Sukses

Presiden Iran Sebut Serangan Kilang Minyak Arab Saudi Balasan dari Yaman

Presiden Iran Hassan Rouhani membantah tudingan AS sebagai penyerang kilang minyak Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta - Dua kilang minyak Aramco di timur Arab Saudi diserang dengan drone hingga menyebabkan produksi minyak merosot drastis lebih dari setengahnya. Amerika Serikat menyalahkan Iran atas serangan yang merusak pabrik pemroses minyak mentah terbesar di dunia itu.

Kelompok gerilyawan Houthi Yaman, yang berperang melawan koalisi Saudi-Uni Emirat Arab, mengklaim sebagai pelaku serangan kilang Minyak Arab Saudi. Presiden Iran Hassan Rouhani pun membantah tudingan AS.

Ia menyatakan, serangan terhadap fasilitas minyak Aramco di Arab Saudi merupakan aksi balasan dari "orang-orang Yaman" untuk menyerbu negara itu.

"Orang-orang Yaman memanfaatkan hak membela diri mereka yang sah ... serangan itu menjadi aksi balasan terhadap agresi melawan Yaman selama beberapa tahun," kata Rouhani seperti dilansir Antara, Selasa (17/9/2019).

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tudingan AS

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo pada Sabtu 14 September 2019, menyalahkan Iran atas serangan terhadap dua kilang minyak Aramco di timur Arab Saudi.

Twit Pompeo datang beberapa jam setelah pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone.

Menteri Dalam Negeri Arab Saudi mengumumkan pada Sabtu bahwa serangan pesawat tak berawak menyebabkan kebakaran di dua fasilitas minyak perusahaan minyak Aramco. Serangan itu menghantam dua situs di wilayah Abqaiq dan Khurais.

"Di tengah semua seruan untuk de-eskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia," kata diplomat top AS itu dalam tweet ganda pada Sabtu sore waktu lokal.

"Tidak ada bukti serangan datang dari Yaman," tambah Pompeo.

Indikasi awal adalah bahwa serangan itu tidak berasal dari Yaman, melainkan dari Irak, menurut seorang narasumber anonim dengan pengetahuan langsung tentang insiden tersebut.

Juga pada Sabtu sore, Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump telah berbicara melalui telepon dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman Al Saud, membahas serangan dan pertahanan Arab Saudi.

"Pemerintah Amerika Serikat sedang memantau situasi," menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.

3 dari 3 halaman

Inggris Siap Membalas

Inggris pun merespons serangan itu dengan berkoordinasi bersama mitra internasional mereka. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyatakan akan melakukan balasan yang "paling dahsyat dan efektif" terhadap serangan fasilitas minyak Arab Saudi itu.

Raab mencuit di akun Twitternya bahwa ia telah berbicara dengan mitra dari Arab Saudi, Jerman, Prancis dan juga Amerika Serkat pada Senin 16 September.

"Inggris mengecam serangan terhadap fasilitas minyak Aramco di Arab Saudi. Kami akan bekerja sama dengan mitra internasional kami untuk merancang balasan yang paling dahsyat dan efektif," kata dia.

Koalisi pimpinan Saudi menyebutkan serangan, yang menyebabkan produksi minyak Arab Saudi merosot drastis lebih dari setengahnya sekaligus merusak pabrik pemroses minyak mentah terbesar di dunia, dilakukan dengan menggunakan senjata buatan Iran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.