Sukses

5 Bulan Demo Pro-Demokrasi Picu Resesi Ekonomi di Hong Kong

Hong Kong telah jatuh ke dalam resesi setelah dilanda lebih dari lima bulan protes yang tidak menunjukkan tanda berhenti, kata pejabat finansial wilayah otonomi khusus China tersebut.

Liputan6.com, Hong Kong - Hong Kong telah jatuh ke dalam resesi setelah dilanda lebih dari lima bulan protes pro-demokrasi/anti-pemerintah yang tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti, kata pejabat finansial wilayah otonomi khusus China tersebut.

Demo juga berpotensi menggagalkan pertumbuhan ekonomi tahunan untuk 2019 di Hong Kong, kata Paul Chan, kepala badan keuangan kota.

"Pukulan terhadap ekonomi kita komprehensif," kata Paul Chan dalam sebuah posting blog pada Minggu, 27 Oktober 2019, dikutip dari Al Jazeera, Senin (28/10/2019).

Paul Chan menambahkan, perkiraan awal untuk produk domestik bruto kuartal ketiga (PDB) pada Kamis mendatang akan menunjukkan dua kuartal berturut-turut kontraksi --yang merupakan definisi teknis dari resesi.

Chan juga mengatakan bahwa akan "sangat sulit" untuk mencapai perkiraan pra-protes pemerintah dari pertumbuhan ekonomi tahunan nol hingga satu persen.

Aktivitas bisnis, terutama di sektor pariwisata dan ritel, juga anjlok sejak protes dimulai pada Juni 2019.

Para pengunjuk rasa secara rutin membakar etalase dan bisnis termasuk bank, terutama yang dimiliki oleh perusahaan China daratan, dan merusak sistem metro kota ketika mereka melihat perusahaan yang mengoperasikannya, MTR Corp, bertindak atas perintah pemerintah untuk mengurangi protes.

MTR telah menutup layanan lebih awal selama beberapa minggu terakhir dan mengatakan akan berhenti beroperasi sekitar dua jam lebih awal dari biasanya pada Senin 28 Oktober malam untuk memperbaiki fasilitas yang rusak.

Paul Chan menyebut penurunan jumlah wisatawan sebagai "darurat", dengan penurunan jumlah pengunjung memburuk pada Oktober, turun hampir 50 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

Operator ritel, dari pusat perbelanjaan utama hingga bisnis kecil-menengah, telah dipaksa untuk tutup selama beberapa hari selama beberapa bulan terakhir.

Sementara pihak berwenang telah mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung usaha kecil dan menengah, Chan mengatakan langkah-langkah itu hanya bisa "sedikit mengurangi tekanan".

"Biarkan warga kembali ke kehidupan normal, biarkan industri dan perdagangan beroperasi secara normal, dan ciptakan lebih banyak ruang untuk dialog rasional," tulis kepala badan keuangan Hong Kong itu.

Simak video pillihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rangkaian Demo Hong Kong Memasuki Pekan ke-21

Protes di bekas koloni Inggris telah mencapai pekan ke-21. Pada Minggu 27 Oktober, demonstran berpakaian hitam dan bertopeng membakar toko-toko dan melemparkan bom bensin ke polisi yang merespons dengan gas air mata, meriam air, dan peluru karet.

Mereka marah pada apa yang mereka pandang sebagai meningkatnya gangguan oleh Beijing dalam urusan Hong Kong, yang kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang dimaksudkan untuk menjamin kebebasan yang tidak dirasakan di daratan.

China membantah ikut campur. Mereka menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, menimbulkan masalah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.