Sukses

Bocorkan Surat dari Kamp Penahanan Rahasia, Pria Uighur Menghilang Misterius

Seorang pria Uighur menghilang setelah menyebarkan surat dari kamp penahanan rahasia.

Liputan6.com, Beijing - Seorang pria Uighur telah menghilang setelah membocorkan surat dari kamp pengasingan rahasia China di Xinjiang. Ia diduga telah ditahan oleh pihak berwajib, sebagaimana dikatakan oleh aktivis dan kerabat.

Pria Uighur yang dimaksud bernama Abdurahman Memet (30) yang berprofesi sebagai pemandu wisata di Turpan, China seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (14/8/2019). Pada tahun lalu Memet mendapat surat dari orangtua dan saudara laki-lakinya, yang ditulis dari pusat penahanan rahasia. Sebanyak 1,5 juta umat muslim China disinyalir berada di tempat itu untuk pendidikan ulang politik.

Surat yang diterima Mamet lalu diterjemahkan pada bulan Juli tahun ini lalu diterbitkan dalam database koran Xinjiang. Dokumen-dokumen langka itu lantas menyebar dengan cepat secara online. Satu minggu kemudian, Memet menghilang misterius, lapor The Guardian.

Surat Sebagai Bukti

Muherrem Muhammad'ali, keponakan Memet yang tinggal di luar negeri, mengatakan pamannya telah mengiriminya surat-surat sebagai "bukti" dari penahanan banyak orang dari keluarga mereka yang merupakan Uighur. Dia memutuskan untuk menerbitkannya bulan lalu di database.

"Dia percaya surat-surat itu bukti. Di keluarga kami, kami memiliki 10 orang yang ditahan, jadi ini adalah bukti," kata Muhammad'ali, yang memegang surat-surat itu selama hampir setahun sebelum memberikannya kepada para aktivis untuk diposting secara daring.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alasan Menyebarluaskan Surat

Muhammad'ali mengatakan, ia menyebarluaskan surat itu bukan tanpa tujuan.

"Saya ingin mempublikasikan pengalaman keluarga saya, untuk membangkitkan hati nurani orang untuk mengatakan tidak pada rezim ini dan menyelamatkan orang-orang Uighur," katanya.

"Bukan hanya saya yang telah mengalami nasib ini, tetapi jutaan orang telah melihat rumah tangga mereka hancur dan keluarga terpecah belah. Mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka," lanjutnya.

Dalam dua hari setelah dokumen online terpublikasi, Memet memberi tahu Muhammad'ali bahwa ia telah menerima panggilan dari polisi yang meminta untuk mengetahui dengan siapa ia membagikan surat-surat itu.

Pada akhir bulan, Muhammad'ali mengetahui melalui kontak bahwa pamannya telah ditahan di Turpan. Polisi di Turpan tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.

 

3 dari 3 halaman

Isi Surat

Surat-surat itu, yang ditujukan kepada Memet dan juga saudara iparnya, tampaknya ditujukan untuk menghibur anggota keluarga dan juga mendukung versi kamp pemerintah, yang menurut Beijing adalah "pusat pelatihan kejuruan". Ketiganya memuji kemurahan hati partai komunis yang berkuasa dan berjanji kesetiaan mereka.

Ibu Memet, 60, menulis bahwa "asrama" berada dalam "kondisi baik" dilengkapi dengan air panas, kamar mandi, dan AC. Ia juga mengatakan, para tahanan diberikan makanan, tempat tinggal, pakaian, dan bahan pelajaran secara gratis.

Surat itu juga menulis "Saya telah mengecewakan partai dan pemerintah. Saya mengecewakan masyarakat ... Saya berterima kasih kepada partai dan pemerintah karena memberi saya kesempatan untuk berubah!"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini