Sukses

Inggris Cabut Kewarganegaraan 'Jihadi Jack', Eks Militan ISIS Asal Oxford

Inggris dikabarkan telah mencabut status kewarganegaraan seorang pemuda yang merupakan eks simpatisan ISIS baru-baru ini.

Liputan6.com, London - Inggris dikabarkan telah mencabut status kewarganegaraan seorang pemuda yang merupakan eks simpatisan ISIS baru-baru ini.

Jack Letts atau nama populernya di media, 'Jihadi Jack', merupakan seorang mualaf dan bergabung dengan ISIS ketika berusia 18 tahun pada 2014. Ia meninggalkan domisilinya saat itu di Oxfordshire untuk bergabung dengan Daesh di Raqqa, Suriah.

Letts, yang berkewarganegaraan ganda Inggris-Kanada, dipenjara setelah ditangkap oleh pasukan Kurdi YPG ketika mencoba melarikan diri ke Turki pada Mei 2017.

Pemerintah Kanada mengatakan Inggris telah "melepaskan tanggung jawabnya" atas Letts --mengindikasikan bahwa London telah mencabut kewarganegaraan pemuda tersebut.

Ketika dikonfirmasi, Kementerian Dalam Negeri Inggris menolak untuk mengomentari kasus-kasus individu, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (19/8/2019).

Namun secara umum, seorang juru bicara Kemdagri Inggris menjelaskan: "Keputusan untuk mencabut kewarganegaraan pada seseorang berkewarganegaraan ganda didasarkan pada saran substansial dari pejabat, pengacara dan badan intelijen dan semua informasi yang tersedia."

"Kekuatan ini adalah salah satu cara kita untuk dapat melawan ancaman teroris yang ditimbulkan oleh beberapa individu paling berbahaya dan menjaga negara kita aman."

Orang tua Letts "terkejut" dengan keputusan itu, mengaku bahwa langkah tersebut dibuat tanpa sepengetahuan putra mereka.

"Seperti ditendang di perut," keluh eks militan ISIS itu kepada Channel 4 News.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC beberapa waktu lali, Letts mengatakan: "Saya tahu saya pasti musuh Inggris."

Setelah didesak mengapa dia meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan ISIS, dia berkata: "Saya pikir saya meninggalkan sesuatu untuk sesuatu yang lebih baik."

Dia mengatakan kepada ITV News awal tahun ini bahwa dia ingin kembali ke Inggris karena dia "merasa (sebagai warga negara) Inggris" --tetapi mengerti bahwa tidak mungkin dia bisa.

"Saya tidak akan mengatakan tidak bersalah. Saya pantas atas konsekuensinya. Tapi saya ingin itu ... tepat ... tidak hanya sembarangan, bukan hukuman gaya bebas seperti di Suriah," katanya, pada saat itu.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Kanada

Sebuah pernyataan atas nama kantor menteri keselamatan publik Kanada, Ralph Goodale mengatakan: "Terorisme tidak mengenal perbatasan, sehingga negara-negara perlu bekerja sama untuk menjaga satu sama lain aman."

"Kanada kecewa karena Inggris telah mengambil tindakan sepihak ini untuk melepaskan tanggung jawab mereka."

“Menyelidiki, menangkap, dan mendakwa setiap orang Kanada yang terlibat dalam terorisme atau ekstremisme kekerasan adalah tujuan utama kami. Mereka harus bertanggungjawab atas tindakan mereka," lanjutnya.

Tetapi Goodale menambahkan bahwa "tidak ada kewajiban hukum bagi Kanada untuk memfasilitasi mereka kembali."

"Kami tidak akan mengekspos pejabat konsuler kami untuk risiko yang tidak semestinya di bagian dunia yang berbahaya ini," lanjut Menteri Goodale.

Sementara itu, eks menteri pertahanan Inggris, Tobias Ellwood mengatakan, mencabut kewarganegaraan eks militan yang teradikalisasi cenderung akan "melimpahkan beban ke tempat lain", ketika justru banyak militan yang "teradikalisasi di Inggris".

Dia menambahkan bahwa Inggris "harus memimpin seruan" tentang bagaimana "militan asing (foreign terrorist fighters) menghadapi keadilan dan siapa yang akhirnya bertanggungjawab membawa mereka ke pengadilan".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.