Sukses

Perkuat Kerja Sama Ekonomi-Perdagangan, Uni Eropa-RI Resmikan ARISE+

Uni Eropa dan Indonesia memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan melalui ARISE+.

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Menteri BAPPENAS Bidang Ekonomi, Bambang Prijambodo, bersama Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, meresmikan program baru bernama ASEAN Regional Integration Support – Indonesia Trade Support Facility atau disingkat ARISE+ pada Rabu (25/9/2019) di Jakarta.

Ini adalah program hibah empat tahun bernilai 15 juta euro (sekitar Rp 232 miliar) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor serta integrasi Indonesia dalam rantai nilai global.

Program tersebut akan mendukung penguatan kapasitas terkait perundingan perjanjian perdagangan bebas dan peningkatan infrastruktur mutu, guna mendorong ekspor unggulan seperti produk pertanian pangan dan perikanan, serta mempromosikan Indikasi Geografis (IG) unggulan Indonesia.

"Kerja sama ekonomi yang telah berlangsung lama dengan Indonesia berfokus pada peningkatan iklim usaha, pembangunan ekonomi yang inklusif serta investasi berkelanjutan," kata Vincent Piket, Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia ketika memberikan pidato sambutan di Hotel Ayana, Jakarta, Rabu (25/9/2019).

"ARISE+ Indonesia akan mendukung integrasi perdagangan dan investasi Indonesia di ASEAN, dengan Uni Eropa dan dalam WTO," imbuhnya.

Sementara itu dalam konferensi pers usai peluncuran ARISE+, Deputi Bidang Urusan Ekonomi Bappenas Bambang Prijambodo menuturkan, Uni Eropa adalah mitra dagang ketiga terbesar di Indonesia dan salah satu sumber investasi asing langsung (FDI) terpenting. Karena itulah, perogram ARISE+ dianggapnya sangat berguna untuk pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 mengakui bahwa Indonesia perlu mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan para pembuat kebijakan juga menegaskan, sektor manufaktur harus memainkan peranan penting dalam mendorong transformasi struktural Indonesia.

"Sektor manufaktur kami tidak terdiversifikasi, di mana kami mengekspor relatif sedikit produk yang memiliki keunggulan komparatif dan juga sederhana. Kami juga mengekspor produk-produk yang sangat standar, yang juga dilakukan oleh banyak ekonomi lainnya," papar bambang.

Pada tahun 2018, perdagangan bilateral mencapai 26,3 miliar euro, dengan surplus sebesar 6,9 miliar euro untuk Indonesia. Uni Eropa juga merupakan investor di luar Asia teratas di Indonesia, dengan FDI lebih dari USD 3,3 miliar, menurut Bambang.

"Presiden (Joko Widodo) menekankan tentang pentingnya investasi dan ekspor. Transmisi pengaruhnya didukung kebijakan lain, ini akan membantu kita meningkatkan ekspor dan mengurangi defisit perdagangan kita yang kemarin menyentyuh US$ 8,7 miliar pada tahun 2018," kata Bambang.

"Lima tahun ke depan, kami berupaya meningkatkan neraca surplus perdagangan pada 2024 sebesar US$ 15 miliar. Ekonomi kita diharapkan tumbuh sekitar 5,4 sampai 6,0 persen rata-rata per tahun dari 2020-2025. Tengahnya adalah 5,7 persen. Perdagangan akan menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan selain investasi dari sisi permintaan," lanjutnya.

Sebagai negara yang berkembang, Indonesia dinilai masih tertinggal dalam hal kualitas dan kuantitas infrastruktur, menurut Bambang. Peningkatan untuk sektor energi, transportasi, pengelolaan air dan sampah sangat penting dan mendesak untuk dikelola lebih lanjut.

