Sukses

Alami Kekeringan Akut, Kota Besar India Ini Datangkan Air Bersih via Kereta

Salah satu kota besar di India mendatangkan pasokan air bersih via kereta tangki akibat kekeringan yang kian parah.

Liputan6.com, Chennai - Rangkaian panjang kereta tanki perlahan menuruni perbukitan Yelagiri yang hijau di bagian selatan India, membawa barang sangat berharga berupa air bersih, menuju Chennai, kota pusat manufaktur yang semakin kering.

Permintaan air bersih di kota yang juga dikenal sebagai pusat industri teknologi informasi (TI) India itu jauh melebihi pasokan, memaksa pemerintah lokal mengambil tindakan ekstrem dan mahal untuk melayani 10 juta penduduknya.

Rangkaian kereta dengan 50 tanki itu memulai perjalanan sejauh 216 kilometer selaam empat jam, membawa 2,5 juta liter air bersih yang diambil dari beberapa bendungan pada Sungai Cauvery.

Dikutip dari Time.com pada Selasa (30/7/2019), rangkaian kereta tangki itu dijuluki sebagai "jugaad", yakni nama klasik dalam bahasa Hindi untuk menyebut solusi darurat bagi masalah rumit.

Menurut K Raju, salah seorang insinyur eksekutif terkait, mengakui bahwa pengiriman air via kereta tangki bukanlah solusi terbaik untuk Chennai, yang kini menjadi kota dengan pasokan air paling sedikit di India.

"Tapi ini adalah langkah tercepat untuk saat ini, dan sayangnya bukan solusi permanen," kata Raju, seraya menyebut pembangunan jaringan pipa bawah tanah dari sumber air terdekat akan lebih baik dampaknya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kesulitan Air Berlangsung Sejak Lama

Seperti kota-kota lain yang tumbuh cepat di negara berkembang, kesulitan air bersih di Chennai sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Jumlah penduduk Chennai meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam tiga dekade, di mana banyak orang datang untuk bekerja di laboratorium penelitian dan pengembangan farmasi, pabrik mobil, dan industri teknologi tinggi.

Pertumbuhan yang tak terkendali --dikombinasikan dengan pemeliharaan yang buruk dari empat sumber air utamanya, sistem pembuangan limbah yang tidak efektif dan, baru-baru ini, hujan yang tertunda-- telah membuat kota terbesar keenam di India berada dalam risiko kekeringan tertinggi.

"Waduknya kosong, dan banyak warga kota mengandalkan sumber air tanah yang semakin menipis. Dua pabrik desalinasi juga tidak mampu memenuhi permintaan air besih. Sejak Juni, otoritas pengairan kota telah mematikan seluruh keran, kecuali beberapa jam setiap harinya," jelas Raju merasa miris.

Pada awal Juli, pemerintah negara bagian Tamil Nadu, di mana Chennai adalah ibu kotanya, menyetujui proyek darurat untuk membawa air dengan kereta selama enam bulan ke depan.

Proyek kontroversial itu memakan biaya sekitar US$ 94 juta, atau setara Rp 1,3 triliun.

Tim yang dipimpin Raju hanya memiliki waktu 10 hari untuk merangkai pipa sepanjang 650 meter, yang diperlukan untuk memasukkan air ke dalam tanki kereta yang sebelumnya digunakan untuk mengangkut minyak goreng.

3 dari 3 halaman

Hanya Sebagian Kecil dari Pasokan Normal Harian

Jumlah yang diangkut oleh rangkaian kereta tanki hanya sebagian kecil dari 500 juta liter air bersih yang dikucurkan oleh otoritas pengairan metropolitan Chennai setiap harinya.

Kereta berangkat setiap hari saat Matahari terbenam, dan tepat lewat tengah malam, sang ular besi tiba di stasiun kereta kota Villivakkam yang sebagian besar sepi, tempat para lelaki bertopi keras dan rompi reflektif menghubungkan selang biru ke mobil.

Dibutuhkan empat jam untuk seluruh air dituang ke dalam sistem pengairan kota.

Ini bukan pertama kalinya air bersih dibawa ke Chennai menggunakan kereta tanki. Pada 2001, ketika terjadi musim kering yang kritis, rangkaian kereta tanki didatangkan untuk membawa air dari Kota Erode, yang berjarak lebih dari 400 kilometer jauhnya.

Setelah itu, pemerintah negara bagian menginstruksikan otoritas rumah tangga Chennai memasang sistem pengumpulan air hujan.

Lembaga pengairan setempat juga mulai membeli air dari petani dan membangun dua pabrik desalinasi. Tetapi hingga kini, pasokan masih jauh dari permintaan yang terus meningkat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.