Sukses

Alasan 7 Negara Ini Pindahkan Ibu Kota, Ada yang Karena Nasionalisme

Apa yang membuat 7 pemerintah negara ini memindahkan ibu kota mereka?

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi telah mengumumkan rencana untuk memindahkan ibu kota Indonesia, Jakarta yang berada di Pulau Jawa (daerah padat penduduk), ke Palangkaraya di Kalimantan Tengah.

Alasan utama pemindahan ini, salah satunya disebabkan oleh Jakarta yang semakin disesaki manusia, macet, dan polusi udara yang kian memburuk.

Jakarta adalah rumah bagi lebih dari 10 juta orang, tetapi sekitar tiga kalinya tinggal di kota-kota dekat Jakarta, seperti Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor, sehingga turut andil dalam menambah kemacetan parah di daerah itu.

Merencanakan pemindahan ibu kota bukan perkara gampang. Otoritas harus memikirkan segala aspek ketika pusat pemerintahan berada di wilayah tersebut, tak terkecuali sisi geografis dan geopolitiknya.

Contohnya saja Kazakhstan. Pada 1997, pemerintah Kazakhstan sepakat memindahkan ibu kota dari Almaty ke Astana. Alasannya, Almaty merupakan pusat bisnis dan kota dengan populasi terbesar di negara itu.

Di dunia ini, ada 7 negara yang sudah berhasil memindahkan ibu kota, dengan berbagai macam motif yang mendasarinya. Berikut ulasannya, sebagaimana dikutip dari Telegraph.co.uk, Rabu (31/7/2019).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Australia

Hingga tahun 1890-an, Australia terdiri dari enam negara bagian yang memiliki parlemen dan administrasi mereka sendiri, dengan kebijakan dan tarif pajak yang berbeda.

Mereka pun punya angkatan bersenjata masing-masing, memproduksi prangko berbeda, membangun jalur kereta api berbeda dan mengatur jam ke waktu yang berbeda.

Di daerah perbatasan tiap-tiap negara bagian, para pejabat setampat menerapkan bea masuk. Apabila ada keluarga yang pindah dari satu negara ke negara lain, maka keluarga ini harus membayar pajak atas barang yang dibawa.

Tidak mengherankan bahwa gerakan federalis berkembang, didorong rasa nasionalis yang tumbuh, dan setelah konstitusi federal 1898 dijalankan delegasi dari sebagian besar negara bagian, Australia berubah menjadi sangat demokratis.

Usai banyak berdebat, berpolitik dan mengeluarkan referendum, maka Persemakmuran Australia secara resmi terbentuk pada 1901 sebagai negara kesatuan --dengan populasi kulit putih hanya di bawah 3,8 juta yang terdiri dari 59 persen wanita dan 55 persen pria.

Kompetisi untuk merancang bendera nasional pun dibuka, menarik minat lebih dari 30.000 partisipan. Lambang nasional, kanguru dan burung emu (Dromaius novaehollandiae), ditetapkan sebagai 'maskot negara' pada 1908.

Namun kendala utamanya ialah: "Di mana ibu kota Australia yang baru berada?" Melbourne dan Sydney adalah kota terbesar di negara itu, tetapi ada persaingan sengit di antara kedua kota.

Setelah banyak perselisihan, diputuskan bahwa Melbourne akan menjadi ibu kota untuk sementara dan lokasi parlemen federal, tetapi ibu kota baru akan didirikan di suatu tempat di New South Wales, bukan di Sydney itu sendiri (ibu kota New South Wales).

Pasca-mempertimbangkan segala sesuatunya, akhirnya Canberra dipilih pada 1908, meski berada 100 mil dari Sydney.

3 dari 8 halaman

2. Myanmar

Ibu kota Myanmar, Naypyidaw, punya luas 7.054 kilometer persegi atau kira-kira empat setengah kali ukuran London (1.569 kilometer persegi), menurut The Independent.

Namun, kota itu disebut sebagai 'Kota Hantu', sebab populasinya hanya 924.608 jiwa.

Ibu kota Myanmar dipindahkan dari Yangon ke Naypyitaw oleh rezim militer pada November 2005.

Dikabarkan The Guardian bahwa pemindahan tersebut menelan biaya senilai US$ 4 miliar yang digunakan untuk membangun kota, dengan jalan raya 20 lajur dan jalan-jalan lebar yang dirancang untuk ekspansi.

Naypyitaw memiliki listrik yang dapat diandalkan, lapangan golf, hotel, pusat perbelanjaan, restoran dan kafe dengan fasilitas Wi-Fi cepat dan gratis.

Terlepas dari investasi pemerintah yang jumlahnya sampai miliaran dolar, Naypyitaw sedang berupaya keras untuk menarik minat penduduk Burma agar mau tinggal di sana atau wisatawan untuk plesir ke ibu kota.

Wartawan Guardian yang mengunjungi kota itu pada Maret 2015 mengatakan: "Jalan raya di sana (Naypyidaw) benar-benar kosong dan hening. Bahkan seperti tidak ada (angin) yang bergerak."

4 dari 8 halaman

3. Brasil

Karena ketergantungan perekonomian Brasil terletak pada perdagangan gula, maka ibu kota Brasil dulunya ada di Salvador, kota yang dekat dengan banyak perkebunan terbesarnya.

Pada 1763, fokus perekonomian Negeri Samba berubah menjadi emas, mendorong pemindahan ibu kota ke Rio de Janeiro, di wilayah pertambangan utama negara tersebut.

Pada 21 April 1960, rakyat Brasil kembali menyambut ibu kota baru, yaitu Brasilia. Brasilia adalah kota yang direncanakan, artinya kota ini secara khusus sengaja dikembangkan untuk menjadi ibu kota.

Hanya membutuhkan waktu 41 bulan bagi arsitek, insinyur, dan perencana kota untuk menyulap Brasilia menjadi ibu kota. Pemindahan tersebut dikarenakan Rio de Janeiro sudah padat penduduk, terlebih kota ini berada di kawasan pesisir.

Penyebab lain adalah karena bangunan-bangunan di Rio de Janeiro terletak berjauhan satu sama lain, sehingga memperlambat pekerjaan pemerintah, ditambah lalu lintas sering macet.

Brasilia, di sisi lain, dimodel serapi mungkin, menjadi beberapa blok bernomor dan area. Area yang berbeda dikembangkan untuk kegiatan yang berbeda, seperti pemerintah, perbankan, atau kedutaan.

Brasilia juga dibangun di pedalaman Brasil, untuk memacu perkembangan di sana. Saat ini, selain menjadi pusat legislatif Brasil, Brasilia juga merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, yang dikenal karena arsitektur modernisnya.

 

5 dari 8 halaman

4. Kazakhstan

Almaty, yang bertempat di Kazakhstan selatan, adalah ibu kota Kazakhstan ketika negara ini memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.

Namun pada Desember 1991, pemerintah memindahkan ibu kota ke utara, yaitu Astana, karena Almaty sudah dianggap tak lagi punya potensi untuk berkembang, rawan gempa bumi, dan terlalu dekat dengan Kirgistan yang baru bebas penjajahan --dikhawatirkan akan terjadi turbulensi politik.

Selain itu, perubahan lain terkait Astana terjadi pada 2019. Astana berganti nama menjadi Nur-Sultan untuk menghormati Nursultan Nazarbayev, mantan presiden Kazakhstan yang diberikan gelar "pahlawan sejuta umat" dan "pahlawan buruh".

6 dari 8 halaman

5. Belize

Pada tahun 1961, Badai Hattie merusak Belize City, ibu kota Belize pada waktu itu. Lalu pada 1970, Belmopan, sebuah kota di daerah pedalaman, dipilih menjadi ibu kota baru Belize.

