Sukses

RI - Maroko Teken 4 Memorandum Kerja Sama Ekonomi hingga Anti-Terorisme

Untuk membahas hubungan bilateral, Menteri Luar Negeri Maroko menemui Menlu Retno Marsudi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourita melakukan kunjungan kerja bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Gedung Pancasila pada Senin, 28 Oktober 2019. Ini merupakan pertemuan bilateral pertama RI setelah kabinet Indonesia Maju dibentuk, dengan kedua negara menandatangani berbagai kerja sama di bidang ekonomi hingga anti-terorisme.

Inti pembicaraan yang dilakukan oleh dua pihak berfokus pada hubungan bilateral serta kerja sama antara Maroko dan Indonesia.

Menlu Retno mengatakan, Maroko merupakan mitra penting bagi Indonesia terutama di wilayah Afrika Utara. Dan pada tahun 2020, akan menjadi peringatan hubungan diplomatik antara kedua negara yang ke-60. 

Sedangkan Bourita menyatakan bahwa Indonesia juga menjadi mitra penting karena merupakan salah satu negara pertama yang menjalani hubungan diplomatik dengan Maroko.

Pihak Indonesia pun mengusulkan tema yang disambut baik oleh pihak Maroko yaitu "Ina Moroving Forward."

"Mengenai peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko tahun depan, saya sangat senang sekali menerima daya inisiatif dari Menlu Retno karena telah mengambil tema yang bagus sekali, sehingga dapat membawa hubungan bilateral kita untuk maju ke depan," ujar Menlu Maroko, Nasser Bourita.

Meneken Bebagai Nota Kesepahaman

Kerja sama antara kedua negara di bidang sosial telah berhasil dilakukan dengan adanya bebas visa bagi kedua negara. Sedangkan untuk kerja sama mendatang di bidang lain perlu ada framework legalitas yang menjadi payung kerja sama. Maka dari itu, kedua negara mengadakan pertemuan untuk menandatangani empat Memorandum Kesepahaman (MoU). 

Adapun empat MoU yang ditandatangani oleh kedua pihak berfokus pada kerja sama di bidang ekonomi hingga anti-terorisme.

"Dua diantara MOU kerja sama terkait dengan peningkatan ekonomi terlebih di bidang perikanan dan perindustrian," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers yang diadakan usai berdiskusi dengan Menlu Maroko.

Maka dari itu Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dan Ketua BNPT Suhardi Alius juga turut hadir dalam acara tersebut.

Berikut daftar Memorandum Kesepahaman yang ditandatangani kedua menteri:

  1. Memorandum Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Maroko tentang Kerja Sama Kelautan dan Perikanan
  2. Memorandum Kesepahaman antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Kementerian Perindustrian, Investasi, Perdagangan dan Ekonomi Digital Kerajaan Maroko mengenai Kerja Sama Industri
  3. Memorandum Kesepahaman antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Maroko tentang Kerja Sama Penanggulangan Terorisme
  4. Memorandum Kesepahaman antara Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan Republik Indonesia (PPATK) dan Unit Pemrosesan Informasi Keuangan Kerajaan Maroko (UTRF) tentang Kerjasama dalam Pertukaran Informasi Intelijen Keuangan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Membebaskan Hambatan Tarif Perdagangan RI - Maroko

Menlu Retno Marsudi menegaskan bahwa negosiasi Preferential Trade Agreement (PTA) RI - Maroko sebaiknya dilakukan secepatnya. Ia berharap bisa memulainya sebelum akhir tahun ini.

"Dengan PTA tersebut, hambatan tarif perdagangan dapat dihilangkan. Selain itu juga bisa memperluas akses pasar manufaktur unggulan yang mempunyai potensi cukup besar di Maroko seperti tekstil, karet, sepatu, elektronik, perabot rumah tangga dan furnitur," papar Menteri Retno.

Selain hal itu, ia juga menyatakan kesiapan Indonesia dalam menyuplai minyak sawit, teh dan kopi untuk kebutuhan dalam negeri Maroko.

Selain itu, industri halal juga sangat berpotensial bagi kedua negara. Retno Marsudi menyatakan bahwa pada 2017, industri halal telah mencapai US$2,1 T dan diperkirakan akan mencapai US$3 T pada 2023 mendatang. 

