Sukses

Pecat Menteri AL Amerika Serikat, Donald Trump Intervensi Militer?

Presiden Donald Trump memecat Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat Richard Spencer.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Donald Trump memecat Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat Richard Spencer. Pemecatan dilakukan usai Spencer berselisih paham terkait keputusan Trump mengembalikan pangkat Komando SEAL AS Edward Gallagher yang sebelumnya dituduh melakukan kejahatan perang.

Richard Spencer digulingkan sebagai Menteri Angkatan Laut yang berupakan jabatan sipil, dalam sebuah kasus yang telah memicu laporan kemarahan di antara para pemimpin militer AS atas campur tangan Trump dalam kasus-kasus pelanggaran disiplin. Ia pun melancarkan kritik kepada Trump pada Minggu 24 November.

"Saya tidak lagi berbagi pemahaman yang sama dengan Panglima Tertinggi (Donald Trump) yang menunjuk saya, sehubungan dengan prinsip-prinsip kunci ketertiban dan disiplin yang baik," kata Spencer dalam sebuah surat yang diterbitkan media AS, seperti dikutip dari AFP, Senin (25/11/2019).

"Dengan ini saya mengakui pemutusan hubungan saya sebagai Menteri Angkatan Laut Amerika Serikat," imbuhnya.

Perselisihan Spencer dan Donald Trump berpusat pada nasib Edward Gallagher yang dituduh melakukan kejahatan perang dalam kasus profil tinggi tetapi dinyatakan bersalah atas pelanggaran yang lebih kecil.

Pada 15 November, Trump memutuskan untuk membalikkan penurunan pangkat Gallagher.

Dalam tweet-nya, Donald Trump mengatakan Gallagher telah "diperlakukan sangat buruk" oleh angkatan laut. Atas hal itu ia meminta Spencer untuk mengundurkan diri karena masalah ini dan atas dugaan kegagalannya untuk mengatasi kelebihan anggaran.

Trump menegaskan, Gallagher tidak akan diusir dari pasukan elit SEAL. "Eddie (Gallagher) akan pensiun secara damai dengan semua penghargaan yang telah diraihnya," tulis Trump.

Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan dia telah meminta pengunduran diri Spencer, "setelah kehilangan kepercayaan dan kepercayaan padanya tentang kurangnya keterbukaannya atas pembicaraan dengan Gedung Putih." 

Esper mengaku, "sangat terganggu dengan perilaku ini."

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Diduga Intervensi Militer

Angkatan Laut AS telah meluncurkan prosedur disiplin yang bisa melucuti Gallagher dan tiga anggota lain dari unitnya dari "pin Trident" bergengsi mereka - secara efektif mengambil mereka dari pasukan SEAL. Tetapi intervensi Trump tampaknya mempersingkat proses itu.

Trump bulan ini juga menampik hukuman pembunuhan tingkat dua terhadap Letnan Satu Angkatan Darat Clint Lorance, yang enam tahun menjalani hukuman 19 tahun karena memerintahkan tentara pada 2012 untuk menembak tiga pria Afghanistan yang tidak bersenjata dengan sepeda motor, dua di antaranya tewas.

Dan dia memberikan grasi kepada lulusan West Point Matt Golsteyn, mantan anggota elit Baret Hijau AS, yang didakwa dengan pembunuhan berencana dalam penembakan kematian seorang pembuat bom Taliban pada 2010.

Gallagher, seorang komando Navy SEAL (Laut, Udara, dan Darat), dituduh dalam penikaman sampai mati seorang tahanan Negara Islam yang terluka di Irak pada tahun 2017, mencoba pembunuhan warga sipil lainnya dan menghalangi keadilan.

Pada Juli, ia dibebaskan dari dakwaan terkait dengan tuduhan-tuduhan itu tetapi dihukum karena berpose dengan tubuh pejuang yang terbunuh dalam sebuah foto kelompok dengan SEAL lainnya.

Akibatnya, pangkat dia diturunkan satu peringkat, dari kepala perwira kecil ke perwira kecil kelas satu.

Gallagher menuduh angkatan laut bertindak sebagai pembalasan setelah ia mengajukan pengaduan. "Mereka bisa saja mengambil Trident (pin) saya kapan saja mereka mau," katanya.

"Sekarang mereka mencoba mengambilnya setelah presiden mengembalikan jabatanku."

Kasus Gallagher telah diperjuangkan dengan kuat oleh pangkalan konservatif Trump, tetapi juga menuai kritik bahwa presiden merusak proses pengadilan militer.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.