Sukses

Presiden Turki Berjanji Serang Suriah Lagi Jika Kurdi Tak Segera Hengkang

Sinyal-sinyal pertempuran antara Turki dan Kurdi kembali mengemuka, setelah kedua belah pihak urung untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata.

Liputan6.com, Ankara - Perjanjian gencatan senjata antara Turki dan Kurdi yang berkonflik di Suriah bagian utara dimulai pada Jumat 18 Oktober 2019. Namun, pertempuran bisa segera terjadi kembali, setelah kedua belah pihak urung untuk mematuhi kesepakatan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan dia akan melanjutkan operasi skala penuh terhadap pasukan Kurdi jika mereka tidak mundur dari "zona aman" perbatasan.

Berbicara kepada wartawan di Istanbul, Erdogan mengatakan pasukan Kurdi harus mundur "tanpa kecuali" dari Suriah bagian utara dan timur laut seluas 30 km x 440 km persegi yang berbatasan langsung dengan Turki.

"Jika janji itu ditepati sampai Selasa 22 Oktober malam, masalah zona aman akan diselesaikan," kata Erdogan.

"Jika gagal, operasi militer (lanjutan) ... akan dimulai 120 menit setelah gencatan senjata berakhir," lanjutnya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (19/10/2019).

Ankara menganggap milisi Kurdi yang terorganisir dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sebagai "teroris" yang terkait dengan pemberontak Kurdi di Turki dan ingin para milisi didorong mundur dari perbatasannya.

Dikatakan "zona aman" yang ingin dibuat Erdogan di dalam Suriah juga akan memberikan penyelesaian hingga dua juta pengungsi perang Suriah --dari total 3,6 juta yang saat ini mengungsi di Turki.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, Presiden Erdogan menjelaskan kepadanya bahwa ada "penembak jitu dan mortir ringan" di wilayah itu "yang dengan cepat dihilangkan".

Pemimpin Turki meyakinkannya dalam sebuah panggilan bahwa "dia sangat menginginkan gencatan senjata, atau jeda, untuk bekerja", Trump mengatakan di Twitter, menambahkan bahwa Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi juga ingin kesepakatan itu berhasil.

Namun, tidak ada tanda-tanda penarikan pasukan pimpinan Kurdi.

Dalam sebuah pernyataan, SDF mengatakan kesepakatan itu hanya mencakup bentangan 12 km (7,5 mil) --bagian yang jauh lebih kecil dari batas yang diumumkan Erdogan-- dan tidak berkomitmen untuk menarik diri dari mana pun.

Kolom asap terlihat di atas kota perbatasan pada hari Jumat pagi, dan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris dan Pusat Informasi Rojava mengatakan, pertempuran berlanjut hingga sore hari kemarin, ketika milisi Suriah yang didukung Turki bentrok dengan pasukan Kurdi di desa-desa di pinggiran kota.

Sebelumnya pada hari itu, Mustefa Bali, juru bicara SDF, menuduh Turki melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dicapai selama kunjungan Wakil Presiden AS Mike Pence ke Ankara Kamis kemarin.

"Terlepas dari kesepakatan untuk menghentikan pertempuran, serangan udara dan artileri terus menargetkan posisi para pejuang, pemukiman sipil dan rumah sakit" di kota perbatasan Ras al-Ain di timur laut Suriah, katanya.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menggambarkan situasi di timur laut Suriah sebagai "dilaporkan tenang di sebagian besar wilayah, dengan pengecualian Ras al-Ain, di mana penembakan dan tembakan terus dilaporkan" pada hari Jumat.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Turki Tunda Operasi Militer di Suriah Usai Negosiasi dengan AS

Turki telah menyetujui gencatan senjata di Suriah bagian utara untuk memberikan kesempatan bagi pasukan pimpinan Kurdi yang menguasai wilayah itu menarik diri.

Kesepakatan itu terjadi setelah Wakil Presiden AS Mike Pence dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu untuk mengadakan pembicaraan di Ankara pada Kamis 17 Oktober 2019.

Semua pertempuran akan dihentikan selama lima hari, dan AS akan membantu memfasilitasi penarikan pasukan pimpinan Kurdi dari apa yang oleh Turki disebut "zona aman" di perbatasan, kata Pence, seperti dikutip dari BBC, Jumat (18/10/2019).

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada wartawan bahwa serangan hanya akan dihentikan secara permanen ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi telah meninggalkan zona perbatasan.

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.