Sukses

2 Demonstran Hong Kong Terluka, Amuk Massa Kian Memanas

Demo Hong Kong yang kembali terjadi pada 20 Oktober 2019 ternyata harus kembali mengorbankan 2 orang terluka dan membuat warga semakin marah.

Liputan6.com, Hong Kong - Demonstran Hong Kong menentang larangan polisi dan kembali mengadakan pawai ilegal pada hari Minggu (20/10/2019). Jumlah massa menjadi semakin banyak karena kemarahan yang muncul atas penikaman dan pemukulan dua pengunjuk rasa baru-baru ini.

Dilansir dari Channel News Asia, Minggu (20/10/2019), pihak berwenang telah melarang aksi demo di Tsim Sha Tsui, sebuah distrik perbelanjaan yang dipenuhi dengan butik-butik mewah dan hotel-hotel.

Namun puluhan ribu orang bergabung dalam unjuk rasa, karena mereka berusaha memberi tekanan terhadap para pemimpin kota pro-Beijing setelah hampir lima bulan demonstrasi dan kerusuhan politik.

Ketegangan memuncak setelah pemimpin kelompok unjuk rasa menyelenggarakan rapat umum akhir pekan, Jimmy Sham, dirawat di rumah sakit akibat kekerasan yang dilakukan oleh kelompok lelaki dengan menggunakan palu.

Kemudian pada Sabtu malam, seorang pria yang membagikan selebaran tentang pro-demokrasi, ditikam di leher dan perut.

Rekaman yang diposting di media sosial menunjukkan tersangka penyerang berteriak tak lama ia ditikam menggunakan pisau. Darinya terdengar: "Hong Kong adalah bagian dari Cina ... (Anda) mengacaukan Hong Kong".

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tanggapan Demonstran

Figo Chan, dari Front Hak Asasi Manusia Sipil - kelompok Sham - mengatakan para pendukung demokrasi perlu menunjukkan bahwa mereka tetap tidak tunduk.

"Jika kita tidak keluar besok, maka kekerasan akan terjadi dan meningkat: Kekerasan yang ditimbulkan oleh rezim, polisi dan triad lokal," katanya kepada wartawan, Sabtu.

Jutaan pengunjuk rasa beringsut melalui jalan-jalan di bawah naungan payung untuk melindungi dari sinar matahari pada hari Minggu, 20 Oktober 2019.

Para peserta demonstrasi ingin menunjukkan bahwa mereka tidak tunduk pada serangan itu, mengakibatkan pihak berwenang semakin melarang pawai.

"Semakin mereka menekan, semakin kita melawan," kata seorang pemrotes berusia 69 tahun, yang memiliki nama keluarga Yeung, kepada AFP. "Bisakah polisi menangkap kita semua, puluhan ribu orang?"

Philip Tsoi, seorang pemrotes garis depan, mengatakan mereka perlu terus mendapatkan partisipasi dari rakyat meskipun banyak aktivis hardcore seperti dia telah "ditangkap atau terluka" dalam beberapa pekan terakhir.

"Apa yang saya inginkan adalah pemerintahan yang benar-benar demokratis yang pemimpinnya dipilih oleh orang-orang Hong Kong alih-alih dipilih oleh rezim Komunis," katanya kepada AFP.

Dalam pola yang sekarang sudah dikenal, pawai besar tetap damai, tetapi kelompok-kelompok kecil pemrotes berpakaian hitam merusak beberapa pintu masuk stasiun kereta bawah tanah dan bank-bank China daratan di sepanjang rute.

Polisi menembakkan tembakan gas air mata ke arah kerumunan aktivis hardcore di luar kantor polisi Tsim Sha Tsui.

3 dari 3 halaman

Serangan Kedua Pihak

Kekerasan main hakim sendiri telah meningkat di kedua pihak, baik demonstran maupun kepolisian.

Dalam beberapa pekan terakhir, para pemrotes telah memukuli orang-orang secara kejam yang tidak setuju dengan mereka, meskipun perkelahian tersebut cenderung merupakan ledakan kemarahan massa yang spontan selama protes.

Sebaliknya, tokoh-tokoh pro-demokrasi telah diserang dengan cara yang lebih tepat sasaran, dengan setidaknya delapan kritik pemerintah terkemuka, termasuk politisi, dipukuli oleh penyerang yang tidak dikenal sejak pertengahan Agustus.

Para pemrotes menyebut serangan itu sebagai "white terror" dan menuduh kelompok-kelompok kejahatan terorganisir kota itu membentuk aliansi dengan para pendukung Beijing.

Beijing mengecam protes itu sebagai rencana yang didukung asing dan mengutuk serangan terhadap mereka yang menyuarakan dukungan untuk China.

Tetapi sebagian besar tetap diam pada serangan yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh pro-demokrasi.

Keamanan ditingkatkan menjelang pawai hari Minggu dengan stasiun kereta bawah tanah utama dekat pertemuan ditutup lebih awal dan sebuah cincin baja dilemparkan di sekitar terminal terdekat untuk kereta kecepatan tinggi ke daratan China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.