Sukses

Selain Kebanyakan Teriak Saat Karaoke, Ini 5 Penyebab Paru-Paru Kolaps

Pria ini dilarikan ke rumah sakit karena bernyanyi terlalu keras. Paru-parunya kolaps. Kenali 5 penyebab sakit tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika beberapa orang pergi ke tempat karaoke bersama teman-teman, kebanyakan dari mereka umumnya bernyanyi dengan penuh semangat, bahkan berteriak sekuat tenaga.

Karena alasan itulah, seorang pria di China timur harus terkena resiko serius akibat terlalu banyak mengeluarkan suaranya saat menyanyi. Dia bernyanyi begitu lama dan dengan intensitas sedemikian rupa, sehingga paru-parunya celaka.

Setelah menyanyikan 10 lagu berturut-turut, yang semuanya dinyanyikan dengan nada sangat tinggi, laki-laki 65 tahun itu menderita sakit dada dan kesulitan bernapas, demikian seperti dilaporkan oleh South China Morning Post pada 8 Agustus 2019.

Pria itu, yang diidentifikasi dengan nama keluarga Wang, mengunjungi sebuah rumah sakit di daerah Nanchang pada satu hari setelah insiden. Dokter menyampaikan kepadanya bahwa paru-parunya mengalami pneumotoraks.

Peng Bin-fei, salah satu dokter yang memeriksa Wang di ruang gawat darurat, mengatakan bahwa paru-paru Wang kolaps karena adanya tekanan besar yang disebabkan oleh nyanyian bernada tinggi selama karaoke.

Cedera seperti itu sangat jarang terjadi dan kemungkinan berasal dari kondisi paru-paru yang sudah rusak sebelumnya, para ahli mengatakan kepada Live Science dan dikutip pada Kamis (22/8/2019).

Pada kasus pneumotoraks, udara yang biasanya mengisi paru-paru justru dialihkan ke daerah antara paru-paru dan dinding dada, menurut Mayo Clinic.

Ketika proses itu terjadi, kantong udara yang mengembang menekan paru-paru, memaksa paru-paru kolaps sebagian atau seluruhnya, yang menyebabkan penderitanya sukar bernapas.

Paru-paru yang kolaps dapat terjadi setelah cedera dada traumatis, tetapi mungkin juga disebabkan oleh penyakit paru-paru yang sebelumnya menjangkit tubuh si penderita.

Dalam kasus Wang, yang tampaknya merupakan kolaps "spontan", ada kemungkinan anomali paru-paru yang tidak terdeteksi sebelumnya, kata Dr. Enid Neptune, seorang profesor kedokteran di Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore, Maryland.

"Biasanya, paru-paru yang kolaps membutuhkan beberapa derajat kelainan arsitektur di dalam paru-paru itu sendiri," kata Neptune kepada Live Science. "Paru-paru normal biasanya tidak bisa mengalami pneumotoraks spontan tanpa adanya trauma terlebih dahulu."

Jenis kelainan paru-paru ini juga dikenal sebagai "bleb" atau "bullae" dari berbagai ukuran paru-paru yang dapat berkembang kapan saja selama hidup seseorang, menurut Neptune.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kasus Lain

Bleb dan bullae pertama kali dikenal media ketika seorang gadis muda menjerit berkepanjangan selama konser grup musik One Direction, Live Science melaporkan pada tahun 2017.

Setelah menjerit keras, nafas penggemar fanatik itu menjadi singkat. Ketika dia dibawa ke ruang gawat darurat di rumah sakit setempat, dokter mengkonfirmasi bahwa dia mengalami paru-paru kolaps.

J. Mack Slaughter Jr., seorang dokter pengobatan darurat di Texas, memeriksa fan One Direction tersebut ketika ia merupakan seorang residen di University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas.

Dokter menggambarkan kondisi si penggemar, yang diterbitkan pada 2017 di Journal of Emergency Medicine, sebagai akibat dari paru-paru kolaps yang disebabkan oleh aktivitas vokal intens.

"Ada beberapa laporan kasus terkait, seperti yang umumnya menimpa penyanyi opera dan sersan yang berteriak, tetapi ini jauh dari biasa," katanya.

3 dari 3 halaman

5 Penyebab Paru-Paru Kolaps

Menurut Mayo Clinic, pneumotoraks dapat disebabkan oleh beberapa hal, berikut 5 di antaranya:

1. Cedera dada

Cedera akibat benda tumpul atau yang bisa tembus ke dada dapat menyebabkan kolaps paru. Beberapa cedera dapat terjadi karena serangan fisik atau tabrakan mobil, sementara yang lain mungkin (secara tidak sengaja) dialami saat seseorang menjalani prosedur medis yang melibatkan penyisipan jarum ke dalam dada.

2. Penyakit paru-paru

Jaringan paru-paru yang rusak lebih cenderung terkena kolaps. Kerusakan paru-paru dapat disebabkan oleh banyak jenis penyakit yang mendasarinya, termasuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis kistik dan pneumonia.

3. Bleb

Lepuh udara kecil (bleb) dapat berkembang di bagian atas paru-paru. Bleb ini terkadang pecah, memungkinkan udara di paru-paru bocor ke ruang yang mengelilingi paru-paru.

4. Pertukaran udara mekanis

Pneumotoraks yang parah dapat terjadi pada orang yang membutuhkan bantuan mekanis untuk bernafas. Ventilator dapat menciptakan ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada. Paru-paru bisa kolaps sepenuhnya.

Secara umum, pria jauh lebih mungkin terkena pneumotoraks daripada wanita. Jenis pneumotoraks yang disebabkan oleh bleb kemungkinan besar terjadi pada orang berusia antara 20 dan 40 tahun, terutama jika orang tersebut sangat tinggi dan kurus.

Sedangkan faktor risiko untuk pneumotoraks meliputi:

1. Merokok

Risiko pneumotoraks bisa meningkat dengan lamanya waktu merokok dan jumlah rokok yang dihisap, bahkan tanpa emfisema.

2. Genetika

Jenis pneumotoraks tertentu tampaknya bisa menghinggapi salah satu anggota keluarga.

3. Penyakit paru-paru

Memiliki penyakit paru-paru yang mendasarinya -- terutama penyakit paru obstruktif kronis (COPD) -- membuat paru-paru kolpas lebih mungkin.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini