Sukses

Hujan Gas Air Mata, Demonstrasi Hong Kong Kembali Ricuh

Demonstrasi di area industri Kwun Tong itu dihujani tembakan gas air mata yang dilepaskan polisi antihuru-hara Hong Kong.

Liputan6.com, Hong Kong - Sepekan terakhir, demonstrasi di Hong Kong berlangsung damai. Namun, aksi damai tersebut telah berakhir dan kembali berujung kericuhan pada Sabtu 24 Agustus.

Demonstrasi anti-pemerintah menolak RUU ekstradisi yang berlangsung di area industri Kwun Tong itu dihujani tembakan gas air mata yang dilepaskan polisi antihuru-hara Hong Kong. Demonstran pun melakukan aksi balas dendam dengan melempar batu, botol, hingga tiang bambu.

Tembakan gas air mata ini merupakan yang pertama dalam 10 hari terakhir di mana aksi telah berlangsung damai. Demonstrasi damai itu rusak ketika ribuan demonstran yang banyak memakai helm dan masker gas beraksi di area industri Kwun Tong, diblokir puluhan petugas dengan perisai dan pentungan di luar kantor polisi.

Para demonstran garis depan mengumpulkan barikade penghalang lalu lintas dan tiang bambu, kemudian menyemprotkan cat dengan tulisan penghinaan yang diarahkan ke polisi. Saat sore, mereka menggunakan beberapa batu yang ditembakkan dari ketapel hingga memicu kemarahan polisi yang menggunakan pentungan dan semprotan merica.

Gas air mata pun ditembakkan hingga pengunjuk rasa mundur, meninggalkan jejak botol pecah dan setidaknya satu api kecil di belakang mereka. Beberapa demonstran berpakaian hitam ditahan ketika petugas melakukan penyisiran lokasi, dengan tuduhan atas "sekelompok besar demonstran melakukan kekerasan" yang telah membakar dan melemparkan batu bata ke arah petugas.

Bentrokan serius antara demonstran dan polisi terakhir terjadi pada satu setengah pekan lalu tepat setelah massa melumpuhkan Bandara Internasional Hong Kong.

Ketegangan terjadi sepanjang aksi pada Sabtu di tempat puluhan demonstran paling radikal yang dikenal sebagai "pemberani" berkumpul, berjuang keras dengan kampanye jalanan yang telah berlangsung beberapa bulan.

"Saya mengerti bahwa kedamaian tidak akan menyelesaikan masalah," kata seorang pengunjuk rasa bernama Ryan yang merupakan mahasiswa berusia 19 tahun, seperti dikutip dari AFP, Minggu (25/8/2019).

"Pemerintah (Hong Kong) tidak akan menanggapi protes damai. Jika saya ditangkap itu karena saya keluar untuk berbicara demi keadilan."

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rantai Manusia

 

Sebuah jalinan panjang rantai manusia membentang beberapa kilometer di kedua sisi pelabuhan Hong Kong pada Jumat malam, ketika demonstran melanjutkan protes damai, yang disebut terinspirasi oleh pengunjuk rasa anti-Soviet tiga dekade lalu.

Dengan bergandengan tangan dan menyanyikan lagu-lagu, puluhan ribu demonstran berjejer di trotoar, jembatan layang, dan taman-taman Hong Kong.

Dikutip dari The Guardian pada Sabtu (24/8/2019), barisan cahaya ponsel dilambaikan sebagai penutup jenis protes yang baru pertama kalinya terjadi di Hong Kong itu.

Protes Jumat malam itu tidak berizin, tapi berlangsung damai. Hal tersebut berbalik kontras dengan kekerasan dan kebrutalan polisi yang terjadi pada beberapa protes tak berizin sebelumnya.

Untuk demonstrasi "Hong Kong Way" hari Jumat, panitia telah menyerukan agar orang-orang berkumpul mengikuti satu garis yang panjangnya kira-kira serupa dengan total jalur kereta bawah tanah, yang meliuk-liuk hampir 30 mil, atau setara 50 kilometer.

Jalur rantai anusia itu membentang terpisah dari Pulau Hong Kong, Semenanjung Kowloon, dan wilayah New Territories dekat perbatasan China daratan.

Massa yang diprakarsai oleh barisan Hong Kong --yang mengenakan pakaian hitam dan masker-- mulai membentuk rantai manusia pada sekitar pukul 20.00 waktu setempat. Tua, muda, dan pekerja kantor berjas ikut serta dalam aksi tersebut.

3 dari 3 halaman

Terinspirasi Baltik Way

Aksi itu sekaligus memperingati kejadian serupa pada 23 Agustus 1980, ketika sekitar 2 juta pengunjuk rasa membentuk rantai manusia yang membentang 600 mil (setara 600 kilometer), melintasi Estonia, Latvia, dan Lithuania.

Dikenal sebagai "Baltik Way", aksi itu merupakan sebuah pembangkangan massal terhadap kebijakan otoriter Uni Soviet. Dalam jangka waktu setahun kemudian, ketiga negara tersebut merdeka dari Moskow.

Para pengunjuk rasa mengutip rantai manusia Baltik sebagai inspirasi.

"Di tempat itu, pada waktu itu, orang-orang mencoba menggunakan bentuk ekspresi ini untuk menyuarakan keinginan mereka agar bebas dari negara Soviet," kata seorang demonstran.

"Dalam istilah yang sangat mirip, orang-orang Hong Kong berusaha untuk mengekspresikan diri mereka dan mengekspresikan kerinduan mereka atas kebebasan dan hak asasi manusia," lanjutnya.

Tidak seperti protes lain yang menghantui Hong Kong dalam beberapa bulan terakhir, demonstran kali ini berbaris menyamping di sepanjang trotoar.

Rantai putus dan terbentuk lagi di persimpangan jalan untuk menghindari gangguan lalu lintas.

Setelah protes berakhir pada pukul 21.00 waktu setempat, demonstran melebur kembali ke jalan-jalan, mengikuti salah satu semboyan tidak resmi dari gerakan itu: "Jadilah seperti air".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.