Sukses

Utusan China: Kami Punya Kekuatan untuk Padamkan Kerusuhan di Hong Kong

Utusan China untuk Inggris mengatakan pihaknya punya kekuatan untuk memadamkan kerusuhan dengan cepat di Hong Kong.

Liputan6.com, London - Belum lama ini, China telah mengeluarkan ancaman paling kerasnya kepada para demonstran pro-demokrasi di Hong Kong, memperingatkan bahwa Beijing memiliki "solusi dan cukup kekuatan untuk dengan cepat memadamkan kerusuhan", jika negara itu menganggap situasi "semakin tidak terkendali".

Berbicara kepada media internasional di London pada Kamis 15 Agustus, Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming, juga menuduh beberapa politikus Negeri Elizabeth II menyembunyikan "pola pikir kolonial" dalam intervensi mereka terhadap isu Hong Kong.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (16/8/2019), Dubes Liu juga menuduh "ekstremis" menyamar sebagai aktivis pro-demokrasi dan mengatakan China "tidak duduk diam dan menonton".

"Kami berharap ini akan berakhir dengan tertib, sementara juga kami sepenuhnya siap untuk yang terburuk," kata Dubes Liu, menggemakan kembali pernyataan Kepala Eksekutif Hong Kong, yang menyebut demonstran berpotensi membawa kota itu ke dalam "jurang berbahaya".

Dubes Liu juga menolak imbauan Donald Trump untuk memeperlakukan Hong Kong "secara manusiawi" untuk mencapai kesepakatan perdagangan, dan bersikeras bahwa China tidak "melakukan barter" atas wilayah otonomi khusus tersebut.

Menolak berspekulasi tentang apa yang mungkin memicu intervensi China, Liu mengulangi peringatan Beijing bahwa pihaknya menilai insiden baru-baru ini sebagai "protes jalanan yang radikal", termasuk merujuk pada bentrokan selama pendudukan bandara Hong Kong, dan juga menudingnya sebagai tanda-tanda "terorisme".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gesekan dengan Politikus Inggris

Gesekan Liu dengan para politikus Inggris sejatinya dipicu oleh proposal besutan ketua komite pemilihan luar negeri, Tom Tugendhat, yang mengusulkan perluasan hak kewarganegaraan negara itu bagi masyarakat Hong Kong.

Sebagaimana umum diketahui, China mengambil alih Hong Kong sebagai bekas jajahan Inggris pada 1997, dan menjadikannya bagian dalam kerangka "satu negara, dua sistem".

Selain proposal Tugendhat, China juga berang terhadap intervensi Menteri Luar Negeri Dominic Raab terhadap krisis politik di Hong Kong.

"Politikus di negara ini (Inggris) tahu tubuh mereka ada di Abad ke-21, tetapi kepala mereka masih tertinggal di era kolonial," sindir Liu.

"Mereka harus mengubah pola pikir, menempatkan mereka pada posisi yang tepat dan menganggap Hong Kong sebagai bagian dari China, bukan kembali menjadi bagian dari Inggris," lanjutnya mengkritik.

Sementara mengacu pada sekitar 300.000 warga negara dan ribuan bisnis Inggris di Hong Kong, Liu menambahkan: "Saya sangat berharap bahwa semua lapisan masyarakat di Inggris memiliki pemahaman yang jelas tentang gambaran saat ini, bertindak demi kepentingan kemakmuran dan stabilitas Hong Kong, serta menahan diri untuk tidak mengatakan atau melakukan apa pun yang mengganggu urusan Hong Kong atau merusak aturan hukum di sana".

3 dari 3 halaman

Pemberitaan Negatif oleh China

Pada Rabu 14 Agustus, citra satelit menunjukkan ratusan kendaraan lapis baja milik polisi paramiliter China yang diparkir di sebuah stadion di Kota Shenzhen, tepat di seberang perbatasan Hong Kong.

Protes Hong Kong, yang dimulai 10 pekan lalu sebagai penolakan terhadap RUU Ekstradisi, kini berubah menjadi serangkaian aksi menentang pengaruh China yang semakin kuat.

China pada awalnya menyensor semua berita tentang protes Hong Kong, tetapi dalam beberapa hari terakhir telah mengubahnya menjadi pemberitaan negatif tentang penjahat yang dimanipulasi oleh Amerika Serikat (AS), Taiwan, dan kekuatan asing lainnya yang tidak disebutkan namanya.

Di lain pihak, penasihat keamanan nasional AS, John Bolton, memperingatkan China agar tidak mengulangi insiden Lapangan Tiananmen "baru" dalam menanggapi protes pro-demokrasi di Hong Kong.

"China harus melihat dengan sangat hati-hati pada langkah yang mereka ambil, karena orang-orang di Amerika ingat betul tentang insiden Lapangan Tiananmen, mereka ingat gambar pria yang berdiri di depan barisan tank," kata Bolton dalam sebuah wawancara dengan VOA News.

 

Simak Video Pilihan Berikut: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.