Maka dari itu, Menlu Retno juga turut mengundang Maroko untuk berpartisipasi dalam Halal Summit pada November 2020.

Kerja Sama di Bidang Farmasi hingga Pertanian

Bidang lain yang turut dibahas adalah vaksin dan farmasi. 

Kini, BUMN farmasi dan vaksin Indonesia telah siap untuk melakukan kerja sama serta memenuhi kebutuhan vaksin dan farmasi di Maroko, Afrika.

Tak hanya itu, kesiapan BUMN dan swasta Indonesia juga meliputi pembangunan infrastruktur dan transportasi di Maroko seperti jalanan, jembatan, rel kereta dan perumahan.

Lebih dari itu, dengan menjajaki joint venture antara perusahaan pupuk untuk investasi fosfat turut menjadi bisnis yang menguntungkan kedua pihak.

Bahas Isu Regional, Maroko Ingin Jadi Mitra ASEAN

Tak ketinggalan, isu regional dan internasional pun jadi topik yang dibahas oleh kedua pihak.

"Saya tegaskan bahwa Indonesia menginginkan Timur Tengah menjadi kawasan yang damai, stabil dan sejahtera. Tidak akan ada perdamaian dunia jika tak ada perdamaian di Timur Tengah," ujar Retno Marsudi terkait isu yang kini berlangsung di Timur Tengah.

Lewat pernyataan Menlu Retno, Indonesia mengharapkan semua pihak dapat berkontribusi dalam menciptakan perdamaian melalui dialog.

Perihal isu Sahara Barat, Indonesia mendorong semua pihak untuk berdialog dan mendukung proses yang diprakarsai PBB dalam upaya damai. 

Dalam kaitannya dengan ASEAN, Maroko mengajukan keinginannya untuk menjadi mitra dialog sektoral ASEAN melalui Indonesia.

Maroko menghargai posisi Indonesia yang konsisten dalam lingkup internasional dan juga bersedia mendukung kedaulatan serta kesatuan Indonesia.

"Untuk Palestina, saya menekankan bahwa solusi dari kedua negara merupakan satu-satunya solusi. Kita ingin perdamaian yang lestari," kata Menlu Retno.

3 dari 3 halaman

Bidang Anti-Terorisme dan Radikalisme

Indonesia dan Maroko turut menandatangani MOU mengenai pertukaran informasi intelijen keuangan terkait pencucian uang dan pendanaan terorisme.

"Dalam hal pemerangan radikalisme dan juga tentunya lebih jauh lagi tentang penanggulangan terorisme, MOU yang sudah kita tandatangani hari ini akan menjadi awal yang sangat baik sekali bagi kerja sama yang intensif," jelas Menlu Maroko. 

Kedua negara muslim ini juga berkomitmen untuk mempromosikan wajah Islam yang moderat dan toleran.

"Kita mempunyai kesamaan yang cukup banyak terlebih dari sisi moderasi kita, Islam yang moderat dan pandangan terhadap isu dunia dan regional yang didasari sebagai ajaran negara Islam," ujar Menlu Maroko, Nasser Bourita. 

Menurutnya, kesamaan hal tersebut dapat menjadi modal utama yang kuat dari segala bentuk kerja sama. 

Lebih lanjut mengenai masalah terorisme, Suhardi Alius selaku Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan bahwa kedua negara akan bekerja sama lebih banyak lagi dalam usaha pencegahan dan penanggulangan terorisme karena Maroko juga ditimpa cukup banyak masalah terkait radikalisme.

"Bersama dengan Menteri Dalam Negeri, kami akan bertukar informasi tentang langkah-langkah pencegahan radikalisme karena kan masing-masing ada kelebihan dan kekurangan jadi lebih baik kita sharing," ujar Suhardi Alius.

Ia menambahkan bahwa hingga kini Maroko belum memiliki solusi yang tepat terkait masalah Suriah, maka dari itu pertukaran informasi akan menjadi langkah awal yang penting bagi kedua pihak.

Selain itu, kerja sama antar kementerian juga akan dilakukan karena ia mengaku BNPT tidak dapat bergerak sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.