Perubahan itu dimaksudkan untuk mengurangi ancaman badai lain atau bencana apapun. Meskipun menjadi satu-satunya negara berbahasa Inggris di Amerika Tengah, namun sangat sedikit orang Inggris yang menyambangi Belize.

Namun, Belmopan dinilai sebagai salah satu tempat teraman di kawasan tersebut, dengan pantai-pantai pasir putihnya, situs peninggalan Suku Maya, dan beberapa tempat menyelam terbaik di dunia.

Wartawan untuk Telegraph Travel, Nigel Tisdall, yang berkunjung ke sana pada awal tahun ini menulis: "Satu kesenangan bepergian ke Belize adalah betapa kosongnya negara ini. Sementara negara tetangganya, Meksiko dan Guatemala, amat bising, padat penduduk, tetapi di sini jalan-jalan dan pantai-pantainya sepi, situs-situs arkeologi bebas dari keramaian. Angkatan Darat Inggris terus berlatih di hutan lebat negara itu."

7 dari 8 halaman

6. Nigeria

Dari tahun 1914 hingga 1991, Lagos adalah pusat kekuasaan Nigeria --politik dan ekonomi-- dan berfungsi sebagai ibu kota. Namun karena sejumlah faktor, pemerintah menetapkan untuk memindahkan ibu kota dan pusat pemerintahan ke Abuja.

Wacana itu diprakarsai Jenderal Murtala Mohammed, tetapi tidak direalisasikan sampai 1991 selama rezim Presiden Ibrahim Badamasi Babangida.

Lagos terletak di bagian barat daya Nigeria. Meskipun Lagos berkembang sangat cepat, tetapi ada kebutuhan khusus untuk memilih lokasi yang berada di pusat. Abuja memenuhi seluruh persyaratan tersebut, terutama karena lokasinya yang dianggap pas sebagai ibu kota Nigeria.

Alasan lain mengapa Abuja ideal sebagai ibu kota Nigeria adalah faktor keamanan. Walaupun Nigeria tidak terlibat dalam perang dengan negara internasional, tetapi adanya perang saudara menunjukkan bahwa lokasi tersebut rentan terhadap serangan, terutama serangan udara dan laut.

Maka adalah hal yang penting untuk memilih lokasi di mana presiden --yang juga merangkap sebagai panglima angkatan bersenjata-- dapat menyusun strategi dan tidak gampang diserang. 

Ketika Lagos menjadi ibu kota Nigeria, itu berisiko diklaim oleh orang-orang Yoruba sebagai tanah mereka sendiri. Pemerintah pun harus putar otak, agar bisa mendapatkan pemukiman di mana penduduk Nigeria bisa diberi kompensasi, lalu mengosongkan Lagos.

Abuja adalah kota yang jarang dihuni, tidak seperti tempat lain di Nigeria. Secara hukum, Abuja bukan milik wilayah mana pun dan tidak ada kelompok atau etnis yang dapat mengklaimnya.

Meskipun Lagos telah menjadi ibu kota Nigeria sejak 1914, tetapi kota ini lebih disukai oleh penjajah karena lokasinya yang strategis, berada di pesisir. Kedekatannya dengan laut memungkinkan Bangsa Eropa untuk memanfaatkan rute penjelajahan di laut dan melibatkan Nigeria.

8 dari 8 halaman

7. Tanzania

Pada 1970-an, ibu kota Tanzania mulai dipindahkan dari pesisir Dar es Salaam ke Dodoma yang terletak di pusat kota, yang kala itu berpenduduk 40.000.

Perpindahan tersebut dilakukan untuk memusatkan modal di dalam negeri dan menciptakan peluang ekonomi baru. Dodoma juga dipilih karena lokasinya di persimpangan jalan utama, terdapat 'ruang' untuk pengembangan, dan iklimnya yang menyenangkan.

Namun, setelah beberapa dekade, langkah pemindahan ini masih belum lengkap atau belum sepenuhnya terlaksana, sebab masih banyak kantor pemerintah dan kedutaan yang menentang peralihan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.