Sukses

Genjot Perdagangan dan Investasi, RI Pepet Kawasan Amerika Latin dan Karibia

Bagi Indonesia, Amerika Latin dan Karibia adalah pasar yang belum dipetakan untuk dieksplorasi pengusaha Tanah Air.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan negara-negara di kawasan Amerika Latin & Karibia (Amlatkar) selalu menikmati hubungan yang kuat selama beberapa dekade, yang terjalin menggunakan berbagai kerangka kerja sama, mulai dari Aliansi Pasifik, FEALAC, hingga CARICOM.

Karena hubungan antara Indonesia dan Amerika Latin & Karibia terus berkembang dan bertumbuh, ada potensi ekonomi yang sangat besar untuk dioptimalkan, terutama di sektor industri strategis, infrastruktur, pembiayaan, pertambangan, tekstil, dan barang-barang konsumen.

Bagi Indonesia, Amerika Latin & Karibia adalah pasar yang belum dipetakan untuk dieksplorasi pengusaha Tanah Air.

Sementara itu, untuk Amerika Latin & Karibia, Indonesia memberikan peluang bisnis yang luas serta hub untuk ekspansi bisnis di Asia Tenggara.

Untuk mengaktualisasikan semua potensi ekonomi dan peluang bisnis, Direktorat Jenderal Urusan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI akan menyelenggarakan Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC) 2019 di Serpong pada 14-15 Oktober 2019 mendatang.

"Ini merupakan mandat Presiden, agar Indonesia menyongsong pasar Amerika Latin & Karibia yang prospektif, di tengah ketidakpastian perdagangan global," kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Amerika dan Eropa/Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah di Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Forum Bisnis INA-LAC bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai peluang ekonomi dan untuk meningkatkan kemitraan yang sudah ada di antara kedua belah pihak.

"Ini bermaksud untuk memberikan peluang unik bagi sekitar 200 orang yang mewakili komunitas bisnis, pejabat tinggi pemerintah, dan pemangku kepentingan terkemuka lainnya, untuk berkumpul, berinteraksi, dan mengeksplorasi cara-cara untuk membangun kerja sama ekonomi yang konkret dan memperluas jaringan bisnis," tambah Darianto Harsono, Direktur Amerika II (Amerika Latin dan Karibia)/Kemlu RI pada kesempatan yang sama.

Forum Bisnis akan diikuti oleh pencocokan bisnis dan konseling antara perusahaan-perusahaan dari Indonesia dan Amerika Latin dan negara-negara Karibia. Pencocokan bisnis diharapkan untuk membangun kerja sama ekonomi yang konkret dalam bentuk kesepakatan bisnis dan perluasan jaringan bisnis, penghapusan hambatan perdagangan (tarif, bea dan cukai) hingga perjanjian bebas (FTA, PTA, hingga CEPA).

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sekilas Hubungan RI - Amlatkar

Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, negara terpadat keempat di dunia, ekonomi terbesar ketujuh di dunia dalam hal paritas daya beli, dan anggota G-20.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2009-2018 adalah 5,4%, tertinggi ketiga di G20. PDB Indonesia, yang berjumlah 1.042 triliun Dolar AS pada tahun 2018, diperkirakan akan terus berkembang.

Di sisi lain, Amerika Latin dan Karibia adalah wilayah dengan potensi besar.

Dengan jumlah populasi 630 juta orang dan total PDB yang mencapai US$ 5,78 triliun pada 2018, hubungan ekonomi antara Indonesia dan Amerika Latin dan kawasan Karibia memiliki potensi tinggi untuk dieksplorasi dan dikembangkan lebih lanjut.

Total perdagangan di wilayah tersebut mencapai US$ 2,19 triliun pada tahun 2018, di mana hanya 0,37%, setara dengan USD 8,1 miliar, adalah jumlah perdagangan dengan Indonesia, sehingga meninggalkan ruang untuk meningkatkan.

"Target kita selepas INA-LAC adalah peningkatan neraca perdagangan, dan mudah-mudahan surpulus di Indonesia, dengan nilai perkiraan hingga US$ 12 miliar," kata Direktur Darianto.

Komoditas ekspor Indonesia ke Amlatkar adalah komponen otomotif, tekstil dan produknya, karet dan produknya, komponen kelistrikan, hingga agraria. Sementara RI mengimpor agraria dari Amlatkar seperti kopi, jagung, hingga cokelat.

Selain itu, volume investasi negara Amlatkar ke Indonesiaselama semester pertama 2019 adalah US$ 2,8 juta, hanya 0.02% dari total investasi kawasan ke luar negeri.

"Maka di masa mendatang masih banyak peluang untukmeningkatkan nilai perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan negara-negara Amlatkar," kata Darianto, namun belum bisa menentukan prospek kenaikan yang ditargetkan pemerintah RI.

"Terbaru, Presiden sudah beri lampu hijau rencana investasi perusahaan mining Vale Brazil, yang tinggal kita tunggu kapan proses divestasinya."

"Semoga perusahaan atau mitra bisnis lain bisa mengikuti," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.