Sukses

Indonesia Masih Kesulitan Mengurai Sampah Plastik

Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 di dunia yang terbuang ke laut.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) adalah sebuah organisasi yang mengajak masyarakat Indonesia peduli akan sampah plastik.

ADUPI menampung aspirasi dari setiap pelaku daur ulang plastik (DUP) dari hulu ke hilir, juga unsur simpatisan dari berbagai elemen masyarakat yang berkepentingan dan peduli terhadap kegiatan DUP.

Namun, Direktur ADUPI Felicia Yanti mengatakan, dalam mendaur ulang sampah plastik di Indonesia masih menjadi tahapan yang sulit dan lama.

"Berbeda dengan Taiwan yang mudah dalam mendaur ulang sampah plastik, Indonesia sangat sulit dalam mengurainya, bahkan perlu membayar," ujarnya dalam Seminar 'Limbah Plastik Laut dan Ekonomi Daur Ulang' pada Kamis (26/9/2019) di Grand Hyatt, Jakarta.

Indonesia memiliki tahapan-tahapan dari daur ulang sampah plastik, mulai dari pemulung, kolektor hingga pada penjualan produk.

Pemulung mengumpulkan sampah, kolektor menerima dan memilah sampah botol plastik, memilah berdasarkan jenis sampah dan warna dan menggilingnya menjadi kecil, memprosesnya ke tahap akhir hingga menjadi sebuah produk, seperti kantong plastik rumah tangga dan menjual barang-barang.

Kebanyakan limbah sampah yang ada di Indonesia berasal dari tempat makan yaitu sterofoam.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sampah Plastik Permasalahan yang Serius

Taipei Economic and Trade Office (TETO) menyelenggarakan Seminar 'Limbah Plastik dan Ekonomi Daur Ulang' bersama Centre for South East Asian Studies (CSEAS), pada Kamis (26/9/2019).

Dalam seminar ini membahas mengenai kebijakan limbah plastik laut dan visi kerjasama serta pengembangan terkait dengan kebijakan limbah plastik laut.

Taiwan di bawah kerangka 'Kebijakan Baru ke Arah Selatan', akan bekerjasama dengan Indonesia untuk menjaga lingkungan ekologi laut, bersama mengembangkan peluang bisnis baru yaitu ekonomi daur ulang.

"Sampah memang menjadi permasalahan serius di dunia, khususnya pada kasus sampah plastik yang ada di lautan. Maka dari itu, TETO memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan Asia Tenggara dalam menanganinya," ujar Wakil Kepala TETO, Peter Lan.

Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Kemeneterian Kelautan dan Perikanan mengatakan, sampah plastik sudah banyak di lautan. "Sekitar 9 juta Indonesia memproduksi plastik dan kini berada di lautan. Seperti plastik botol, sedotan dan lainnya." katanya di acara seminar tersebut.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.