Investasi dari sektor swasta pun amat bermanfaat, terutama dari rekan asing. Indonesia membutuhkan investasi US$ 1.000 miliar untuk infrastruktur dalam lima tahun ke depan, dan pemerintah hanya bisa mencakup serta menyediakan kurang dari 40% dari jumlah ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

IEU - CEPA

Selain pemerintah, kolaborasi dengan perwakilan dunia usaha akan dilakukan untuk membantu menyebarluaskan kemajuan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Uni Eropa-Indonesia (IEU- CEPA) ke kalangan bisnis dan masyarakat sipil, serta memastikan manfaatnya bagi Indonesia termasuk dalam hal peningkatan lapangan kerja dan pemerataan kesejahteraan.

Saat ini, proses negosiasi dari IEU-CEPA masih berlangsung --sejak dimulai pada April 2016. Setelah negosiasi dituntaskan nanti, perjanjian CEPA akan memungkinkan peningkatan perdagangan barang dan jasa serta meningkatkan peluang investasi di pasar bersama dengan 750 juta penduduk.

"Indonesia dan Uni Eropa sedang melakukan proses negosiasi CEPA dengan tujuan utama memfasilitasi dan menciptakan akses pasar baru, meningkatkan perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia, serta memperluas investasi langsung," kata Deputi Bidang Urusan Ekonomi Bappenas Bambang Prijambodo.

Selain itu, Bappenas juga mengupayakan industri pengelolaan non-migas sebagai penggerak ekonomi Indonesia. Khusus agrikultur adalah untuk sektor utama dan menjadi nilai tambah.

Demikian halnya dengan perikanan yang menurutnya dapat dilakukan pengolahan, dengan demikian akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Pun sektor pertanian, perkebunan, peternakan swasembada, dan kehutanan. 

Pertambangan selalu menjadi daya tarik untuk investasi, tetapi investasi tak selalu berarti praktik yang baik. Pemerintah Indonesia, kata Bambang, mencari investasi yang berkualitas baik untuk Indonesia, yang berkesinambungan dan ramah lingkungan.

Di satu sisi, akhir dari Negosiasi CEPA Putaran Ke-8 baru saja dirampungkan di Jakarta pada 17–21 Juni 2019. IEU-CEPA mencakup 16 sektor di bawah negosiasi, termasuk kerja sama ekonomi dan pengembangan kapasitas.

3 dari 3 halaman

ARISE+ Dukung Kesetaraan Gender

ARISE+ juga berkomitmen untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan meningkatkan keterlibatan eksportir skala kecil dan menengah pada rantai nilai global.

Menurut Kepala Delegasi Korporasi Uni Eropa untuk Indonesia, Hanz Farnhammer, program ini membutuhkan partisipasi wanita dan perlu adanya kesetaraan gender.

"Kami memilih bidang-bidang khusus yang kami anggap bermanfaat bagi perempuan, karena itu kami perlu memastikan bahwa keikutsertaan mereka dalam perdagangan atau kegiatan-kegiatan terkait bisa dijakngkau," tutur Hanz.

"Ini adalah area lintas bidang yang harus kita lakukan untuk lintas gender. Saya perlu menganalisis bagaimana kita bisa memastikan bahwa perempuan mendapat manfaat untuk proyek tersebut. Ini tentang kesetaraan dan untuk memastikan bahwa perempuan dapat mengambil manfaat dalam berpartisipasi dalam program ini," pungkasnya.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward menyampaikan, sejak 2014 hingga 2018, nilai total Investasi Langsung Uni Eropa di Indonesia telah mencapai US$ 13 juta. Dalam sektor perdagangan, itu menandai US$ 407,1 miliar dari total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa.

"Indonesia dan Uni Eropa telah berhubungan dalam beberapa kesepakatan perdagangan wilayah dan internasional yang diharapkan untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah dan terutama untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," tutupnya.

Sebagai negara dengan 267 juta penduduk yang mencakup 42% populasi ASEAN, Indonesia memiliki ambisi untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030, selain memberi kontribusi untuk ASEAN dalam memperkuat Komunitas ASEAN dengan berusaha mengimplementasikan Visi Komunitas ASEAN 2025.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini