Sukses

Krisis Politik Bolivia Kian Memanas, Persediaan Makanan Berkurang

Liputan6.com, Sucre - Pejabat Bolivia telah mengirimkan ketentuan dasar ke kota La Paz, di tengah laporan kekurangan pangan dan bahan bakar.

Sistem itu, yang ingin diluncurkan oleh para pejabat di tempat lain, adalah langkah untuk membuka blokade jalan yang didirikan oleh pendukung mantan Presiden Evo Morales.

Dikutip dari BBC, Senin (18/11/2019), Morales mengundurkan diri pada 10 November dan kemudian melarikan diri ke Meksiko setelah menghadapi tuduhan penipuan pemilu.

Setidaknya saat ini, 23 orang telah dipastikan tewas dalam kerusuhan politik yang sedang berlangsung.

Presiden sementara Jeanine Áñez, yang sedang menghadapi seruan untuk mengundurkan diri, mengatakan pada hari Minggu bahwa ia akan segera mengadakan pemilihan "transparan" untuk membantu membangun kembali "kredibilitas demokratis" negara itu.

Mantan wakil ketua Senat itu, yang juga merupakan kritikus sengit terhadap Morales, menyatakan dirinya sebagai pemimpin sementara pada hari Selasa setelah presiden meninggalkan negara itu.

Pendahulunya menghadapi protes atas tuduhan ia mencurangi pemilihan pada 20 Oktober untuk memenangkan pemilihan kembali.

Jean Arnault, seorang utusan PBB, telah meminta tokoh-tokoh di kedua sisi kesenjangan politik untuk mengambil bagian untuk mengadakan pembicaraan krisis minggu ini.

Itu terjadi setelah kepala hak asasi manusia Michelle Bachelet memperingatkan hari Sabtu bahwa kekerasan di negara itu mungkin saja "lepas kendali".

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Langkanya Bahan Makanan

Antrian panjang yang diisi oleh warga setempat di jalan-jalan La Paz pada hari Minggu untuk mendapatkan pasokan dasar seperti ayam terjadi di beberapa waktu terakhir, menurut kantor berita Reuters.

Menteri kepresidenan Jerjes Justiniano mengatakan pemerintah telah memperkenalkan sistem "jembatan udara" untuk mem-bypass blok jalan di La Paz dan berharap melakukan hal yang sama di kota-kota lain.

Protes terus terjadi di banyak tempat, khususnya di sekitar Cochabamba, di mana bentrokan keras antara pasukan keamanan dan petani koka (yang jika diekstrak bisa menghasilkan kokain) menewaskan sembilan orang pada hari Jumat.

Morales menggambarkan kematian, yang kini jumlahnya mencapai 24, sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan" dalam sebuah tulisan di akun Twitternya.

Beberapa serikat pekerja menetapkan batas waktu bagi Áñez untuk mengundurkan diri pada Senin malam.

Tetapi sejumlah negara, termasuk AS dan Inggris, telah mengakui pemerintah sementara.

Duta Besar Uni Eropa untuk Bolivia, Leon de la Torre, bertemu dengan Áñez pada hari Minggu dan menawarkan dukungan untuk memastikan "pemilihan yang kredibel ... di bawah standar internasional yang paling ketat".

Berhari-hari dalam perannya, Áñez sudah mulai memutuskan hubungan dengan sekutu sayap kiri regional Morales.

Pada hari Minggu pemerintah mengganti nama surat kabar negara, yang dikenal sebagai 'Perubahan' di bawah Morales, menjadi 'Bolivia', menurut Reuters.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.