Sukses

Protes Serangan Turki ke Suriah, Pria Kurdi Bakar Diri di Luar Gedung PBB

Seorang pengungsi Kurdi Suriah yang tinggal di Jerman menderita luka bakar setelah membakar diri di depan markas besar Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

Liputan6.com, Jakarta Ali Wezir yang berusia 31 tahun membakar diri pada 23 Oktober di luar gedung PBB di Jenewa, Swiss. Langkah itu dilakukan sebagai protes atas serangan Turki.

Wezir, seorang pengungsi Kurdi Suriah yang tinggal di Jerman, menderita luka bakar pada 80% tubuhnya setelah membakar diri di depan markas besar Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

Keluarganya mengatakan aksi bakar diri itu untuk menarik perhatian global pada serangan Turki terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika di Suriah bagian timur laut.

"Saya berbicara dengannya dua hari sebelum tindakannya itu, dan dia terus mengatakan dia ingin kembali [ke Suriah]," kata saudara perempuannya, Mehbuba, kepada VOA seperti dikutip Sabtu (26/10/2019).

Silvain Guillaume-Gentil, juru bicara kepolisian Jenewa, mengatakan kepada para wartawan bahwa Wezir diterbangkan ke rumah sakit di Lausanne begitu kobaran api pada tubuhnya berhasil dipadamkan.

Keluarga Wezir merasa sedih dengan peristiwa tersebut.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump: Perang Kurdi VS Suriah Bukan Urusan Kami...

Sementara itu, Presiden Donald Trump mengatakan bahwa serangan Turki ke Suriah "bukanlah kapasitas kami", dan menyebut bekas sekutu AS, Kurdi "bukan malaikat".

AS menghadapi kritikan keras karena menarik pasukannya dari Suriah, dimana beberapa orang mengatakan bahwa keputusan tersebut sama saja dengn memberi lampu hijau bagi Turki untuk melancarkan serangan lintas perbatasan terhadap pasukan pimpinan Kurdi.

Trump mengatakan kepada salah seorang wartawan di Gedung Putih bahwa AS "bukanlah agen kepolisian".

"Sudah saatnya kita pulang," katanya.

Dewan Perwakilan Rakyat AS memberikan suara besar untuk menolak keputusan penarikan pasukan AS dari Suriah oleh presiden, dengan Demokrat dan sesama Republik Trump yang menyetujui langkah tersebut.

Ketua DPR Nancy Pelosi kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa Trump mengalami "kehancuran" selama pertemuan dengan para pemimpin kongres tentang Suriah, yang akhirnya ditinggalkan oleh politisi Demokrat setelah presiden diduga memanggilnya "politisi kelas tiga," menurut Senator Chuck Schumer.

Sementara itu, Trump mengarahkan tuduhan yang sama kepada Pelosi.

Turki melancarkan serangan di bagian utara Suriah seminggu yang lalu untuk mendorong kembali anggota milisi Kurdi Suriah dari perbatasan yang disebut Unit Perlindungan Rakyat (YPG). Selain itu, mereka juga bermaksud menciptakan "zona aman" di sepanjang sisi perbatasan Suriah, di mana dua juta Pengungsi Suriah dapat dimukimkan kembali.

Operasi militan Turki terjadi setelah Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari daerah tersebut.

Pasukan yang dipimpin Kurdi telah menjadi sekutu utama AS dalam perang melawan Negara Islam di Suriah dan ada kekhawatiran destabilisasi yang dapat menyebabkan kebangkitan militan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.