Sukses

Demo Pro-Demokrasi Hong Kong Dimulai Saat Perayaan HUT ke-70 RRC

Massa pro-demokrasi Hong Kong mulai memadati kota, ketika pemerintah pusat China di Beijing tengah menggelar perayaan HUT ke-70 RRC.

Liputan6.com, Hong Kong - Massa yang tergabung dalam gerakan pro-demokrasi Hong Kong dikabarkan telah mulai memadati kota otonomi khusus Tiongkok tersebut, ketika pemerintah pusat China di Beijing tengah menggelar perayaan HUT ke-70 RRC.

Sekitar ribuan orang terlihat memadati Causeway Bay pada siang waktu lokal, the Guardian melaporkan pada Selasa (1/10/2019). Jumlah massa diperkirakan melonjak ketika hari terus bergulir.

Kerumunan massa mengenakan pakaian hitam khas yang menyimbolkan gerakan pro-demokrasi Hong Kong. Mereka meneriakan slogan-slogan, seperti, "berjuang untuk kemerdekaan", "berdiri bersma Hong Kong", dan "tidak ada perusuh, yang ada hanyalah rezim kejam."

Massa juga membawa banner bertuliskan solidaritas bersama Uighur dan Tibet.

Seorang pendemo mengaku tidak takut untuk berpartisipasi dalam unjuk rasa yang bertepatan dengan HUT ke-70 RRC ini.

Aparat Hong Kong dikabarkan telah mengantisipasi massa dengan memblokade jalan, menutup stasiun, dan pengalihan arus lalu lintas. Demonstran menilai langkah tersebut adalah upaya otoritas untuk mencegah publik berpartisipasi dalam unjuk rasa.

"Semakin mereka (aparat) memberantas kami, semakin kami menjadi-jadi, karena itu adalah kebebasan kami untuk berdemo," kata seorang partisipan.

Pada hari yang sama, Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam --yang selama ini telah dicerca massa pro-demokrasi karena dinilai sebagai 'boneka pemerintah pusat China'-- hadir di Beijing menyaksikan perayaan Hari Nasional dan mendengarkan pidato Presiden Xi Jinping.

Dalam naskah pidatonya, sang presiden China mengatakan bahwa pemerintah pusat akan "menjaga kemakmuran jangka panjang dan stabilitas Hong Kong dan Makau," ujarnya ketika wilayah otonomi khusus eks-koloni Inggris itu masih diguncang akibat rangkaian demo pro-demokrasi rutin selama lebih dari tiga bulan.

"Terus maju, kita harus tetap berkomitmen pada strategi penyatuan kembali secara damai, dalam prinsip 'Satu Negara, Dua Sistem," kata sang presiden China.

Tuntutan Massa Aksi Hong Kong pada HUT ke-70 RRC

Salah satu ciri protes adalah bahwa banyak orang mengulurkan lima jari untuk melambangkan lima tuntutan utama mereka, antara lain:

  1. Penarikan lengkap RUU ekstradisi kontroversial yang diusulkan oleh pemerintahan eksekutif Hong Kong
  2. Menarik penggunaan kata "kerusuhan" sehubungan dengan protes
  3. Pembebasan tanpa syarat dari para demonstran yang ditangkap dan dakwaan terhadap mereka dijatuhkan
  4. Penyelidikan independen tentang dugaan brutalitas polisi
  5. Implementasi hak pilih universal yang demokratis.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pergolakan Domestik dan Perang Dagang

Hari Nasional China tahun ini berlangsung ketika Beijing menghadapi tantangan paling serius sejak beberapa puluh tahun terakhir.

Rangkaian demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong telah mengingatkan kembali dunia atas apa yang terjadi di Tiananmen, Beijing 1989. Semua pihak menanti bagaimana Beijing akan menyelesaikan persoalan di wilayah otonomi khusus eks-koloni Inggris itu: apakah dengan cara kekerasan seperti Tragedi Tiananmen, atau solusi lain.

Namun Beijing harus belajar bahwa penindakan keras mereka di Tiananmen telah menjerumuskan negara itu ke dalam isolasi internasional --kondisi yang mungkin akan dihindari oleh China dewasa ini, terlebih ketika mereka sekarang pun tengah menghadapi tekanan dari luar negeri, terutama dengan AS.

Akan tetapi, Partai Komunis juga tak ingin kekuasaan absolut mereka terhadap seluruh wilayah China terus dirong-rong oleh massa di Hong Kong.

Dugaan penahanan lebih dari satu juta orang di wilayah Xinjiang, di kamp-kamp yang digambarkan pemerintah Tiongkok sebagai pusat pendidikan ulang, telah menyebabkan kemarahan dan kecaman internasional.

Sementara itu, perang dagang dengan AS telah mengancam kekuatan ekonomi kedua negara serta menyebabkan instabilitas finansial bagi beberapa negara lain. Negosiasi untuk menghentikan prahara perdagangan masih berlangsung ketika perayaan HUT ke-70 digelar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.