Sukses

Total 2.964 Orang Meninggal Akibat Gelombang Panas Melanda Belanda

Menurut data terbaru, hampir 400 orang dilaporkan meninggal di Belanda gara-gara negeri itu tengah dilanda gelombang panas.

Liputan6.com, Amsterdam - Hampir 400 orang meninggal di Belanda selama gelombang panas Eropa, yang memecahkan rekor baru-baru ini dibandingkan dengan pekan musim panas biasa. Demikian informasi dari Badan Statistik Nasional Belanda, CBS pada Jumat 9 Agustus 2019.

Secara total, 2.964 orang meninggal di Belanda selama pekan gelombang panas yang dimulai pada 22 Juli, kata CBS. Jumlah tersebut sekitar 15 persen lebih tinggi daripada rata-rata korban selama pekan musim panas biasa.

Catatan suhu jatuh di seluruh Eropa selama gelombang panas akhir Juli, dan untuk pertama kalinya sejak rekor mulai mencapai 40 derajat Celcius (104 Fahrenheit) di Belanda pada 25 Juli.

"Korban tewas di Belanda selama pekan itu sebanding dengan tingkat selama dua gelombang panas pada tahun 2006, yang termasuk terpanjang di negara itu," kata para peneliti seperti dikutip dari cbc.ca, Sabtu (10/8/2019).

Sekitar 300 dari kematian tambahan terjadi di antara orang berusia 80 tahun ke atas.

Sebagian besar kematian terjadi di bagian timur Belanda, di mana suhunya lebih tinggi dan gelombang panas bertahan lebih lama daripada di bagian lain negara itu.

Belanda memiliki total populasi sekitar 17 juta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gelombang Panas Kedua

Gelombang panas ini adalah yang kedua melanda Eropa dalam sebulan, dan ahli iklim memperingatkan paparan panas seperti itu mungkin menjadi lebih umum ketika planet ini memanas karena emisi gas rumah kaca.

Gelombang Panas Ekstrem di Eropa Cetak Rekor Baru

 Rekor suhu terpanas baru tercatat di berbagai penjuru Eropa sewaktu gelombang panas melanda benua tersebut.

Udara panas yang bergerak dari kawasan Sahara telah menyebabkan suhu meningkat, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat 27 Juli 2019.

Rekor suhu terpanas di Paris tercatat hari Kamis (26/7), dengan suhu mencapai 42,7 derajat Celsius. Rekor sebelumnya di Paris tercatat pada tahun 1947, pada suhu 40,4 derajat Celsius.

Pada Juni lalu, negara yang terletak di Eropa itu mengalami hari terpanas dalam catatannya dengan suhu mencapai 47 derajat Celsius, menyebabkan sistem peringatan suhu panas untuk pertama kalinya mencapai tingkat maksimum, merah.

Belanda mengalami hari terpanasnya pada hari Kamis (26/7), dengan suhu mencapai 41,7 derajat Celsius. Rekor sebelumnya tercatat hari Rabu (25/7), dengan suhu di atas 40 derajat Celsius di kota Gilze Rijen di dekat perbatasan dengan Belgia.

Di Jerman, rekor suhu terpanas juga pecah, dengan suhu mencapai 42,6 derajat Celsius. Rekor sebelumnya tercatat hari Rabu, 40,5 derajat Celsius di Geilenkirchen, juga dekat perbatasan dengan Belgia.

Belgia juga mengalami hari terpanasnya, Kamis, yang mencapai 40,7 derajat Celsius, di kota di bagian barat, Beitem.

Banyak bangunan umum di Eropa tidak memiliki AC. Selain itu, hanya lima persen rumah yang memiliki mesin-mesin pendingin udara, sebut berbagai laporan.

Kereta api di Eropa berhenti beroperasi dan pihak berwenang menyarankan orang-orang untuk mencari tempat yang sejuk.

Di Jerman, Swiss dan Austria, sejumlah komunitas mengecat rel kereta di jalur penting dengan warna putih, dengan harapan warna terang akan menurunkan suhu beberapa derajat.  

3 dari 3 halaman

Dampak Mematikan Gelombang Panas pada Manusia

Menurut suatu penelitian yang terbit pada minggu ini, ancaman-ancaman oleh gelombang panas ternyata amat beragam. Kenyataannya, gelombang panas dapat membunuh manusia dalam 27 cara.

Para peneliti menjabarkan secara rinci beragam mekanisme mematikan itu dalam jurnal "Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes."

Dikutip dari UPI pada Jumat 10 November 2017, pimpinan penulisan Camilo Mora menyatakan melalui pernyataan pers mengatakan, "Kita mengetahui ada banyak contoh kasus ketika orang meninggal akibat gelombang panas."

Peneliti University of Hawaii di Manoa itu melanjutkan, "Namun demikian, alasan matinya orang itu adalah suatu pertanyaan yang jawabannya masih tercerai-berai."

Mora dan rekan-rekannya mengidentifikasi 5 mekanisme fisiologis yang terdampak oleh panas ekstrem. Mereka menyimpulkan bahwa 5 mekanisme tersebut dapat merusak 7 organ berbeda.

Kerusakan Otak, Jantung, Ginjal, Hati, dan Saluran Pencernaan

Selama kejadian panas ekstrem, hipotalamus (hypothalamus) manusia mengalihkan darah agar menuju kulit untuk keperluan pendinginan. Akibatnya, organ-organ vital kekurangan pasokan darah secukupnya. Mekanisme yang dikenal sebagai iskemia (ischemia) ini dapat menghasilkan zat kimia beracun.

Mekanisme yang lain, yaitu sitotoksitas (cytotoxity) adalah ketika terjadi kerusakan langsung pada sel yang disebabkan oleh panas.

Dua mekanisme tersebut dapat merusak otak, jantung, ginjal, hati, atau saluran pencernaan. Keduanya dapat begitu saja membunuh atau menyebabkan jenis komplikasi maut lainnya.

Misalnya, iskemia dan sitotoksitas dapat merusak dan menyebabkan kegagalan dinding usus, sehingga isi lambung seseorang bocor ke dalam aliran darah dan menyebabkan keadaan systemic inflammatory response syndrome (SIRS).

Tanggapan terhadap inflamasi melibatkan pengerahan sel-sel darah putih untuk melawan infeksi, tapi mekanisme itu malah memperburuk kehancuran usus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.