonstrasi telah berubah menjadi gerakan pro-demokrasi yang lebih besar.

Minggu lalu, Hong Kong mengadakan pemilihan dewan lokal yang dipandang sebagai barometer opini publik terhadap pemerintah dan para pengunjuk rasa.

Pemilihan menyaksikan kemenangan besar bagi gerakan pro-demokrasi, dengan 17 dari 18 dewan sekarang dikendalikan oleh anggota dewan pro-demokrasi.

Pada Jumat (29/11/2019) demonstrasi kecil lainnya terjadi di pusat Hong Kong, dengan para aktivis menuntut daftar lima tuntutan utama mereka.

Daftar ini mencakup demokrasi penuh untuk wilayah tersebut dan penyelidikan tentang dugaan brutalitas polisi saat menanggulangi demo.

Mantan koloni Inggris, Hong Kong kini adalah bagian dari China, tetapi menikmati "kebebasan khusus" di bawah pengaturan "satu negara, dua sistem".

Klausul otonomi khusus akan kedaluwarsa pada 2047, dan banyak di Hong Kong tidak yakin tentang masa depan mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.