Sukses

Pilpres Sri Lanka, Eks Menhan Era Perang Tamil Klaim Kemenangan dari Rival

Gotabaya Rajapaksa telah mengklaim kemenangan dan lawan utamanya, Sajith Premadasa, yang mengakui kekalahan berdasarkan hasil hitung resmi sementara dengan total seperempat suara masuk.

Liputan6.com, Colombo - Mantan menteri pertahanan Sri Lanka pada era perang saudara diperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden negara Asia Selatan itu yang berlangsung selama akhir pekan ini.

Gotabaya Rajapaksa telah mengklaim kemenangan dan lawan utamanya, Sajith Premadasa, yang mengakui kekalahan berdasarkan hasil hitung resmi sementara dengan total seperempat suara masuk --di mana penghitungan masih berlangsung hingga komisi pemilihan negara mengumumkan selesai.

Pemilihan ini adalah yang pertama di Sri Lanka sejak serangan teror menewaskan lebih dari 250 orang pada April 2019, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (17/11/2019).

Sebanyak 35 kandidat bersaing untuk mendapatkan suara dalam pemilihan presiden yang ketiga sejak berakhirnya perang saudara selama puluhan tahun di negara itu pada tahun 2009.

Rajapaksa adalah sosok terpolarisasi. Ia dipandang sebagai salah satu dari dua calon terdepan dalam lomba, dengan salah satunya adalah Menteri Perumahan Sri Lanka Sajith Premadasa.

Presiden saat ini, Maithripala Sirisena, tidak mengikuti pemungutan suara. Dia memutuskan untuk tidak bersaing setelah mendapat kritik hebat menyusul tragedu bom Minggu Paskah.

Kelompok militan yang mendeklarasikan afiliasi dengan ISIS menargetkan gereja dan hotel kelas atas di seluruh pulau tujuh bulan lalu.

Pemerintah kemudian terpaksa mengakui bahwa mereka telah "mengabaikan intelijen utama" setelah gagal berbagi informasi yang diperoleh dari pejabat intelijen India tentang kemungkinan serangan.

Serangan-serangan itu diikuti oleh kemerosotan ekonomi, dengan sektor pariwisata negara itu khususnya paling terpukul.

Keamanan nasional bisa dibilang masalah terbesar bagi 16 juta orang pemegang hak pilih di Sri Lankan. Namun, kesetaraan untuk minoritas dan pengangguran juga menjadi isu panas.

Kedua kandidat juga menjanjikan sesuatu yang berbeda di panggung internasional. Rajapaksa mengatakan dia berencana untuk "memulihkan hubungan" dengan negara pemberi pinjaman utama Sri Lanka, yakni China, jika dia memenangkan pemilihan. Ini mungkin kontroversial di beberapa kalangan, karena kekhawatiran tentang besarnya utang Sri Lanka ke negara adidaya Asia.

Premadasa, sementara itu, dipandang berencana mencondongkan Sri Lanka ke blok pro India dan Amerika Serikat.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hasil Pemilihan

Para pejabat pemilihan mengatakan setidaknya 80% dari pemilih terdaftar telah menggunakan hak suaranya dalam pilpres tahun ini.

Gotabaya Rajapaksa mengantungi 48,2 persen, sementara Sajith Premadasa memiliki 45,3 persen --dengan sekitar seperempat total suara yang telah dihitung, kata pejabat komisi pemilu.

Juru bicara Rajapaksa mengatakan dia berharap untuk menang dengan 53-54 persen suara akhir. Segera setelah itu, lawan utamanya menyatakan kekalahan di depan umum.

"Merupakan kehormatan bagi saya untuk menghormati keputusan rakyat dan memberi selamat kepada Gotabaya Rajapaksa atas pemilihannya sebagai presiden ketujuh Sri Lanka," kata Premadasa seperti dikutip oleh AFP.

Hasil resmi "diharapkan" diumumkan pada pukul 16:00 waktu setempat (10:30 GMT) pada hari Minggu, kata Ketua Komisi Pemilihan Umum kepada BBC.

3 dari 3 halaman

Siapa Gotabaya Rajapaksa?

Pensiunan letnan kolonel Gotabaya Rajapaksa, 70, adalah sosok polarisasi yang menghabiskan satu dekade sebagai menteri pertahanan di bawah pemerintahan presiden saudara laki-lakinya, Mahinda Rajapaksa.

Kandidat dari partai Podujana Peramuna (SLPP) itu dikenal karena perannya dalam membantu mengakhiri perang saudara melawan Tamil di negara itu dan telah memposisikan dirinya sebagai tokoh kuat yang dapat memerangi ketakutan keamanan nasional.

Dia populer di antara bagian-bagian pulau yang didominasi orang Sinhala, tetapi tidak disukai oleh orang Tamil yang menuduhnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan selama tahap akhir perang saudara.

Rajapaksa berkuasa ketika ribuan orang --terutama orang Tamil-- hilang dalam apa yang disebut sebagai penghilangan paksa antara tahun 2005 - 2015.

Di sisi lain, calon pemimpin partai yang berkuasa, Sajith Premadasa, berfokus pada masalah sosial dan juga kampanye keamanan dengan janji untuk memberantas kemiskinan dan memperbaiki perumahan.

Dia adalah putra seorang presiden yang dibunuh oleh pemberontak Macan Tamil pada tahun 1993 dan merupakan menteri perumahan saat ini.

Seperti saingannya, ia sudah memiliki basis dukungan yang loyal dan telah berhasil menghadapi keluarga Rajapaksa di wilayah mereka sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.