Sukses

Sempat Terganggu Usai Serangan, Minyak Arab Saudi Akan Pulih Akhir September

Produksi minyak Arab Saudi diperkirakan akan kembali pulih pada akhir September 2019 --setelah sempat terganggu usai menjadi sasaran serangan drone dan rudal kendali.

Liputan6.com, Riyadh - Produksi minyak Arab Saudi diperkirakan akan kembali pulih pada akhir September 2019 --setelah sempat terganggu usai menjadi sasaran serangan drone dan rudal kendali.

Selain itu, Arab Saudi juga sudah berhasil memulihkan volume pasokan minyak kepada para pelanggannya ke level sebelum penyerangan dengan mengambil dari cadangan minyaknya.

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa produksi rata-rata pada September dan Oktober akan mencapai 9,89 juta barel per hari (bph) minyak dan negara pengekspor minyak terbesar di dunia akan memastikan memenuhi komitmen pasokan minyak secara penuh kepada para pelanggannya bulan ini, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (19/9/2019).

Pangeran Abdulaziz mengatakan Riyadh belum tahu siapa dibalik penyerangan itu dan mengapa, sambil mengatakan Saudi akan mempertahankan posisinya sebagai pemasok yang aman untuk pasar dunia.

Menurut Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, penyelidikan awal mengindikasikan senjata-senjata Iran digunakan dalam penyerangan tersebut. Awalnya pihak berwenang menyebutkan penyerangan itu menggunakan drone atau pesawat nirawak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemulihan Usai Serangan 'Teroris'

Selama beberapa terakhir, Saudi udah mengatasi kerusakan dan memulihkan lebih dari setengah produksi minyak yang sempat turun akibat serangan "teroris" kata Pangeran Abdulaziz dalam konferensi pers di Jeddah, kota di Laut Merah.

Katanya, Kerajaan itu akan mencapai kapasitas produksi 11 juta bph pada akhir September dan 12 juta bph pada akhir November.

"Pasokan minyak akan kembali memasuki pasar seperti sebelum pukul 3.43 pagi Sabtu,” kata Abdulaziz, seraya menambahkan perusahaan minyak raksasa Aramco sudah bangkit 'seperti burung Phoenix yang bangkit dari abu',” setelah serangan.

Abdulaziz merujuk pada penyerangan terhadap kilang minyak milik badan usaha milik negara (BUMN) di Abqaiq dan Khurais. Serangan itu termasuk mengenai fasilitas pengolahan minyak terbesar di dunia. Akibat serangan itu, produk minyak sebesar 5,7 juta bph atau lebih dari setengah produksi Arab Saudi atau setara 5 persen dari produksi dunia, terhenti.

Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pihaknya masih dalam proses menghitung pekerjaan perbaikan, namun “tidak terlalu penting” mengingat besarnya perusahaan itu.

"Kami akan mencapai tingkat produksi sebelum penyerangan terhadap fasilitas kami pada akhir September," kata Nasser dalam konferensi pers yang sama.

Dia bilang Saudi Aramco sedang dalam proses memulihkan penyulingan minyak ke kapasitas penuh dan menegaskan pasokan produk minyak mentah untuk pasar-pasar domestik cukup. Menurutnya, Aramco memiliki cadangan minyak mentah sebanyak lebih dari 60 juta barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini