Sukses

Hari Korban Penghilangan Paksa Sedunia, Kenang Mereka yang Terlupakan

30 Agustus ditetapkan PBB sebagai Hari Penghilangan Paksa Sedunia. Ini penjelasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Penghilangan paksa sering digunakan sebagai strategi untuk menyebarkan teror di masyarakat.

Perasaan tidak aman yang ditimbulkan oleh praktik ini terjadi juga oleh pada kerabat dekat, tetapi juga komunitas masyarakat secara keseluruhan.

Peristiwa ini menjadi masalah global dan tidak terbatas pada wilayah tertentu di dunia.

Sebagian besar merupakan produk militer, penghilangan paksa saat ini dapat dilakukan dalam situasi kompleks konlif internal, terutama sebagai cara penindasan politik terhadap lawan.

Dilansir dari UNESCO pada Jumat (30/8/2019), untuk menandai International Day of the Victims of Enforced Disappearances atau Hari Korban Penghilangan Paksa Sedunia, para ahli menyerukan negara-negara di dunia untuk bertindak segera mencari orang yang telah mengalami penghilangan paksa dan menyelidiki kejahatan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejarah Terbentuk

Pada 21 Desember 2010, dengan resolusi 65/209 Majelis Umum PBB menyatakan keprihatinannya yang mendalam tentang peningkatan penghilangan paksa atau tidak disengaja, penculikan, dan kekerasan seksual di berbagai wilayah dunia.

Dengan resolusi yang sama, Majelis membuat Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa atau International Convention for the Protection of All Persons from Enforced Disappearance.

Kemudian akhirnya badan dunia itu memutuskan 30 Agustus sebagai International Day of the Victims of Enforced Disappearance atau Hari Korban Penghilangan Paksa Sedunia sejak 2011.

Seperti dimuat pada laman Amnesty International, terdapat peristiwa kelam pada 1988. Saat itu, kegagalan pemerintah Iran yang terus berlanjut untuk mengungkap nasib dan keredaan pembangkang politik yang secara paksa dihilangkan dan dieksekusi di luar hukum secara rahasia.

Iran memicu krisi yang selama dekade telah diabaikan oleh masyarakat internasional.

Lalu, pada 1999 di Kosovo, telah tercatat sebanyak 6.000 orang hilang. Misi PBB di Kosovo yang bernama UNMIK juga bersama dengan OHCHR, telah mendukung penciptaan orang hilang.

 

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.