Sukses

7-11-1941: Rumah Sakit Apung Uni Soviet Ditorpedo Nazi, 7 Ribu Orang Tewas

Pada pertengahan 6-7 November 1941, kapal rumah sakit milik Uni Soviet, Armenia, mengangkut ribuan penumpang dari Sevastopol.

Liputan6.com, Sevastopol - Pada pertengahan 6-7 November 1941, kapal rumah sakit milik Uni Soviet, Armenia, mengangkut ribuan penumpang dari Sevastopol. Setelah berhasil bertahan kurang lebih selama sembilan bulan, kota yang terletak di Semenanjung Crimea itu terpaksa 'tunduk' terhadap pasukan Jerman.

Karena itu seluruh staf rumah sakit dan pejabat Uni Soviet serta keluarga mereka diangkut bersama ribuan korban luka lainnya ke Kota Tuapse. Namun pada 7 November pagi, tak lama setelah kapal meninggalkan pelabuhan, kapten kapal Armenia, Vladimir Plaushevsky, menerima perintah untuk berlayar ke Yalta, beberapa mil di timur Sevastopol di mana kapal yang sudah penuh muatan itu harus mengangkut lebih banyak penumpang.

Tak ada ruang yang bersisa di atas kapal. Bahkan tentara yang terluka dan warga sipil harus berdesakan di geladak.

Segera setelah mengangkut penumpang, Plaushevsky ingin segera meninggalkan Yalta. Menurutnya, hari yang masih gelap dapat melindungi perjalanan mereka. Namun ia diperintahkan untuk menunggu pengawalan tiba.

Tepat pukul 07.00 waktu setempat, rumah sakit terapung itu pun berlayar dari Yalta menuju Gurzuf, Ukraina, dengan didampingi dua kapal bersenjata dan dua jet tempur.

Jerman, Rumania, dan sekutu mereka, Italia pada dasarnya hanya memiliki sejumlah kapal di Laut Hitam. Wilayah itu sendiri tetap berada di bawah kendali Uni Soviet selama Perang Dunia II, namun kelompok sekutu yang dikenal dengan julukan Axis tersebut memiliki superioritas angkatan udara.

Dengan keunggulan pada angkatan udara tersebut, mereka telah menenggelamkan lebih dari 100 kapal dagang Uni Soviet, sama halnya dengan nasib puluhan kapal angkatan laut Negeri Beruang Merah. Hanya kapal-kapal bersenjata dan didampingi pengawalan yang memungkinkan bepergian di siang hari. Sementara kapal yang melakukan pelayaran tunggal atau berlabuh di bagian barat Laut Hitam terancam diserang.

Status Armenia sebagai rumah sakit terapung memang samar. Meski kedua sisi badan dan bagian atas kapal terdapat simbol salib merah besar, namun kapal ini juga memiliki senjata anti-pesawat. Terlebih, pada hari nahas itu mereka mendapatkan pengawalan.

Kala itu, 7 November pukul 10.30 waktu setempat, berjarak sekitar 25 mil dari Yalta, Armenia diserang oleh jet temput Jerman, Heinkel He-111H yang menjatuhkan dua torpedo. Satu melesat sementara yang satunya lagi berhasil menghantam kapal, menyebabkan Armenia terbelah dua. Dalam waktu empat menit, rumah sakit terapung itu tenggelam.

Hanya delapan penumpang yang dikabarkan berhasil selamat. Sementara korban tewas diperkirakan mencapai 5.000 hingga 7.000 orang. Tenggelamnya Armenia ditetapkan sebagai bencana maritim paling mematikan dalam sejarah Rusia.

Sementara itu, jika dilihat dari jumlah korban tewas, bersama dengan kapal Wilhem Fustloff dan the Goya, Armenia masuk dalam jajaran tiga besar. Seperti dilansir naval-technology.com, terdapat lebih dari 7.000 orang yang tewas dalam peristiwa tenggelamnya kapal Wilhem Fustloff, sementara pada insiden Goya korban meninggal dunia 6.700 orang.

Dikutip dari marineinsight.com (7/11/2019), kapal rumah sakit Armenia dibangun pada 1928 di galangan kapal Baltik di Leningrad--saat ini St. Petersburg. Bersama dengan tiga kapal lainnya, yakni Adzharia, Abkhazia, dan Ukraina, Armenia merupakan kapal penumpang yang dirancang khusus untuk digunakan di Laut Hitam.

Armenia dan ketiga 'saudara'nya tersebut merupakan kapal penumpang pertama yang dibangun Uni Soviet. Kapasitasnya mencapai 1.000 ton kargo dan 550 penumpang masing-masing di kelas pertama, kedua, dan ketiga--namun ada pula yang menyebut bahwa jumlah maksimum penumpang sekitar 900 orang.

Menyusul invasi Uni Soviet oleh pasukan Nazi Jerman pada 22 Juni 1941, Angkatan Laut Soviet pun mengalihkan Armenia sebagai kapal transportasi dan rumah sakit terapung.

Dalam peristiwa berbeda, tepatnya pada 7 November 1983, bom mengguncang Gedung Capitol yang menjadi kantor Kongres Amerika Serikat (AS). Tak ada yang terluka dalam peristiwa tersebut, namun kerugian diperkirakan mencapai US$ 250 ribu. Pada Mei 1988, enam anggota kelompok 'Resistance Conspiracy' ditangkap dan dituduh mendalangi pengeboman tersebut.

Sejarah mencatat pula peristiwa berbeda, yaitu pada 7 November 1987, Mass Rapid Transit (MRT) atau kereta cepat di Singapura pertama kali beroperasi. MRT Singapura merupakan sistem angkutan cepat kedua tertua di Asia Tenggara setelah sistem Light Rail Transit (LRT) di Filipina

Simak video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.