Sukses

Puluhan Ribu Perempuan Turun ke Jalanan Brasil, Mengecam Presiden Bolsonaro

Puluhan ribu wanita Brasil, baik muda dan yang telah berumur, mengadakan protes pada Rabu 14 Agustus 2019.

Liputan6.com, Brasilia - Puluhan ribu wanita Brasil, baik muda dan yang telah berumur, mengadakan protes pada Rabu 14 Agustus 2019. Mereka mengecam Presiden Jair Bolsonaro dalam demonstrasi yang digelar dua hari sejak Selasa.

Aksi besar-besaran terjadi di Ibu Kota Brasilia, saat Brasil mengalami peningkatan suhu udara akibat merebaknya deforestasi di hutan hujan Amazon. Ditambah lagi, pemotongan dana pendidikan yang memicu protes nasional oleh mahasiswa dan kalangan dosen dalam beberapa bulan terakhir seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis (15/8/2019).

Protes itu memiliki nama unik. "March of the Margaridas" dinamai sesuai dengan pemimpin serikat buruh Brasil Margarida Maria Alves, yang dibunuh pada tahun 1983 selama kediktatoran militer.

Sebenarnya protes ini bukanlah pertama kalinya terjadi. Demonstrasi dengan nama itu, diadakan setiap empat tahun. Sebuah aksi menuntut kondisi kehidupan pedesaan yang lebih baik dan perlindungan hak-hak perempuan. Namun kali ini, protes tersebut digelar khusus untuk mengecam kebijakan sang presiden sayap kanan Brasil.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Protes Kebijakan 'Genosida' Bolsonaro'

Sementara itu, pada protes yang berlangsung Selasa, banyak dari ribuan wanita suku longmars. Mereka memprotes "kebijakan genosidal" Bolsonaro.

Kelompok itu juga kembali bergabung pada demonstrasi pada Rabu, yang juga mengutuk rencana Bolsonaro untuk membuka wilayah adat untuk penambangan. Begitu juga kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan pestisida dan pembunuh gulma.

"Kami hidup dalam masa-masa sulit dengan pemerintah yang terus-menerus menyerang kami," Juliana Joucoski, seorang guru berusia 43 tahun dari kota selatan Curitiba, mengatakan kepada AFP.

"Kami kehilangan hak yang dimenangkan dengan susah payah," katanya tanpa memberikan rincian lebih mendetail.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.