Sukses

Nasib Terkini Tanaman Kapas yang Ditumbuhkan China di Sisi Terjauh Bulan

Ilmuwan menemukan perkembangan terbaru tanaman kapas yang pernah ditanam di sisi terjauh Bulan oleh China.

Liputan6.com, Beijing - Ketika pesawat ruang angkasa China, Chang'e-4, mendarat di sisi terjauh Bulan pada 3 Januari 2019, wahana ini membuat sejarah baru.

Chang'e-4 menjadi kendaraan antariksa pertama yang mengunjungi bagian paling gelap Bulan, dengan membawa muatan mini-biosfer seberat 2,6 kg yang disebut Lunar Micro Ecosystem (LME).

Biosfer silindris dan tersegel tersebut hanya memiliki panjang 18 cm dan lebar 16 cm. LME membawa enam bentuk kehidupan, disimpan di sebagian besar kondisi mirip Bumi, kecuali untuk gravitasi mikro dan radiasi Bulan.

Makhluk hidup yang diboyong LME berupa:

1. Biji kapas.

2. Biji kentang.

3. Rapeseed.

4. Ragi.

5. Telur lalat buah.

6. Arabidopsis thaliana, sejenis gulma.

Karya terobosan terbaru China itu adalah percobaan pertumbuhan biologis perdana di satelit alami Bumi. Sayangnya, hanya biji kapas yang memberikan hasil positif.

Pada saat itu, tim di belakang eksperimen ini berpikir bahwa hanya ada satu daun kapas yang tumbuh, tetapi sekarang data menunjukkan ada dua.

Mengutip Science Alert, Selasa (8/10/2019), gambar rekonstruksi 3D berdasarkan analisis dan pemrosesan data memperlihatkan dua lembar daun yang tumbuh. Tidak ada organisme lain yang dibawa Chang'e-4 yangmembuahkan hasil.

LME tidak terkena panas matahari. Jadi, setelah hari pertama hidup di Bulan -- sekitar 14 hari di Bumi -- tunas kapas sempat mati karena suhu rendah di sana, yakni minus 190 derajat Celcius (-310 Fahrenheit).

Namun, percobaan terus berlanjut, untuk menguji umur panjang dari LME itu sendiri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kirim Kura-Kura Kecil

Pemimpin percobaan itu, Xie Gengxin dari Institut Penelitian Teknologi di Chongqing University, mengatakan meski tidak akan ada makalah ilmiah yang diterbitkan dari eksperimen terkait, tetapi Xie berharap bisa meneruskan penelitian ini.

Selama tahap perencanaan, Xie dan tim juga berencana mengirim kura-kura kecil ke Bulan, tetapi kendala misi mencegahnya.

Dalam sebuah wawancara dengan IEEE Spectrum, Xie mengatakan, "Bobot maksimum penyelidikan yang bisa dibawa Chang'e-4 tidak dapat melebihi tiga kilogram."

Faktor lingkungan yang "keras" tidak hanya akan membuat hewan itu mati, seperti suhu rendah dan oksigen yang diprediksi habis dalam sekitar 20 hari.

Itu bukan kura-kura pertama di luar angkasa. Kehormatan itu jatuh pada kedua kura-kura di misi Uni Soviet Zond 5 pada tahun 1968. Di samping kedua kura-kura itu ada lalat buah dan tanaman. (Kedua kura-kura tidak diberi makanan sebagai bagian dari percobaan, dan mereka menderita kelaparan ketika mereka kembali ke Bumi, tetapi mereka masih hidup.)

Tetapi sementara misi Zond 5 adalah misi pertama yang membawa penduduk bumi di luar orbit Bumi, misi Chang'e-4 adalah yang pertama membawa beberapa ke Bulan (selain astronot, tentu saja.) Dan itu bukan China. terakhir.

3 dari 3 halaman

Chang'e-6

Xie dan rekan-rekannya berencana untuk menjalankan misi Bulan berikutnya, ketika mereka ingin mengirim lebih banyak bentuk kehidupan di sana.

Jika misi memungkinkan untuk membawa muatan yang lebih besar, mereka dapat mengirim bentuk kehidupan yang lebih kompleks, meskipun mereka belum menentukan seperti apa bentuknya.

China pun sudah bersiap untuk penerbangan Chang'e-6 yang kira-kira diluncurkan pada pertengahan 2020-an.

Sebelumnya pada 2018, China mengundang mitra-mitra internasionalnya untuk terlibat dalam misi Chang'e-6, dengan menambah bobot objek penelitian menjadi 10 kg.

Sementara itu, Chang'e-6 adalah misi cadangan Chang'e-5 yang dijadwalkan menjadi misi pengangkutan kembali pertama ke Bumi.

Tidak hanya China, Amerika Serikat, Rusia, India, Badan Antariksa Eropa (ESA), dan Jepang yang merencanakan misi ke Bulan, tetapi juga perusahaan swasta.

Dengan adanya kunjungan jangka panjang ke Bulan di masa depan, dan bahkan kehadiran manusia yang berkelanjutan, para ilmuwan akan terus mempelajari bagaimana organisme merespons lingkungan di satelit alami Bumi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.