Sukses

Amerika Kembali Tegur Turki Karena Belanja Senjata Rusia

Hubungan AS dan Turki kembali memanas akibat perkara senjata.

Liputan6.com, Ankara - Amerika Serikat (AS) kembali membahas kekesalan mereka atas aksi Turki yang belanja sistem pertahanan Rusia. Aksi Turki dinilai tak pantas mengingat negara itu merupakan anggota NATO yang notabene anti-Rusia.

Teguran dilayangkan oleh Senator James Risch yang menjabat sebagai Ketua Komite Hubungan Luar Negeri di Senat AS. Ia meminta agar Turki mulai bersikap selayaknya anggota NATO.

"NATO dibuat untuk menekan Rusia. Turki adalah anggota NATO dan mereka seharusnya bersikap seperti anggota NATO," tegas Risch seperti dikutip Global News.

Senjata yang dimaksud adalah sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia. Keputusan belanja itu sudah diumumkan sejak 2017. Aksi Turki pun memancing kecurigaan NATO.

Perkara rudal ini juga AS ogah menjual misi Patriot ke Turki. AS pun memberi sinyal akan menerapkan sanksi pada Turki sesuai hukum yang berlaku.

Sanksi tersebut mengarah pada ekspor-ekspor militer Rusia berdasarkan Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) atau UU Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi yang disahkan pada tahun 2017.

Masalah jual-beli senjata ini berpotensi makin panjang, karena sebagai balasannya Senator Risch justru enggan mengizinkan pembelian lima pesawat tempur Lockheed-Martin F-35 ke Turki. Padahal, pesawat itu sudah siap kirim.

"Sebagai ketua dari Komite Hubungan Internasional, saya harus memberi izin semua senjata yang dikirim ke luar negeri. Saya memberitahuka mereka saya tidak mengizinkan F-35 selama dama rudal S-400 di dalam negara dan kendali Anda," ujar Risch.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nasib Turki di NATO

Senator James Risch berkata Erdogan harus membuat keputusan terkait masalah pembelian senjata AS atau Rusia. Ia mengakui bahwa keputusan yang diambil akan berat.

"Ia harus mengambil keputusan yang berat. Ia adalah sosok yang tegas, tetapi ia harus membuat beberapa keputusan," ujar Risch.

Ketika ditanya apakah Turki harus tetap menjadi bagian NATO, Senator Risch mengaku akan terus memantau tindakan Turki sebelum situasi soal keanggotaan NATO menjadi soal serius.

NATO didirikan pada tahun 1949 oleh negara-negara Barat untuk melawan pengaruh Uni Soviet. AS selama ini menjadi penyokong dana terbesar NATO. Per tahun 2017, AS memberi anggaran setara 3,6 persen GDP bagi NATO.

Hal itu pun dikeluhkan oleh Presiden Donald Trump dan Mantan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis yang meminta Eropa menambah anggaran.

3 dari 3 halaman

Hubungan Trump-Erdogan

Di tengah prahara senjata, hubungan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan justru sedang mesra. Erdogan pun baru saja berkunjung ke Gedung Putih pada bulan November ini.

Erdogan tiba di AS bersama istrinya, Emine. Sementara Emine menghabiskan waktu bersama Melania Trump, suami mereka membahas senjata Rusia.

Presiden Trump dan Erdogan saling melemparkan pujian dalam pertemuan mereka. Donald Trump juga berkata Erdogan adalah sahabat baik dan keduanya berusaha mencari jalan keluar kasus senjata ini.

"Pembelian S-400 menciptakan tantangan serius bagi kami. Semoga kami bisa menyelesaikan situasi tersebut," ujar Trump seperti dikutip AP.

Politikus pro-Trump Senator Lindsey Graham mengatakan Turki adalah sahabat yang baik, akan tetapi pembelian sistem S-400 mengharuskan AS untuk memberikan sanksi.

"Turki telah menjadi sekutu dan anggota penting dari NATO. Saya berharap untuk meneruskan hubungan ini, tetapi hanya waktu yang bisa menjawab apakah itu mungkin dilakukan," ujar Graham.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.