Sukses

Membuat 'Pistol' Jari, Gadis 13 Tahun Didakwa atas Tindakan Kekerasan

Seorang gadis berusia 13 tahun dilaporkan oleh polisi karena membuat lambang pistol dari tangannya dan mengarahkan ke teman kelasnya.

Liputan6.com, Kansas - Seorang gadis sekolah menengah di Kansas menghadapi tuduhan kejahatan karena mengancam teman-teman sekelasnya dengan isyarat jari yang ia buat di kelas.

Anak berusia 13 tahun itu dilaporkan pada aplikasi anti-intimidasi di sekolah itu pada September setelah seorang teman sekelas Westrigde Middle School bertanya padanya siapa di kelas yang akan dia bunuh, menurut laporan Kansas City Star.

Gadis yang tak disebutkan namanya itu diduga membuat pistol jari dan mengarahkannya ke empat siswa terdekat dan kemudian dirinya sendiri.

Melansir dari Insider, Rabu (16/10/2019), gadis itu dikirim ke kantor kepala sekolah, dan setelah berkonsultasi dengan siswa lain yang terlibat, petugas sekolah merekomendasikan agar ia ditangkap.

Ia pun kemudian ditahan oleh polisi dan dibebaskan ke ibunya, kata seorang sumber kepada Star.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dianggap 'Melakukan Kekerasan'

Dokumen-dokumen Pengadilan Distrik Johnson yang dilaporkan oleh Star mengatakan, bahwa pada 18 September, gadis itu 'secara tidak sah dan tidak jujur mengkomunikasikan ancaman melakukan kekerasan..'

Lalu dengan tujuan, '... dengan maksud untuk menempatkan orang lain, dalam ketakutan, atau dengan maksud untuk menyebabkan evakuasi, kuncian atau gangguan yang berkelanjutan.'

Dia dijadwalkan untuk datang pada sidang di Divisi Remaja Pengadilan Distrik Johnson Country pada Selasa 15 Oktober 2019, menurut Star.

3 dari 3 halaman

Waspada Akan Serangan yang Terjadi

Kakek gadis itu mengatakan kepada Star, bahwa ia pikir insiden itu 'benar-benar tidak terkendali' dan sekolah seharusnya menangani insiden tersebut tanpa melibatkan penegakan hukum.

'Dia hanya berbicara," ujar sang kakek. Ia juga menambahkan bahwa cucunya tidak memiliki akses untuk mendapatkan pistol, "Aku benar-benar khawatir tentang masa depan cucuku," katanya.

Serangkaian penembakan di sekolah telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Seperti serangan pembantaian pada Februari 2018 dan menewaskan 17 orang di Parkland, Florida.

Peristiwa tersebut telah membuat otoritas sekolah waspada dan mendorong kebijakan tanpa toleransi untuk menindak intimidasi, meskipun para ahli telah menyatakan keraguan atas seberapa efektif program ini.

Kasus ini jugga tidak ada artinya jika dibandingkan dengan dua anak berusia 13 tahun yang menghadapi tuduhan pelanggaran ringan, meskipun dilaporkan tidak ada tanda-tanda mereka berencana menyerang sekolah.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.