Sukses

Beracun... Ini 9 Fakta Pohon Sengon yang Dituding Biang Kerok Jakarta Blackout

Berikut ini serba-serbi pohon sengon yang disebut-sebut jadi biang kerok Jakarta Blackout, pemadaman listrik pada 4 Agustus 2019 lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Pohon sengon disebut-sebut jadi biang kerok Jakarta Blackout pada 4 Agustus 2019. Saat aliran listrik mati, sebagian Jabodetabek lumpuh. Layanan publik hingga sejumlah transportasi yang mengandalkan listrik, terhenti.

Tak hanya satu atau dua jam, listrik padam hingga lebih dari 16 jam. Sebagian wilayah di Jakarta bahkan mengalami mati lampu hingga 24 jam lebih.

PT PLN Persero menggandeng Bareskrim Polri untuk menginvestigasi gangguan listrik yang menyebabkan mati lampu secara serentak di wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah pada Minggu 4 Agustus 2019.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, tidak menutup kemungkinan adanya unsur pidana dalam insiden mati lampu di hampir separuh Pulau Jawa itu.

Dedi curiga ada unsur kesengajaan pada pemadaman listrik yang merugikan jutaan masyarakat itu. Kepolisian berkaca pada kasus gangguan listrik pada 2012 lalu.

"Ada kejadian unsur kesengajaan di situ (pada 2012). Ada orang lain. Ada tindak pidana. Karena kita punya case tahun 2012 sama kejadian seperti ini juga kita blackout, ada kejadian yang kita ungkap," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 5 Agustus 2019.

Namun, hipotesis itu terpatahkan setelah polisi turun ke lapangan.

Hasil investigasi mengungkap, mati listrik tersebut diduga dipicu oleh pohon yang ada di sekitar jaringan. Belum jelas pohon apa yang menjadi diperkarakan. Namun, pohon sengon disebut-sebut sebagai si biang kerok itu.

Dedi mengatakan, pohon tersebut memiliki ketinggian melebihi batas ruang bebas atau right of way (ROW) dengan jaringan listrik, yakni 8,5 meter.

"Kerusakan diduga sementara adanya pohon yang ketinggiannya melebihi batas ROW sehingga mengakibatkan flash atau lompatan listrik," ucap Dedi.

Dia menyatakan, tim dari Polda Jawa Tengah telah mengecek ke tempat kejadian di tower transmisi, Desa Malom, Gunung Pati, Kabupaten Semarang. Sementara, polisi tidak menemukan unsur sabotase dalam peristiwa mati listrik massal itu.

"Diduga faktor alam dan teknis, tidak diketemukan human error atau unsur sabotase," katanya.

Berikut ini serba-serbi pohon sengon yang disebut-sebut jadi biang kerok Jakarta Blackout, dilansir dari old.worldagroforestry.org dan sejumlah sumber lainnya, Rabu (7/8/2019):

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 10 halaman

1. Pohon Sengon Punya Beragam Nama

Sengon (Albizia chinensis) adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Pohon peneduh dan penghasil kayu ini tersebar secara alami di India, Asia Tenggara, China selatan, dan Indonesia.

Di beberapa daerah, pohon ini dikenal sebagai sengon, singon, sengon (bahasa Jawa); jeungjing, jeungjing (bahasa sunda); sengghung (Madura; marĕwita, keura Sumba, dan lain-lain).

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai silk tree, saucetree, the sau tree, dan Chinese albizia. Pohon ini juga dinamai: kōōl (Kamboja), kha:ng (Laos), khang hung, kang luang (Thai), cham (Vietnam), dan lain-lain.

Bahasa Bengali menyebutnya sebagai tarli, chakua, amlukia.

Sementara bahasa Gujarati menyebut pohon sengon dengan Kali Siris; lalu di bahasa Hindi disebut seran, kapansiris, samsundra, kanjujerla.

Di Nepal disebut Kalo Siris, Rato siris.

Sedangkan dalam bahasa Tamil disebut katturanii, silaivagai, chilavagai, nirusil.

