Sukses

Pernah Dipelajari di Bangku Sekolah, 5 Fakta Sains Ini Ternyata Salah?

5 fakta tentang sains ini, yang mungkin Anda pelajari di sekolah, bisa saja tak benar.

Liputan6.com, Jakarta - Saat duduk di bangku sekolah, kita pernah mendapatkan pelajaran tentang sains dasar. Ilmu yang kita dapatkan saat masih bocah dahulu tak serumit apa yang dilakukan oleh peneliti sekarang.    

Sains adalah kumpulan pengetahuan yang terus tumbuh dan berubah. Penemuan atau studi baru sering menyebabkan perubahan dalam teori lama dan kadang-kadang bahkan membatalkannya sama sekali.

Itu artinya, beberapa "fakta" yang kita pelajari saat masih sekolah tidak selalu benar lagi. Misalnya, dinosaurus tidak terlihat seperti apa yang digambarkan oleh buku-buku pelajaran.

Asal usul Homo sapiens tidak seruntun garis waktu yang kita ketahui selama ini, atau, banyak panduan nutrisi dan olahraga dari kelas kesehatan yang telah dikuak.

Berikut adalah 5 fakta sains yang telah berubah, jauh setelah kita mempelajarinya di sekolah pada zaman dahulu kala, dikutip dari Business Insider, Jumat (20/9/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Mitos: Tak Ada yang Tahu Penyebab Kepunahan Massal Dinosaurus

Para ilmuwan masih kebingungan untuk menerka apa yang menyebabkan kepunahan massal dinosaurus. Sejumlah teori konspirasi mencuat, mulai dari "dorongan seks yang rendah pada kalangan dinosaurus" hingga "Bumi yang dikuasai ulat bulu."

Fakta: Pada tahun 1978, ahli geofisika menemukan Chicxulub, kawah di Semenanjung Yucatan yang kabarnya terbentuk akibat benturan asteroid selebar 6 mil. Inilah yang kemungkinan besar memicu kematian hewan-hewan purba.

Sejak penemuan itu, para peneliti telah mengungkap lebih detail tentang dampak asteroid tersebut. Konon, tabrakan ini menyebabkan tsunami setinggi satu mil, kebakaran hutan yang parah, dan melepaskan miliaran ton belerang ke atmosfer, menutupi sinar matahari selama bertahun-tahun.

Beberapa ilmuwan berpendapat, letusan gunung berapi di India modern juga berkontribusi terhadap lenyapnya dinosaurus.

3 dari 6 halaman

2. Mitos: Seekor Unta Menyimpan Stok Air di Punuknya

Fakta: Unta menyimpan lemak sebagai bahan bakar ketika melakukan perjalanan jarak jauh dengan sumber daya terbatas. Seekor unta dapat menggunakan lemak itu untuk menggantikan makanan yang tidak dimakannya sekitar tiga minggu, menurut Animal Planet.

Punuk adalah sel darah merah unta yang memungkinkannya untuk pergi seminggu tanpa minum air. Tidak seperti makhluk lain, unta memiliki sel darah berbentuk oval yang lebih fleksibel dan memungkinkan binatang ini untuk menyimpan air dalam jumlah besar.

4 dari 6 halaman

3. Mitos: Piramida Makanan Adalah Standar Emas Nutrisi

Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture atau USDA) merilis Piramida Panduan Makanan pada tahun 1992, tetapi banyak saran nutrisi yang ditawarkannya dibantah.

Fakta: Piramida itu tidak membedakan antara karbohidrat olahan, seperti roti putih, gandum utuh, dan beras merah. Tidak ada perbedaan antara protein tersehat (kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan) dan daging merah, yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker dan penyakit jantung.

Bagan itu juga membuang lemak sehat ke puncak piramida, menyatukannya dengan tambahan gula dan lemak trans dari minyak olahan dan makanan kemasan.

Pada pertengahan 1990-an, para peneliti Harvard memperkirakan bahwa lemak trans menyebabkan sekitar 50.000 kematian yang dapat dicegah setiap tahun di AS.

Sedangkan penelitian lain menemukan bahwa lemak tak jenuh sehat yang ditemukan dalam makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan alpukat sangat penting untuk diet seimbang.

5 dari 6 halaman

4. Mitos: Susu Baik untuk Tulang

Sebuah laman di situs web USDA memberi tahu pengunjungnya bahwa orang dewasa harus minum tiga cangkir susu per hari, kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium dan vitamin D. Sedangkan anak-anak disarankan minum dua hingga tiga cangkir untuk membangun tulang yang kuat.

Fakta: Banyak penelitian tidak menemukan hubungan antara minum susu (atau mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D) dan keropos tulang.

Beberapa studi bahkan mendapati relasi antara minum susu dan mortalitas (angka rata-rata kematian penduduk di suatu daerah atau wilayah) yang lebih tinggi. Itu tidak berarti bahwa konsumsi susu adalah penyebabnya.

6 dari 6 halaman

5. Mitos: Tak Ada yang Lebih Cepat dari Cahaya

Cahaya bergerak pada 299.792.458 meter per detik dalam ruang hampa, tetapi melambat saat bergerak melalui berbagai zat. Misalnya, cahaya bergerak sekitar 75% dari kecepatan itu melalui air dan sekitar 41% dari kecepatan itu melalui berlian.

Fakta: Elektron, neutron, atau neutrino dapat melampaui foton cahaya dalam media semacam itu -- meskipun ketiganya harus memutihkan energi seperti radiasi. Tatanan ruang yang meluas juga sanggup melampaui kecepatan cahaya selama Big Bang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.