Sukses

Yasuhiro Nakasone, Eks PM Jepang Meninggal pada Usia 101 Tahun

Yasuhiro Nakason yang merupakan mantan perdana menteri Jepang terlama meninggal dunia.

Liputan6.com, Tokyo - Yasuhiro Nakasone, salah satu perdana menteri terlama di Jepang meninggal dunia. Ia mengembuskan napas terakhir pada Jumat (29/11/2019) pagi, di sebuah rumah sakit di Tokyo pada usia 101 tahun, demikian kata seorang pejabat tinggi Partai Demokrat Liberal.

Mengutip Japan Times, Jumat (29/11/2019), sosok Nakasone dikenal karena persahabatannya dengan mendiang Presiden AS Ronald Reagan.

Nakasone, yang adalah perdana menteri dari 1982 hingga 1987, bermain di panggung dunia bersama Reagan dan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher. Mereka 'bertarung' dengan birokrat mengenai reformasi dalam negeri.

Dia sendiri mengatakan dirinya gagal meraih mimpi untuk merevisi Undang-undang Pasif negara pasifik pasca perang untuk memperjelas status ambigu militer.

"Merevisi Konstitusi butuh waktu. Saya menekankan kepada publik bahwa itu perlu, tetapi tidak mungkin untuk memulai revisi dengan cepat," kata Nakasone yang berbicara langsung dalam sebuah wawancara pada Januari 2010.

Perdana Menteri Shinzo Abe telah melonggarkan batas-batas Konstitusi yang dirancang AS sebagai tujuan utama, tetapi merevisi charter’s pacifist Article 9 tetap menjadi perdebatan.

Dikenal karena persahabatan "Ron dan Yasu" dengan Reagan, Nakasone menjadi berita utama setelah menjabat. Saat itu dia mengatakan bahwa jika terjadi perang, dia akan menjadikan Jepang "kapal induk" yang tidak dapat tenggelam untuk pasukan AS dan mengirimkan Angkatan Laut Soviet.

Nakasone juga melanggar aturan tidak tertulis tentang pembatasan anggaran pertahanan tahunan hingga 1 persen dari produk nasional bruto.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memperbaiki Hubungan dengan Korea Selatan

Pada tahun 1983, ia menjadi perdana menteri Jepang pertama yang secara resmi mengunjungi Korea Selatan, memperbaiki hubungan dengan negara yang secara brutal dijajah Jepang antara tahun 1910 dan 1945.

Nakasone, seorang mantan letnan di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang kehilangan adiknya dalam Perang Dunia II, membuat marah negara-negara Asia ketika ia melakukan kunjungan resmi ke Kuil Yasukuni di Tokyo. Di mana para penjahat perang yang dihukum dihormati bersamaan dengan kematian perang negara itu, pada peringatan ke-40 penyerahan Jepang.

Dia memutuskan untuk tidak mengulangi ziarah tersebut setelah memicu kerusuhan di China.

Cara Nakasone yang blak-blakan terkadang menyebabkan masalah.

Pada tahun 1986 ia menyinggung orang kulit hitam, Puerto Rico dan Meksiko yang tinggal di Amerika Serikat dengan mengatakan mereka membawa tingkat kecerdasan rata-rata orang Amerika di bawah Jepang.

Nakasone melakukan reformasi dalam negeri secara agresif, memprivatisasi monopoli kereta api, tembakau, dan telekomunikasi milik pemerintah Jepang. Namun, para kritikus mengatakan bahwa ia gagal menerapkan serangkaian proposal reformasi yang penting untuk membantu pertumbuhan ekonomi Jepang.

Dia juga kurang berhasil dalam mereformasi sistem pendidikan Jepang, berusaha baik untuk menanamkan moral dan disiplin tradisional sambil juga membina individu yang dapat bersaing secara global.

 

3 dari 3 halaman

Sekilas Tentang Nakasone

Nakasone memenangkan tahun kelima sebagai perdana menteri setelah memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) dan unggul dalam pemilihan 1986. Tetapi karirnya dibayangi oleh tautan ke skandal politik besar.

Dia keluar dari LDP pada tahun 1989 karena skandal itu, tetapi dua tahun kemudian disambut kembali sebagai penasihat senior.

Dia dipaksa untuk pensiun pada tahun 2003 ketika berusia 85 tahun, bersama dengan negarawan senior lainnya oleh Perdana Menteri Junichiro Koizumi, yang ingin meremajakan citra LDP sebagai partai politisi tua yang terkurung.

Nakasone lahir di Distrik berbukit Takasaki, di Prefektur Gunma, pada 27 Mei 1918. Ia putra seorang pedagang kayu kaya.

Ia lulus dari Universitas Tokyo sebelum memasuki Kementerian Dalam Negeri pada tahun 1941. Lalu bergabung dengan Departemen Kepolisian Tokyo setelah Jepang menyerah pada 1945.

Nakasone memiliki dua anak perempuan dan seorang putra politisi, Hirofumi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.