Sukses

Eskalasi Tensi Diplomatik, Korsel Setop Kerja Sama Intelijen dengan Jepang

Korea Selatan telah mengakhiri pakta kerja sama intelijen militernya dengan Jepang.

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan telah mengakhiri pakta kerja sama intelijen militernya dengan Jepang --menandai eskalasi tensi diplomatik dan perdagangan terbaru antara Tokyo-Seoul.

Penghentian kerja sama intelijen merupakan langkah balasan usai Jepang menghapus Korea Selatan dari statusnya sebagai mitra dagang yang disukai. Negeri Sakura kemudian memberlakukan kontrol ekspor pada sektor elektronik penting Negeri Ginseng.

Seoul mengatakan bahwa penurunan status perdagangan menyebabkan perubahan besar dalam kerja sama keamanan antara kedua negara, demikian seperti dikutip dari BBC, Jumat (24/8/2019).

Merespons, Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono menyebut langkah Korsel sebagai sebuah "kesalahan penilaian terhadap lingkungan keamanan regional saat ini" dan mengatakan Tokyo akan "sangat memprotes" kepada Seoul tentang hal itu.

Pakta intelijen yang dimaksud dibentuk pada 2016 atas dorongan dari sekutu dekat kedua negara, Amerika Serikat. Pembentukan kerja sama itu sebagian besar adalah demi menanggulangi isu aktivitas pengembangan rudal dan nuklir Korea Utara.

Belum ada tanggapan dari Washington DC atas penghentian pakta tersebut.

Embrio ketegangan kedua pihak telah mengakar sejak lebih dari 100 tahun yang lalu.

Hal itu dipicu oleh Korea Selatan yang menginginkan tanggung jawab atas kekejaman yang dilakukan oleh Jepang selama pendudukannya di semenanjung Korea. Namun Jepang menganggap masalah itu sudah selesai.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Mula Ketegangan Terbaru

Awal bulan ini, Jepang mengumumkan akan menghapus Korea Selatan dari daftar mitra dagang favoritnya. Tak terima, Seoul turut memberlakukan hal serupa.

Pada bulan Juli, Jepang memberlakukan kontrol ekspor pada bahan yang digunakan untuk chip memori dan layar tampilan -- produk impor penting bagi perusahaan elektronik Korea Selatan seperti Samsung.

Pasar saham tergelincir di tengah kekhawatiran bahwa pertengkaran perdagangan dapat berdampak buruk terhadap elektronik di seluruh dunia.

Ketegangan bersumber dari keputusan pengadilan Korea Selatan tahun lalu yang memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk membayar kompensasi kepada Korea atas kerja paksa masa perang.

Mitsubishi Heavy, salah satu perusahaan yang terlibat, dilaporkan menolak untuk mematuhi perintah pengadilan, sementara dua perusahaan lain telah menerima hukuman berupa penyitaan aset di Korea Selatan.

Masalah itu telah membuat marah banyak orang di Korea Selatan, dengan orang-orang memboikot barang-barang Jepang.

3 dari 3 halaman

Embrio Ketegangan

Kedua negara berbagi sejarah yang rumit. Mereka telah berjuang mati-matian sejak setidaknya abad ke-7, dan Jepang telah berulang kali mencoba menginvasi semenanjung itu sejak itu.

Pada tahun 1910, Jepang menganeksasi Korea, mengubah wilayah itu menjadi koloni.

Ketika Perang Dunia II dimulai, puluhan ribu perempuan --ada yang mengatakan sebanyak 200.000-- dari seluruh Asia dikirim ke rumah pelacuran militer untuk melayani tentara Jepang.

Banyak dari korban ini, yang dikenal sebagai "jugun ianfu", adalah orang Korea. Jutaan pria Korea juga secara dipaksa mendaftar sebagai buruh masa perang.

Pemerintahan Jepang di Korea berakhir pada 1945 ketika kalah dalam perang.

Pada tahun 1965, 20 tahun setelah kekalahan Jepang, Presiden Korea Selatan Park Chung-hee setuju untuk menormalkan hubungan dengan negara itu dengan imbalan ratusan juta dolar dalam bentuk pinjaman dan hibah.

Masalah "jugun ianfu" juga tetap menjadi isu sensitif. Tokyo berpendapat bahwa perjanjian 1965 yang memulihkan hubungan diplomatik dan menyediakan lebih dari US$ 800 juta bantuan keuangan Jepang, telah menyelesaikan masalah ini.

Namun, itu masih jauh dari terselesaikan.

Kesepakatan akhirnya ditandatangani pada tahun 2015. Jepang meminta maaf dan berjanji untuk membayar 1 miliar yen (US$ 9,5 juta) --jumlah yang diminta oleh Korea Selatan-- untuk mendanai para korban.

"Jepang dan Korea Selatan sekarang memasuki era baru," Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan kepada wartawan saat itu. "Kita seharusnya tidak menyeret masalah ini ke generasi berikutnya."

Kendati demikian, kelompok revisionis Jepang menyangkal isu jugun ianfu.

Tetapi, para aktivis mengatakan mereka tidak diajak berkonsultasi, dan menolak kesepakatan itu. Presiden Moon Jae-in, terpilih pada tahun 2017, menyarankan agar itu diubah.

Perselisihan bersejarah terus berlanjut, dengan tidak ada negara yang tampaknya akan menyerah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Jepang adalah negara yang disebut sebagai negara kepulauan karena memiliki lebih dari 6000 pulau disekitarnya.
    Jepang adalah negara yang disebut sebagai negara kepulauan karena memiliki lebih dari 6000 pulau disekitarnya.

    Jepang

  • Negara yang berbatasan langsung dengan Korea Utara, dan memiliki ibukota bernama Seoul
    Negara yang berbatasan langsung dengan Korea Utara, dan memiliki ibukota bernama Seoul

    Korea Selatan

Video Terkini