Sukses

Pangeran Arab Saudi Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan Jamal Khashoggi, Tapi...

Soal pembunuhan Jamal Khashoggi, Pangeran Arab Saudi mengatakan, pada akhirnya "saya-lah yang memikul tanggung jawab penuh" atas apa yang terjadi.

Liputan6.com, Riyadh - Putra mahkota Mohammed bin Salman (MBS), penguasa de facto Arab Saudi, menyatakan "memikul tanggung jawab penuh" selaku pemimpin negara atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi oleh para agen-agen Saudi pada Oktober 2018 lalu.

Tapi, ia membantah memerintahkan operasi tersebut.

Berbicara kepada CBS News dalam program 60 Minutes Minggu 29 September 2019, Pangeran MBS mengatakan, bertanggungjawab penuh, "karena (pembunuhan) itu dilakukan oleh individu yang bekerja untuk pemerintah Saudi," lanjutnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (30/9/2019).

Tapi, ketika ia ditanya apakah ia memerintahkan pembunuhan Jamal Khashoggi, MBS mengatakan, "Sama sekali tidak."

"Itu kesalahan. Dan saya harus mengambil semua tindakan untuk menghindari hal seperti itu di masa depan," kata MBS tentang pembunuhan itu, yang dia sebut "keji."

Jamal Khashoggi, kolumnis Washington Post, terakhir terlihat di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober tahun lalu, di mana ia mengumpulkan dokumen sebelum pernikahannya. Jenazahnya dipotong-potong dan dikeluarkan dari gedung, menurut laporan, dan jenazahnya belum ditemukan.

Ditanya bagaimana pembunuhan itu bisa terjadi tanpa dia sadari, MBS mengatakan kepada 60 Minutes: "Beberapa orang berpikir bahwa saya harus tahu apa yang dilakukan oleh tiga juta orang yang bekerja untuk pemerintah Saudi setiap hari? Tidak mungkin bahwa tiga juta orang itu akan mengirim laporan harian mereka ke pemimpin atau orang tertinggi kedua di pemerintahan Saudi."

Dia bersikeras bahwa "penyelidikan sedang dilakukan, dan sekali tuduhan terbukti terhadap seseorang, terlepas dari pangkat mereka, itu akan dibawa ke pengadilan, tidak ada pengecualian yang dibuat."

Komentar MBS menggemakan yang dibuat dalam trailer film dokumenter PBS, yang akan mengudara minggu ini di mana ia berkata: "Saya memikul semua tanggung jawab karena itu terjadi di bawah pengawasan saya."

Berbicara pekan lalu setelah rilis trailer, tunangan Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz menggambarkan komentar pangeran itu adalah "murni manuver politik."

"Dengan mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi di bawah pengawasannya, dia mengirimi dunia pesan bahwa dia lebih berpengaruh daripada raja Arab Saudi, dan adalah kepala negara yang sebenarnya," kata Cengiz.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laporan CIA

CIA dan beberapa pemerintah Barat mengatakan, mereka percaya MBS memerintahkan pembunuhan Khashoggi, tetapi pejabat Saudi berulang kali mengatakan dia tidak memiliki peran.

Setelah penolakan awal, Saudi menyalahkan pembunuhan itu pada tim operasi yang berjalan di luar protap.

Jaksa penuntut umum mengatakan, wakil kepala intelijen saat itu memerintahkan pemulangan Khashoggi, orang dalam kerajaan yang menjadi pengkritik yang blak-blakan. Tetapi, pemimpin perunding memerintahkan dia dibunuh setelah diskusi untuk membawanya pulang gagal.

Khalil Jahshan, direktur eksekutif Pusat Arab di Washington, DC mengatakan kepada Al Jazeera bahwa wawancara itu adalah "latihan yang baik dalam hubungan masyarakat untuk Arab Saudi," tetapi menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada yang dijawab.

"Ada masalah hukum di sini," katanya. "Siapa yang memerintahkan pembunuhan itu? Dia mengakui bahwa beberapa warga Saudi - mereka adalah pejabat dalam pemerintahannya - melakukan apa yang disebutnya 'kejahatan keji' - tetapi siapa yang memberi perintah? Jika bukan dia, siapa lagi?"

Pelapor PBB Agnes Callamard , yang menginvestigasi pembunuhan Khashoggi, dan menyerukan putra mahkota dan pejabat senior Saudi lainnya untuk diselidiki, telah menolak persidangan 11 tersangka yang disidangkan di Arab Saudi yang berlangsung dalam persidangan rahasia. Ia menyebut persidangan itu palsu. Hanya beberapa audiensi yang telah diadakan sejauh ini.

Callamard mengatakan lebih banyak upaya harus dilakukan untuk mengisolasi Riyadh secara diplomatis.

Dia telah mendesak CIA untuk merilis ke publik laporannya tentang pembunuhan itu, dan agar FBI membuka penyelidikan kriminal. Sementara itu, Callamard juga mendesak kelompok negara-negara kaya G20 untuk memindahkan pertemuan November 2020 mereka, yang dijadwalkan berlangsung di Riyadh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.