Sukses

Bawa Daging Babi ke Sydney, Wanita Vietnam Tak Boleh ke Australia 3 Tahun

Seorang wanita asal Vietnam terpaksa harus dipulangkan karena ketahuan membawa daging babi beserta bahan mentah lainnya.

Liputan6.com, Sydney - Pemerintah Australia terpaksa mengusir seorang wanita Vietnam karena ketahuan membawa 10 kg bahan makanan mentah, yang tidak dideklarasikan di dalam kopernya.

Wanita berusia 45 tahun itu tiba di Bandara Sydney pada hari Sabtu dengan membawa daging babi mentah, puyuh, pate (sejenis kornet), cumi-cumi dan makanan lainnya, kata pihak berwenang. 

Dilansir dari BBC, Rabu (16/10/2019), ini adalah pertama kalinya Australia menerapkan aturan visa atas makanan berdasarkan undang-undang bio-keamanan baru yang ketat yang bertujuan mencegah virus flu babi Afrika.

Penyakit menular tersebut telah memberi dampak bagi sejumplah populasi babi di seluruh Asia dan Eropa.

"Dengan potensi berkembangnya penyakit menular tersebut, akan besar kemungkinannya jika seseorang dengan sengaja berusaha membawa daging babi melewati perbatasan,"kata Menteri Pertanian Bridget McKenzie melalui sebuah pernyataan.

Di bawah amandemen Undang-Undang Migrasi Australia yang disahkan pada bulan April, visa pengunjung dapat dipersingkat atau dibatalkan bula melakukan pelanggaran bio-keamanan.

Denda di tempat juga dapat diberikan kepada pelanggar, tetapi pihak berwenang mengatakan bahwa dalam kasus tersebut, wanita yang tidak disebutkan namanya dikirim kembali ke Vietnam dan dilarang mengunjungi Australia selama tiga tahun.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Virus Flu Babi Afrika

Daging babi memiliki potensi besar sebagai bisnis di Australia. Hal itu membuat pemerintah melakukan usaha keras dalam mencegah penyebaran virus flu babi Afrika.

Badan bio-keamanan Australia telah meningkatkan upaya pencegahan di bandara dan menghubungi para distributor dalam upaya untuk mencegah flu babi Afrika. Kekhawatiran muncul setelah penyakit itu terdeteksi bulan lalu di Timor Timur, salah satu tetangga terdekat Australia.

McKenzie mengatakan bahwa 27 ton produk daging babi telah disita di perbatasan Australia sejak Februari.

Menteri mencatat kenaikan yang mengkhawatirkan dalam jumlah produk yang terkontaminasi flu babi Afrika atau American Swine Fever (ASF), dengan tingkat kontaminasi melonjak dari 15% pada Februari menjadi 48% pada September.

"Itulah sebabnya, jika Anda bepergian dari negara yang terkena flu babi Afrika, kami mengawasi Anda," kata McKenzie.

Negara-negara di Asia telah berjuang untuk mencegah penyebaran ASF, suatu kondisi yang tidak dapat disembuhkan yang tidak berbahaya bagi manusia tetapi berakibat fatal bagi babi. Penyakit ini memiliki tingkat kematian hingga 100%, menurut PBB.

Virus yang pertama kali muncul di Afrika Timur pada awal 1990-an, bergerak melalui Afrika sub-Sahara, dan juga telah tercatat di Eropa.

China, negara yang memiliki populasi babi hingga setengah dari populasi dunia dan sering menggunakan babi menjadi makanan pokok turut mengkonfirmasi terkait wabah tersebut pada Agustus lalu.

Sejak itu, lebih dari satu juta babi telah dimusnahkan di China, dan lebih dari lima juta di Vietnam.

Di Korea Selatan, ratusan tentara dan pemburu sipil telah dikerahkan di sepanjang perbatasan negara dengan Korea Utara untuk membunuh babi hutan dan babi liar untuk menghentikan penyebaran penyakit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.