Memiliki nama dagang (siris), sementara di Vietnam dikenal dengan (s [oos] ng r [aws] n t [af] u).

 

3 dari 10 halaman

2. Menggugurkan Daun

Pohon yang menggugurkan daun ini memiliki ketinggian sedang 30 hingga 45 meter.

Besar batangnya mencapai 70 cm, dengan pepagan atau kulit kayu luar agak halus berwarna abu-abu gelap bergigir-gigir melintang serta berlentisel.

Pepagan bagian dalam setebal 5 mm berwarna merah jambon. Ranting-ranting mudanya bersegi dan berambut.

 

Memiliki bunga majemuk berbentuk bongkol yang bertangkai, yang terkumpul lagi menjadi untaian yang panjangnya 15–30 cm. Bongkolnya berisi 10–20 kuntum bunga. Dengan bunga berbilangan-5.

4 dari 10 halaman

3. Penghuni Wilayah Lembab

Sengon dijumpai secara alami di hutan musiman atau luruh daun campuran di wilayah lembab dan sedang, dengan curah hujan antara 1.000–5.000 mm per tahun.

Pohon ini didapati pula di hutan-hutan sekunder, di sepanjang tepian sungai, dan di sabana, hingga ketinggian 1.800 mdpl. Sengon beradaptasi dengan baik pada tanah-tanah miskin, ber-pH tinggi, atau yang mengandung garam; juga tumbuh baik di tanah aluvial lateritik dan tanah berpasir bekas tambang.

5 dari 10 halaman

4. Bisa Dibuat Peti Mati hingga Jembatan

Sengon menghasilkan kayu yang ringan sampai agak ringan, dengan densitas 320–640 kg/m³ pada kadar air 15%. Agak padat, berserat lurus dan agak kasar, namun mudah dibentuk.

Kayu terasnya kuning mengkilap sampai cokelat-merah-gading; kekuatan dan keawetannya digolongkan ke dalam kelas kuat III–IV dan kelas awet III–IV.

Kayu ini tidak diserang rayap tanah, karena adanya kandungan zat ekstraktif di dalam kayunya. Akan tetapi percobaan kuburan di Filipina mendapatkan bahwa kayu sengon A. chinensis hanya bertahan 16 bulan, sementara kayu langir A. saponaria tahan hingga 3 tahun dan kayu weru A. procera bahkan mencapai 10 tahun.

Kayu sengon biasa dimanfaatkan untuk membuat peti, perahu, ramuan rumah dan jembatan.

6 dari 10 halaman

5. 'Obat Bius' Ikan hingga Sabun

Bagian kulit kayunya atau pepagan sengon mengandung bahan yang dapat digunakan untuk membius ikan di sungai. Pepagan ini pada masa lalu juga dimanfaatkan sebagai bahan sabun.

7 dari 10 halaman

6. Sebaran Alami di Indonesia hingga Australia

Sebaran alami sengon meliputi India, Burma, Thailand, Kamboja, Laos, Cina, Vietnam, dan Indonesia; diintroduksi ke Australia. Di Indonesia, sengon menyebar di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara; dibawa masuk dan dibudidayakan di Sumatra dan Kalimantan.

8 dari 10 halaman

7. Ranting Beracun

Sejumlah sumber menyebut, meskipun daun-daunnya dimakan kambing, akan tetapi kulit ranting-rantingnya beracun karena mengandung saponin.

9 dari 10 halaman

8. Genusnya Dinamai dengan Nama Bangsawan

Genus dinamai Filippo del Albizzi, seorang bangsawan Florentine yang pada tahun 1749 memperkenalkan A. julibrissin sebagai tanaman budidaya.

10 dari 10 halaman

9. Hijau Sepanjang Tahun

Pohon itu hijau sepanjang tahun dan menggugurkan diri dalam periode singkat.

Berbunga di antaranya September dan Juni. Buahnya matang antara Oktober dan Agustus di Asia Tenggara. Di utara India, daunnya gugur pada Januari-Februari.

Yang baru tumbuh bulan Maret-April, akan berbunga segera dan mencapai ukuran sempurna pada bulan September lalu masak selama Desember-Maret.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.